Part 3

6 0 0
                                    

Arkan mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, sejujurnya ia masih tidak mengerti, kemarin Agatha memintanya untuk tidak ikut campur dengan urusan cewek itu, tapi sekarang ia malah menghampiri dan meminta Arkan ikut bersamanya. Entah apa yang ada dalam kepala cantiknya itu.

"Kita mau kemana?" tanya Arkan.

"Rumah gue."

Ciiiiiitttttt!
Dug!

"Aduh, lo bisa naik motor gak sih?" pekik Agatha ketika kepalanya membentur helm yang Arkan kenakan.

"Ngapain kita ke rumah lo?"

"Banyak bacot ya lo, udah sih ikut aja. Kalo lo nggak mau gue bisa mati."

"Kenapa?"

"Karna nyokap gue mau ketemu pacar gue, dan itu lo!"

"Kok gue?"

"Salah sendiri kemaren ngaku-ngaku sama abang gue! Itu salah lo sendiri," dengus Agatha.

Arkan menarik napasnya gusar, karna kebodohannya kini ia terjebak dengan gadis berandalan ini.

"Ayo, buruan jalan. Kalo telat nyokap gue bisa kambuh lagi."

"Hm."

Arkan kembali menjalankan motornya membelah jalanan.

Sesampainya di rumah Agatha mereka sudah disambut oleh abang Agatha.
Cowok itu tersenyum miring melihat kehadiran Arkan.

"Akhirnya lo berhasil ngebujuk cowok lo juga buat ketemu mama, gue pikir cowok lo ini sama kayak lo. Pengecut!" sindir cowok itu pada Agatha.

Sedangkan cewek itu tampak santai dan tidak peduli.
"Dia bukan mama lo, dan lo bukan abang gue!" ucap Agatha nyelonong masuk.

"Gak usah dengerin dia. Masuk yok, nama gue Angga. Nama lo siapa?" ucap Angga pada Arkan.

"Arkan bang."

"Sorry ya soal semalem, abis gue emosi banget sama tu bocah."

Arkan mengangguk mengerti.

****

Arkan duduk di ruang tamu bersama Angga sedangkan Agatha entah kemana.

"Lo serius pacaran sama adek gue?" tanya Angga serius.

Arkan mengangguk ragu-ragu, ia tidak tau apakah jawaban yang ia berikan cukup tepat atau malah menghancurkan masa depannya.

"Lo mungkin cowok pertamanya Agatha."

"Hah?" Arkan terlonjak mendengar penuturan Angga.

"Gue minta jaga Agatha ya Ar, dia itu segalanya buat gue."

Arkan mengangguk, meskipun ia tidak mengerti hubungan seperti apa yang ia jalani dengan Agatha.

Tak selang beberapa lama Bi Imah membawakan dua gelas jus untuk mereka.

"Agatha mana bi?"
"Di kamar nyonya, den. Sepertinya non Agatha sangat merindukan nyonya, sudah lama juga tidak berkunjung kemari. Apalagi saat tuan ada di rumah."

Bi Imah izin undur diri yang dijawab dengan anggukan oleh Angga.
"Gue ke kamar nyokap dulu, lo tunggu sini."
Arkan mengangguk.

Setelah menunggu cukup lama Angga kembali dan duduk di samping Arkan.

"Agatha lagi nemenin nyokap tidur, jadi gak apa-apa kan kalo gue yang nemenin lo di sini?"

Arkan menggeleng lalu menjawab, "gak apa-apa bang."

"Sorry karna jadiin elo alasan buat bikin Agatha pulang ke rumah?"

"Maksudnya bang?"

"Lo nggak tau?"

Arkan menggeleng, jujur saja dia memang tidak tau seperti apa kehidupan Agatha yang sebenarnya. Mengenalnya saja baru beberapa hari terakhir, yang ia tahu Agatha adalah murid pembuat onar di sekolahnya.

"Agatha itu bukan adek kandung gue." Angga mulai bercerita.

"Agatha itu anak tunggal, dia anak kesayangan mama dan papanya. Dulu dia juga sangat penurut, dan baik." ucapan Angga menggantung, ada perih yang sepertinya sedang ia tahan dan sembunyikan.

"Sampai akhirnya gue dateng dan ngerusak kebahagiaan dia. Nyokap gue itu selingkuhan papanya, sebelum papanya nikah sama mamanya dia. Papanya udah ngehamilin nyokap gue dan bikin gue lahir, tanpa pernikahan tentunya." Airmata mulai menggenang di pelupuk mata Angga.

"Saat Agatha tau kebenaran ini, dia benci banget sama bokap. Dia kabur dan gak mau pulang ke rumah, dia benci banget sama gue. Sampe akhirnya nyokap dia depresi, dia kekeh tetep nggak mau pulang. Karna ada gue di sini."

Arkan menatap Angga iba.
"Kalo nyokap lo bang?" tanya Arkan hati-hati.

"Nyokap gue dibawa bokap ke Jepang, mereka balik ke sini cuman buat beberapa waktu aja kalo sempet. Nyokap Agatha sih udah bisa nerima gue, tapi depresinya masih tetap belum sembuh. Dan Agatha masih benci sama gue, mungkin itu bakal terjadi selamanya. Dia ngrasa gue hancurin keluarga indahnya."
Angga menunduk, aliran bening itu menetes di pipinya, anggap saja saat ini dia sedang berada di fase cengeng.

"Semua bakal baik-baik aja bang, gue yakin suatu saat Agatha bakal nerima lo."

"Thanks ya."

Arkan mengangguk.

"Gue bakal jaga dia dan nyadarin kalo keluarga dia nggak hancur. Tapi bertambah," gumam Arkan dalam hati.



***
TBC
Ups slow update ya guys😁
Sorry
Stay tune

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang