CHAPTER 4

21K 1.1K 4
                                    

***

"Kau sudah diperbolehkan untuk pulang, Luke. Apakah ada seseorang yang bisa kauhubungi?" Lucas menggelengkan kepalanya, perlahan melepaskan pelukannya. Alicia masih harus membiasakan diri dengan pelukan-pelukan Lucas yang membuatnya sulit bernapas saking eratnya.

"Tidak ada sama sekali? Mungkin teman dekat?" Sekali lagi Lucas menggeleng membuat Alicia mengerutkan dahinya.

Alicia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Lucas sama sekali tidak membawa kartu identitas dan tidak memiliki alat komunikasi. 'Yang benar saja, siapa yang kemana-mana tidak bawa handphone sekarang ini?' Pikirnya.

Pandangannya diarahkan ke Lucas, dengan raut serius ia bertanya, "Kau punya rumah kan Luke?" Yang dijawab Lucas dengan anggukan dan suara yang lirih mengatakan "Ya".

"Baiklah, kalau kau tidak memiliki seseorang yang bisa kau mintai tolong bagaimana kalau kau kupanggilkan taksi saja?" Lucas yang ingin menyela untuk protes dengan cepat dipotong oleh Alicia. "Oh tidak, tidak, aku bersedia mengantar sampai rumahmu mengingat kau baru saja sembuh. Taksi disini juga jarang, ya kan? Lagipula ini sudah malam. Jadi lebih baik aku saja yang mengantarmu, sepertinya kau tidak membawa apa-apa saat kesini."

"Aku tidak mau pulang. Kau harus tetap bersamaku. Tidak akan ada yang bisa memisahkan dirimu dariku. Kau milikku Ali, aku akan selalu disisimu." Jawabnya sedikit cepat, tanpa keraguan sedikitpun.

Alicia yang sudah lelah seharian ini bekerja, menghembuskan napasnya. "Luke, tapi aku harus pulang, kau tidak boleh bertingkah seperti ini. Ini sudah malam dan kau sudah boleh pulang, oke." Alicia tidak menanggapi perkataan Lucas yang agak membingungkan menurutnya. Bagaimana tidak? Lucas terus menerus memeluknya dan mengucapkan perkataan yang tidak akan diucapkan orang normal lainnya saat bertemu orang asing pada hari pertama.

"Kau bisa pulang ke rumahku. Rumahku cukup besar untuk kita berdua. Kau harus tetap bersamaku Ali, kita tidak boleh terpisahkan. Kau milikku, dan aku milikmu. Kau tidak boleh meninggalkanku. Harus tetap disisiku, please."

Alicia yang kesal ingin berteriak kepada pria itu. Namun ditahannya karena takut menyakiti Lucas. Ia mencoba menenangkan pikirannya untuk mencari jalan keluar. Mereka baru pertama kali bertemu, tapi Lucas mengajaknya tinggal bersamanya. Yang benar saja. Itu adalah gagasan paling absurd yang pernah didengarnya. Apa sih yang sebenarnya dipikirkan Lucas? Alicia memang mempercayai Lucas, tapi apa yang akan dikatakan orang lain kalau ia tinggal serumah dengan orang asing, apalagi seorang pria yang baru saja dikenalnya.

"Luke, tolong mengertilah. Tinggal dengan seseorang yang baru kita kenal sehari bukanlah hal yang pantas, apalagi dengan gender yang berbeda. Apa yang akan dipikirkan oleh orang lain Luke? Pernahkah kau memikirkan itu, hm?" Jelasnya mencoba untuk membuat Lucas mengerti.

"Aku tidak peduli dengan apa kata orang." Jawab Lucas yang semakin membuatnya frustasi, ia menyugar rambutnya lelah dengan kekeraskepalaan Lucas.

"Pokoknya aku akan mengantarkanmu pulang. Kalau kau tidak mau aku akan meninggalkanmu disini. Aku tidak suka kalau kau bertingkah kekanakan seperti ini. Soal biaya, aku yang akan menanggungnya, kau tenang saja. Berhubung kau tidak membawa uang dan tak ada yang bisa dimintai tolong. Kau tidak usah cemas untuk mengembalikan uangku, oke?"

Perkataan Alicia membuat raut wajah Lucas kecewa, pria itu sama sekali tidak berusaha menyembunyikan perasaannya, membuat Alicia tahu persis apa yang mungkin sedang dirasakannya. Alicia menghela napasya lagi, melihat Lucas menganggukkan kepalanya lemah, pundaknya terkulai, pandangannya tertunduk. Kesedihannya sangat jelas mengisi atmosfer di sekitarnya, membuat Alicia tidak nyaman dan hampir saja luluh untuk menuruti permintaan Lucas.

'Ini harus segera dihentikan. Lucas bisa mempengaruhiku dengan sangat mudah. Aku harus mengeraskan hatiku agar tidak goyah' Pikirnya muram.

Lucas masih berdiam diri disana tidak bergerak sedikitpun. Alicia mengulurkan tangannya untuk menggandeng Lucas yang masih saja bertingkah seperti anak kecil. Lucas setengah menyeret kakinya untuk menangguhkan waktu. Alicia dengan sabar menuntun Lucas agar mau diajak pulang.

Rumah sakit cukup sepi saat mereka melangkahkan kaki menuju lobi sebelum keluar mengambil mobil di parkiran. Beberapa staff rumah sakit yang bertugas jaga menyapa Alicia dan menanyakan tentang keadaan Lucas yang sudah diperbolehkan pulang. Alicia menjawab dengan singkat namun sopan. Mereka berdua pun sampai di mobil Alicia.

Alicia menanyakan alamat rumah Lucas yang dijawab dengan ucapan lirih. Alicia pun menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah Lucas. Perjalanannya memakan waktu cukup jauh. Tidak ada suara di dalam mobil itu. Hanya terdengar hembusan napas mereka berdua. Alicia pun menghidupkan radio, namun yang muncul hanya percakapan tidak jelas yang tidak mampu memperbaiki suasana murung di mobil Alicia.

Lucas memandang ke jendela, menolak untuk memandang Alicia, wajahnya sendu. Tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya. Seolah dengan tidak memandang Alicia membuat dirinya sakit, dan menahan diri untuk tetap memandang jendela mobil membutuhkan energi yang luar biasa besar.

Alicia yang melihat ini dari tepian matanya kembali mengela napas lelah. Ia tidak tahu apa yang harus diperbuatnya pada Lucas. Pria itu benar-benar berbeda dari pria lainnya. Banyak pria yang pernah mengejar-ngejar Alicia untuk menjadikannya kekasih. Belum ada yang mempengaruhinya seperti Lucas. Hatinya tidak rela meninggalkan pria itu. Tapi otaknya membenarkan tindakannya saat ini. Alicia sudah terbiasa untuk berpikir secara rasional, menggunakan otaknya dibandingkan hatinya. Namun kali ini keduanya saling bertentangan dan itu membuat Alicia kebingungan.

Selama ini orangtuanya tidak pernah melarang dirinya memiliki kekasih. Bahkan mereka cukup khawatir dengan Alicia yang terus-terusan belajar dan jarang bersenang-senang seperti teman-temannya yang lain. Namun dengan itu membuat Alicia bisa menyelesaikan pendidikannya dengan cepat. Sehingga di umur 23 tahun, Alicia sudah bisa bekerja. Sangat mengesankan, dan orangtuanya bangga kepadanya.

Pernah sekali mereka berusaha mengenalkan Alicia dengan kenalan mereka, namun Alicia menolak mentah-mentah dan tentu saja hal itu membuat orangtuanya gelisah namun tidak pernah mencobanya lagi. Sebagai anak terakhir dari dua bersaudara, ia cukup dimanja walaupun sebenarnya Alicia ingin hidup mandiri, namun orang tuanya masih terus menganggapnya anak kecil kesayangan mereka. Begitu juga dengan kakaknya.

Menit-menit berlalu, akihirnya mobil sudah berhenti di depan rumah Lucas yang ternyata mirip istana. Rumah itu lebih cocok disebut mansion menurut Alicia.
"Oke, kita sudah sampai, Luke. Mau kuantar masuk? Apakah ada orang yang akan membuka gerbangnya?" Lucas akhirnya memandangnya, seperti ingin mengucapkan sesuatu namun tidak bisa keluar dari mulutnya. Kepalan tangannya terbuka lalu mengepal lagi, jelas menunjukkan kegelisahannya.

Alicia menekan klaksonnya dan seketika itu juga muncul dua orang paruh baya dari dalam rumah. Perempuan dan laki-laki yang sudah berumur itu mengenakan baju sederhana. Mungkin itu adalah staff rumah Lucas. Pria itu membuka gerbang dan mereka berdua bergegas menghampiri mobil Alicia dengan tatapan cemas. Mereka berdua terlihat bugar meskipun mendekati usia tua. 'Mungkin karena gaya hidup yang baik.' Alicia hanya bisa menduga. Alicia pun membuka pintu mobil dan mendakati sepasang paruh baya itu.

"Ini benar kan rumah Lucas Black?" Tanyanya memastikan dan mereka mengangguk cemas. Lucas masih di dalam mobil, enggan untuk keluar. "Aku semalam menemukan Lucas terluka dan membawanya ke rumah sakit tempatku bekerja. Namun Lucas tidak mau pulang, dia selalu saja menolak membiarkanku pergi. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Please, help me." Pintanya memohon kepada kedua orang didepannya dengan sedikit berbisik agar Lucas tidak mendengarnya.

Mereka berdua terkejut, "Apakah kau mate-nya?" Wajah mereka berubah menjadi berbinar-binar penuh harap.

Alicia yang menyaksikan semua itu bertambah bingung, "Apa? Mate? Sepertinya saat aku menemukannya, Lucas mengatakan kata itu. Kalau yang kalian maksud teman mungkin bisa dibilang begitu, walaupun sebenarnya kami tidak begitu mengenal. Tapi kukira menjadi teman tidak butuh mengenal lama. Iya kan?"

Mereka yang sempat tersenyum lebar kembali mengernyitkan dahinya, kali ini menjadi bingung.

"Sudahlah, ini kuserahkan Lucas pada kalian saja. Tolong jaga baik-baik. Aku akan mencoba untuk membuatnya keluar dari mobil agar bisa beristirahat di kamarnya."

Sebelum sempat bereaksi, Alicia setengah memaksa Lucas dengan ancaman halusnya dan berhasil menyeretnya keluar. Kali ini ia berhasil dengan janji akan mengunjungi Lucas kalau sempat.

"Bye, Lucas. Take care." Ucapnya memutar mobilnya dan menjalankan mobil itu menuju ke apartemennya.

***

The Beast's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang