07. How Long No See

4.3K 433 65
                                    

Jangan lupa vote dan komen yang banyak-banyak, karena itu sangat berarti buat aku💜

Jimin mengecup puncak kepala Kyunghee cukup lama setelah menemukan wanita itu berada di dapur, sedang mencicipi pie apple yang ia buat. Sebelumnya, Kyunghee tentu panik setengah mati mendengar suara Jimin samar-samar lantaran ia berada di dapur dengan Jungkook. Untungnya tidak terhanyut dengan suasana dan lekas menyembunyikan Jungkook di bawah meja. Desisan sebal terlontar dari mulut Jungkook, tetapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa ketika Kyunghee yang menyuruhnya. Dengan segera Kyunghee mengatakan bahwa ia sedang berada di dapur. Merapalkan doa semoga tidak ada drama-drama yang dimana membuat ia ketahuan menyembunyikan Jungkook karena pria itu akan membuat ulah misal kepalanya terjeduk meja ataupun tidak bisa menahan batuk.

Kyunghee merasakan surai dicepolnya diusap, tangan Jimin itu pelakunya. Pria itu memandang dengan penuh kerinduan, lantas dirinya menghambur ke dalam pelukan. Begitu erat akan kasih sayang, dan ia memang menginginkan sang suami cepat pulang. Ia merasa amat bersalah, tapi lagi-lagi ia tidak mengerti, apa kurangnya kesenangan yang ia miliki? Bukankah Park Jimin adalah segalanya dari yang terbaik? Mengapa ia meleburkan Jungkook pula ke dalam sanubari?

Kyunghee sekarang hanya perlu suaminya saat ini. Tidak ada yang lain.

"Aku merindukanmu," tutur Jimin lembut.

Anggukan Kyunghee membuat Jimin mengeratkan pelukan. "Aku sangat."

Jimin lalu membawa sang istri menjauh dari dapur, berjalan menuju ruang tengah. "Aku membawa oleh-oleh kecil. Maneki Neko dan cokelat khas Hokkaido. Aku tidak tahu mengapa aku sempat membeli ini, tapi aku tahu kau akan menyukainya."

Berbinar manik kembar Kyunghee, ia ambil Maneki Neko dari tangan Jimin. "Patung keberuntungan, ya?"

Jimin tersenyum. "Ya. Aku berharap dia bisa menemanimu ketika kau sendirian agar kau selalu dikelilingi keberuntungan."

Kyunghee sempat terdiam, sambil memandangi patung tersebut. Ia tersenyum getir, bahkan Jimin masih sempat memikirkannya, yang justru ia yang berada di rumah tak bisa menjaga pandangan. Pesona si tetangga tak bisa ia lawan.

Hatinya begitu terenyuh. Terlepas dari sebuah penghianatan, Kyunghee benar-benar mencintai suaminya. Bagaimana kedekatannya dengan Jungkook? Kyunghee menggigit bibir bawahnya, tidak sepenuhnya salahnya. Jungkook yang menawarkan diri. Dia yang menginginkan dirinya untuk dijadikan pelampiasan.

"Terima kasih," bisiknya pelan. Kyunghee mengecup sekilas bibir Jimin. Ia kembali menghambur ke pelukan Jimin. "Aku berharap patung keberuntungan yang kau bawa ini juga membawa keberuntungan untuk kita. Aku tak sabar untuk menunggu kehadiran buah hati kita."

Jimin stagnan. Kepala Kyunghee yang ia usap dengan lembut kemudian terhenti. Giliran Jimin yang tersenyum getir, menyadari dirinya terlalu sibuk untuk kerja. Bagaimana ia lupa, bahwa diri nya juga menginginkan seorang malaikat kecil dari perut sang istri? Tapi, apa akan terkabul?

"Semoga segera terwujud, sayang."

Kyunghee lupa, bahwasannya Jungkook masih berada disana, tak jauh dari presensi mereka berdiri, memandang begitu iri. Jungkook juga mendengar, tapi ia pun merapalkan doa, bahwa ia ingin satu kali saja Tuhan memihaknya. Agar doa mereka tak terkabulkan begitu cepat. Karena ia masih ingin mendekap Kyunghee begitu erat.

***

Jungkook merebahkan tubuhnya di sofa. Terngiang-ngiang bagaimana Kyunghee berkata bahwa ia menginginkan bayi dari Jimin, Jungkook mendecih kesal. Setelah mengetahui Jimin dan Kyunghee naik ke lantai atas, Jungkook langsung pergi tanpa memikirkan apapun. Biarkan perempuan itu linglung sendiri mencari eksistensinya. Atau bahkan, memang sudah dilupakan. Jungkook berteriak kesal. Bahkan kini ia mengabaikan telepon dari kakak iparnya sedari satu menit yang lalu.

The Fault in Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang