S(horor)

1.7K 117 5
                                    

Mianhae typo bertebaran

This story is the work of a writer
This story is not author's work

Cast: Kim Taehyung

                             • • • • •

Sesampainya di kamar aku menyalakan lampu tidur, mematikan lampu utama, kemudian menyamankan diri di kasur. Hanya di kamar lah aku merasa aman dengan kondisi gelap hampir total seperti ini.

Bukan karena takut hantu atau apa pun, tapi kegelapan itu tidak pasti. Apa pun bisa terjadi sebelum kau benar-benar siap. Betul sih, kalau apa pun bisa terjadi itu berarti juga termasuk hantu.

Tapi aku tidak terlalu percaya dengan yang seperti itu. Meski begitu, harus kuakui bahwa gagasan tentang hantu terkadang juga menakutiku.

Aku menghadapkan badan ke kiri. Setelah aku melihat kursi belajarku di seberang kamar aku mendengus kesal. Lagi-lagi aku lupa memasukkan kursi putarku ke bawah meja. Posisi kursi itu sekarang menghadap lurus ke arahku.

Aku tahu ini konyol, tapi hal itu menjadi salah satu hal yang membuatku tidak bisa tidur di malam hari. Ya, saat malam seperti ini aku takut dengan kursi kosong yang menghadap langsung ke arahku. Sebetulnya kata 'takut' itu terlalu kuat, hanya saja aku merasa tidak nyaman dengan kehadiran kursi dalam posisi semacam itu sebelum aku tidur. Seolah ada seseorang tak kasat mata yang sedang duduk di situ dan mengamatimu sepanjang malam.

Biasanya aku akan berdiri dan memasukkan kursi itu ke dalam meja. Kali ini aku membalikkan badan ke kanan dalam upaya melawan ketakutan itu.

Tapi rasa tidak nyaman itu malah semakin menjadi-jadi. Setidaknya dengan melihat langsung ke kursi itu aku tahu bahwa di sana memang tidak ada orang.

Tapi dengan memalingkan badan seperti ini segalanya jadi tidak pasti. Bagaimana jika benar ada orang di sana? Aku memang tidak percaya pada hal-hal tak kasat mata macam itu, tapi entah mengapa pikiran-pikiran itu tidak bisa pergi dari benakku.

Aku memejamkan mata, berusaha mengabaikan perasaan-perasaan itu. Rasa lelah yang kurasakan seharian ini seharusnya juga membantuku tidur. Tapi tidur juga tak kunjung datang. Lima menit berlalu. sepuluh menit. Kemudian lima belas menit. Setidaknya selama itu yang kurasakan.

Dengan kesal aku beranjak dari kasur dan memasukkan kursi belajarku ke bawah meja, membelakangi kasur. Aku kembali ke kasur dengan sama kesalnya. Kesal karena lagi-lagi tidak bisa mengalahkan rasa takut itu.

Kali ini tidak masalah jika aku tidur menghadap ke kanan membelakangi kursi. Aku sudah memastikan kursi itu berada di bawah meja.
Tidur akhirnya menghampiri. Hampir. Namun ada suara berderak roda yang berjalan di lantai. Tidak mungkin. Tidak mungkin, kan? Tidak mungkin itu benar-benar kursiku yang berjalan sendiri.

Perlahan aku membuka mata dan memutar badanku ke kiri. Suara roda itu perlahan berhenti. Ruangan kamarku kembali sunyi. Dan yang kukhawatirkan ternyata benar.

Kursi belajarku berada jauh dari meja sejauh kira-kira setengah meter.
Aku menelan ludah. Kupandangi kursi itu. Setidaknya posisinya masih membelakangiku. Kupandangi juga tempat-tempat di sekelilingnya, berusaha mencari pembenaran ilmiah mengapa hal itu bisa terjadi.

Aku tidak bisa memberanikan diriku berdiri dan meletakkan kursi itu ke tempatnya lagi. Mungkin lantainya licin, kata otakku berusaha menenangkan jantungku yang mulai berdetak kencang. Tampaknya tidak berhasil.

Tidak berani berbuat apa-apa, aku perlahan memalingkan badan ke kanan dan menarik selimut hingga ke kepala. Selimut ini tidak terlalu panjang. Aku merasakan kakiku tiba-tiba dingin karena selimutnya ditarik terlalu tinggi. Kutarik kakiku masuk ke selimut. Sekarang posisiku sudah benar-benar meringkuk di bawah selimut seperti janin.

Di tengah kesunyian aku mendengar suara berderit lirih. Setelah kejadian sebelumnya aku tidak bisa tidak memikirkan hal yang aneh-aneh. Setelah sebelumnya kursi itu berjalan sendiri, pasti lebih mudah bagi kursi itu untuk berputar sendiri.

Tanganku mencengkeram selimut dengan erat tapi sambil menariknya ke bawah hingga sebatas leher. Kuputar kepalaku ke belakang badan. Benar saja, kursi itu sedang berputar perlahan ke arahku.

Aku terperanjat duduk dan beringsut bersandar ke tembok saat aku melihat sepasang kaki perempuan yang sedang disilangkan. Detak jantung dan tempo nafasku sudah tidak bisa lagi dikendalikan.
Kemudian kursi itu berputar dengan cepatnya. Mengarah lurus ke arahku.

Di sana duduk seorang wanita. Tidak ada hal lain yang kuperhatikan selain senyumnya yang aneh dan matanya yang kosong karena setelah itu aku sudah tak sadarkan diri.

The end~







Vote+Coment juseyooo!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

The Horor BtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang