05. Allure

5.2K 479 80
                                    

Memasuki paruh Oktober, pepohonan gingko dan maple sudah mulai menguning kemerahan di sepanjang jalan. Di dalam mobil, hanya terisi suara semilir angin dan hembusan sigaret yang menabun ke udara. Helai rambut panjang Hwayoung terbelai angin karena paruh kaca mobil yang terbuka. Pun dirinya yang sibuk dengan ponsel yang terus berdering, sedangkan Jungkook hanya mengheningkan cipta sejak masuk ke dalam mobil sambil memantik si lintingan di antara mulutnya. Belum ada konversasi yang terjadi sampai akhirnya, Jungkook membuka suara.

"Hwayoung-ah."

Suara berat Jungkook merasuk ke rungu Hwayoung. Sang puan termangu sejemang, Jungkook memanggilnya seperti itu berarti ada yang serius untuk dibicarakan. Karena Jungkook sangat jarang menyebut namanya misal seperti 'ibu negara yang sibuk', maka dari itu ia terlalu asing ketika disebut namanya. Deheman mengudara, jemarinya yang tengah sibuk membalas pesan dari beberapa klien, atensinya teralihkan untuk sejemang menoleh pada presensi Jungkook yang menyetir dengan rokok terselip di kedua jemarinya.

"Ada apa?"

Tak kunjung bersuara, Hwayoung menghela nafas kesal, ia eratkan syal yang menggantung di leher. Memandang pesisir jalan dengan perasaan menggantung sendu, karena ia sebenarnya menginginkan lebih lama menetap di Seoul. Tapi karena berkarier adalah separuh hidupnya saat ini, itu sudah menjadi prioritas utamanya sekarang. Mengapa ia baru merasakan perasaan asing seperti ini?

"Apakah usai kita menikah, kau pernah menyukaiku?"

Buyar lamunan Hwayoung, terganti dengan detak jantung yang berdegup kencang. Apa? Perasaan suka seperti apa yang dimaksud Jungkook? Selama ini, ia tidak pernah merasakan hal semacam rasa suka pada seseorang. Semua yang ia lakukan hanya terdedikasi untuk belajar, belajar dan berkarier di masa depan. Sebab, ia tidak pernah percaya pada cinta, karena semenjak kecil ia tidak pernah merasakan cinta itu seperti apa.

"Menyukaimu? Haha, kau tahu kita menikah karena perjodohan bisnis. Aku tidak merasakan apapun. Bukankah kau juga begitu?"

Pernyataan itu membuat Hwayoung merasa berdebar sendiri ketika mengatakan hal beberkebalikan dengan isi hatinya, Hwayoung merasakan gelenyar aneh yang menyembilu. Hwayoung jelas tidak suka mengapa ada perasaan seperti ini. Hei, dia sudah jujur dalam hatinya, bahwa yang ia katakan benar adanya.

Mengulas senyum miring, pun Jungkook lantas mengangguk. "Lalu, apakah ketika kita nanti cerai, hubungan bisnis kita tetap akan berjalan?"

Hwayoung menoleh dengan cepat, ucapan Jungkook tentu mengejutkan. Tapi, seolah melontarkan pertanyaan biasa, raut wajah Jungkook terlihat tenang. Walaupun dirinya tidak pernah menjalin hubungan atau komitmen bersama seseorang, tapi ia tak pernah sedikitpun berpikir untuk mengakhiri hubungan ini. Biarlah berjalan seperti air mengalir karena ia sudah nyaman berjalan di jalan yang ditakdirkan untuknya.

"Kau ... ingin menceraikanku?"

"Hm. Mungkin saja, di masa depan. Apa kau tidak ingin menikah dengan orang yang kau cintai? Aku ingin kau tahu, bahwa hidupku yang seperti ini, sebenarnya bukan seperti yang kuinginkan. Namun, aku sepertinya memang tidak pernah punya kesempatan untuk menentukan jalan dan membuat pilihan dalam hidupku sendiri. Menyedihkan bukan?"

Hwayoung jelas baru saja mengetahui fakta, bahwa ungkapan Jungkook tentang pernikahan mereka adalah sebuah beban dalam hidupnya. Memikirkan hal itu membuat hatinya mencelos. Namun itu hanya pikirannya sesaat, sebelum Jungkook berujar lagi.

"Tapi, aku belajar untuk menikmati hidupku, mungkin memang segalanya tidak pernah sejalan dengan apa yang kuinginkan. Aku tidak pernah berpikir pernikahan kita adalah sebuah masalah. Namun, aku berpikir, aku menginginkan pernikahan sakral dengan hubungan yang saling mencintai. Apa kau tidak berpikir begitu?"
Sejemang memejamkan mata, Hwayoung menghela napas panjang. Udara dingin yang kian menusuk tulang, membuat perasaannya tambah mendingin, dan membisu sejenak. Suasana menjadi sunyi kembali. Hwayoung kira perjalanan yang ia kira mudah untuk dilakoni, walaupun itu bukan atas dasar cinta, hubungan mereka baik-baik saja.

The Fault in Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang