🌼-Bersamanya-🌼

854 85 0
                                    

Gue natap penuh saksama, gumpalan awan hitam jadi permulaan di hari ini. Entah sejak kapan langit tahu perasaan gue. Rasanya kayak semua hal yang gue pendam terpantul di langit mendung itu. Gue tahu, gue terlalu alay nyikapin semuanya. Terlalu fokus sama seseorang, sampai gue lupa sama orang lain.

Ayolah….

Ini sama sekali bukan gue. Mana Yuni yang biasanya ceria walau dihujat habis-habisan? Mana Yuni yang bakalan galau cuma karena masalah jerawat kecil di dagu? Yang suka bete karena berat badan nggak turun-turun meskipun udah diet setengah mati? Ke mana semua itu? Kenapa gue malah galau karena cinta?

Tapi, sisi positifnya, jerawat gue nggak muncul. Satu pun nggak ada! Mungkin jerawat gue lagi males keluar karena otak gue udah berpindah haluan. Kayaknya mereka ngerasa terasing karena gue nggak mikirin mereka lagi. Gue malah sibuk mikirin Arjuna.

“Yuni!”

Suara itu bikin bulu kuduk gue merinding. Suara yang selama ini sukses bikin jantung gue deg-degan nggak karuan. Dengar suara seksinya makin bikin gue merana. Apa yang harus gue lakuin sekarang? Kabur masuk kelas?

Nggak boleh! Gue pasti bisa!

Gue coba kontrol diri, meski mata gue otomatis natap berlebihan. Jantung gue udah gila-gilaan sekarang. Arjuna berdiri di hadapan gue, lengkap dengan senyum manisnya yang, gue yakin, bisa menggemparkan dunia. Kali ini, dia sendirian. Nggak ada dua cowok kece lainnya, Raka dan Gama.

“Hm… Kak Raka sama Kak Gama mana?” Gue coba basa-basi, berusaha keras biar kelihatan normal di matanya. Soalnya, hubungan gue sama Roma belum gue kasih tahu ke siapa-siapa. Hanya kami berdua, dan Geris, yang tahu soal ini.

“Mereka udah masuk ke kelas duluan. Sebenarnya gue juga mau masuk, tapi gue lihat lo tadi bengong sambil jalan. Gue… agak penasaran, lo mikir apaan?”

Seharusnya gue udah mikirin skenario ini sejak semalam. Hubungan gue sama Arjuna belakangan emang makin deket. Nggak kayak dulu yang penuh kecanggungan. Jadi wajar kan kalau dia nanya-nanya soal gue?

“Lho? Kok malah bengong lagi?” ucapnya sambil senyum tipis.

“Anu… hm… nggak apa-apa, Kak. Aku cuma lagi mikir soal pelajaran. Tugasnya lagi banyak.” Gue ngejawab sambil ngucek-ucek rambut sendiri, nyari alasan yang nggak terlalu absurd.

“Tugas? Kirain apaan. Oh iya, Roma mana? Tumben dia nggak masuk pagi.”

Akhirnya gue bisa bernapas lega. Roma, pacar gue, emang lagi izin selama beberapa hari. Ada urusan keluarga katanya. Emang dari kemarin keluarganya lagi agak kacau. Gue sempat kasihan sih, tapi nggak bisa gue pungkiri kalau gue juga sedikit lega.

“Dia lagi ada urusan keluarga, Kak. Jadi bakalan izin beberapa hari.”

Arjuna senyum lebar. Mampus. Pasti bentar lagi gue mimisan, nih!

Ini nggak adil! Kenapa Arjuna makin hari makin ganteng? Emangnya kapan giliran dia jadi jelek?

“Yun, gue mau bilang sesuatu.”

“Apaan, Kak?” Gue berusaha tetap tenang, walaupun suara gue kedengeran agak gemetar.

“Besok gue juga mau izin.”

“Izin? Izin apaan?” Gue langsung penasaran.

“Gue mau ikut lomba matematika antar sekolah. Jadi mungkin gue bakalan izin.”

Hebat banget gebetan gue ini. Udah cakep, pintar pula. Sekali lagi gue bertanya-tanya, kenapa Yuri, temennya Arjuna, bisa nolak dia? Arjuna kurang apa di mata Yuri? Andai gue jadi Yuri, udah gue ajak dia ke penghulu sekarang juga!

Gue (Nggak) Jelek! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang