Bunyi nada dering Look What You Made Me Do dari Taylor Swift mengalun berulang-ulang di atas nakas, seperti berusaha membangunkan si wanita yang masih tertidur pulas di pelukan sang pria. Wanita bersurai hitam legam itu bergumam, mulai mengerjapkan mata dan sedikit melirik wajah si pria yang masih tidur dengan nyenyaknya.
Meraih ponsel yang terus berdering, ternyata itu adalah ponselnya sendiri dan satu nama yang kini menganggu pikiran terpampang di layar. Ia kemudian meletakkan ponsel itu kembali, lalu tangannya meraih dagu si pria, dan memberi kecupan di bibir. "Ireona," bisiknya pelan. "Aku harus segera pulang."
Si pria yang memeluk terusik, dan ia tambah erat memeluk sang puan. Membuat si puan mengerang karena ulahnya yang menyentuh daerah sensitifnya. Kecupan demi kecupan dilayangkan si pria di bahu telanjangnya.
"Mengapa tidak lebih lama, Sayang? Dia belum pulang."
Si wanita sedikit mengerang, pria itu terus bermain-main dengan apa yang ia bisa mainkan. Kepalanya berpaling, menatap si pria yang bersembunyi di ceruk lehernya.
"Itu sudah resiko kita, Jeon. Tidak bisa terlalu lama. Mengertilah, hm?"
Pria bermarga Jeon itu justru menghiraukan ucapan si wanita.
"Dengarkan aku ... ugh!" Wanita itu berpegangan pada lengan kekar si pria, merasa tubuhnya kembali diremukkan. Walaupun itu terasa menyenangkan tapi di dalam hati ia pun gelisah, ia memikirkan hal lain. Semua ini terasa salah, tapi ia sudah terlanjur menyukainya.
"Aku hanya ingin dengarkan suaramu menyebut namaku, Sayang."
"Kau selalu seperti itu."
Si pria Jeon membalikkan tubuh pasangannya, hingga posisi wanita itu membelakanginya. Si wanita hanya mengerang kenikmatan, sudah pasrah untuk tidak menghentikan pergerakan si Jeon. Walaupun pikirannya masih bercabang kemana-kemana.
"Aku menyukainya karena kau sangat indah ketika melakukannya."
Kegiatan intim itu berangsur lama. Pun si wanita mengabaikan dering ponsel yang terulang-ulang mengalun di atas nakas, karena daripada itu fokusnya hanya pada si Jeon yang terus mengguncangnya tanpa ampun.
---oOo---
Jimin turun dari kuda besinya tepat ketika mentari pagi yang cerah menyingsing. Raut wajah yang lelah namun detik kemudian menghilang tergantikan oleh pipi mengembang dengan senyum lebar lantaran menemukan Kyunghee menyambutnya dengan wajah berseri secerah mentari pagi. Dekapan yang hangat ia lakukan ketika bentangan tangan sang istri menunggunya.
"Morning kiss," ujar Jimin lalu memberi kecupan di bibir. Mata lentik Kyunghee mengerjap malu dan Jimin terkekeh lalu mengecup punggung tangan sang istri agak lama.
"Mianhae." Jimin bertutur dengan nada bersalah. "Tugas di luar kota memang memusingkan."
Kyunghee sendiri tak memusingkan hal tersebut. Karena ia sendiri, melakukan hal yang fatal dengan seseorang yang belum lama ia mengenal. Harusnya ia yang meminta maaf.
"Ani, gwaenchana."
Kyunghee tersenyum, memeluk Jimin lebih erat, kepalanya ia sandarkan di bahu kiri Jimin. "Sebagai istri aku harus mengerti keadaanmu yang berusaha menafkahiku. Tapi, aku lebih minta maaf. Aku mengkhianatimu. Aku tidak mengangkat teleponmu semalam."
Jimin menggeleng tidak setuju. "Hei, itu hanya masalah sepele, hm? Pasti kau lelah karena mengurus rumah sendirian, lalu tertidur lebih awal. Maafkan aku karena cemas jadi aku meneleponmu berulang kali hingga membangunkanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault in Our Marriage
Fanfiction[AFFAIR SERIES #1] [Revisi] Park Jimin punya kesetiaan yang murni seputih awan di langit, namun itu tidak cukup untuk mengikat Shin Kyunghee disisinya. Sebab 'sesuatu' yang ia rahasiakan pula. Perihal krusial itu lebih rumit ketika Jeon Jungkook iku...