🌼-Ketemu Jodoh-🌼

1K 123 4
                                    

Beberapa hari lagi, Ujian Nasional akan terlaksana. Sebagai seorang murid, gue tahu seharusnya gue harus belajar lebih giat. Iya, seharusnya kayak gitu. Tugas seorang pelajar adalah belajar. Tapi nggak semua murid begitu, dan gue juga tercantum di dalamnya.

Gue malah bengong di kelas. Nggak punya teman, kecuali Dara, itu pun gue nggak bisa ketemu sama dia tiap hari. Dara sibuk sama tugas-tugasnya, dia juga lagi sibuk buat casting.

Kok nasib gue gini amat, ya? Nggak punya teman berbagi. Apa karena gue jelek? Gendut? Pesek? Jerawatan?

"Yuni! Masih gendut aja lo!" Roma duduk di samping gue sambil bawa beberapa bungkus cemilan. "Mau?"

Gue diem aja, nggak peduli.

"Lo beneran marah karena sering gue ejek?"

Lebih daripada itu. Gue kesel sama dia. Karena Roma, gue diledekin seantero sekolah. Gue diejek pelakor karena skandal percintaannya yang sama sekali nggak ada sangkut-pautnya sama gue. Terus dia juga sering deketin gue cuma buat ngeledek. Dia maunya apa?

"Yun, lo jangan marah gitu, dong. Coba lo lihat sekeliling lo."

Gue mengedarkan pandangan. Teman kelas gue sibuk sama dunianya sendiri. Beberapa dari mereka bahkan nggak peduli kalau gue ada di situ. Kesepian gue makin jadi, semakin kerasa.

"Terus lo lihat ke gue."

Gue natap dia datar, nggak ada ekspresi. Roma nyengir lebar seperti biasa.

"Dari banyaknya teman kelas kita, cuma gue yang pengen ngomong sama lo, kan? Nggak tersanjung?"

"Nggak."

Roma terkekeh. "Gue sering ngeledek lo biar lo mau berubah. Tapi keknya lo makin gendut aja, jerawat lo makin banyak. Kirain lo mau buktiin kalau lo bisa berubah, nyatanya nggak gitu."

"Kenapa gue harus berubah?"

"Karena gue nggak suka lo diledekin sama orang lain."

Sumpah! Roma kok makin aneh? Apa dia beneran peduli sama gue? Kenapa?

"Lo peduli sama gue? Kenapa?"

"Because... we are friend."

"Lo nganggap gue temen?"

Roma manggut-manggut, terus dia ngasih beberapa cemilannya buat gue. "Lo itu beda dari cewek yang lain, Yun. Gue suka sama sifat lo itu."

"Lo...."

"Apa? Lo nggak mikir kalau gue cinta sama lo, kan?"

Gue membeku. Nggak bisa ngomong apa-apa. Gue akuin, gue sempat mikir kayak gitu. Berdasarkan film-film romantis yang sering gue tonton, cowok yang nganggap cewek itu spesial, udah pasti gebetannya, naksir gitu. Tapi kayaknya gue terlalu berlebihan sama perkataan Roma tadi.

Ini bukan salah gue! Ini salahnya Roma! Dia yang terus deketin gue, dan sekarang dia bilang kalau kita teman?!

Emang kapan dia memproklamasikan pertemanan itu? Kalau sebagai musuh, iya!

"Roma, lo sebaiknya jauh-jauh sama gue. Lo bikin gue tambah pusing."

Roma cukup keras kepala, sama kayak Abang Geris. Roma nggak akan nyerah sampai dia dapetin apa yang dia mau, apa yang dia pengen.

"Lo... beneran nggak mau jadi teman gue?"

"Ngapain gue jadi teman lo?"

Roma mendesis. "Yun, lo pikir, deh! Kalau gue jadi teman lo, seenggaknya orang-orang bakalan mikir dua kali kalau mau jahilin lo. Gue pasti ada buat lo."

Gue (Nggak) Jelek! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang