“Ar, tempatnya dimana?!” tanya Arka yang sedikit teriak, karena mereka saat ini sedang ada di motor yang melaju di jalanan nan ramai dan teriknya matahari yang menyinari.
“Dekat simpang mangga, kak!” jawabnya yang sedikit teriak agar Arka bisa mendengarnya.
“Ha?!”
Syila pun terpaksa harus mencondongkan kepalanya ke depan supaya Arka bisa mendengarnya.
“Simpang mang--- ah....” teriaknya, karna tiba-tiba motor Arka berhenti mendadak sehingga membuat helmnya dan helm Arka berbenturan. Bahkan badannya sudah maju ke depan dan menabrak punggung rata Arka.
“WOI! KALAU BAWA MOTOR YANG BENER!” teriaknya ketika motornya sudah menepi ke sisi jalan, kepada motor yang melaju kencang itu. Lalu Ia menghadap ke belakang untuk melihat keadaan Syila.
“Lo gak papa Ar?” tanyanya dengan cemas sambil memegang helm yang dikenakan Syila.
Syila yang kaget dengan jarak wajah antara mereka langsung saja badannya menegak ke belakang “Ah... iya. Gak papa kok kak.” katanya.
“Serius, lo gak papa?” tanyanya mamastikan.
“Iya kak.”
" Muka lo merah gitu, kepanasan ya?"
Wajah Syila memerah bukan karna panasnya matahari, melainkan jarak mereka yang begitu dekat tadi.
"Iya kak, gue gak apa-apa kok." katanya mengalihkan pandangannya dari Arka.
Arka menghela nafas lega, dan berbalik menghadap depan. Sebelum melajukan motornya Ia bertanya lagi pada Syila.
“Tempatnya dimana tadi?”
“Dekat simpang mangga kak.”
Arka hanya mengangguk di balik helmnya dan melajukan motornya kembali. Sementara itu, di balik punggung Arka. Jantung Syila sudah berdetak tak karuan, bahkan wajahnya sekarang masih memerah seperti tomat.
****
“Eh Syila datang, mau ambil pesanan mama yah?” tanyanya dengan ramah.
“Eum, iya tante. Mau ambil baju mama.” jawab Syila ramah di depan wanita yang seumuran dengan mamanya itu. Wanita itu mengangguk, lalu menyuruh pegawainya mengambil barang yang ada di dalam.
“Sama Abi ya kesini?”
“Enggak tante, Bang Abi gak bisa nganter.”
“ Ohh... terus sama siapa dong? Sama pacar ya?” tanya dengan nada menyagil.
Syila hanya tersenyum canggung “Enggak tante, Syila sama.... teman?” tanyanya entah pada siapa, Ia sedikit ragu. Pasalnya Ia dan Arka bukanlah teman, bahkan mereka baru-baru ini sedikit dekat. Walaupun Syila berteman dengan Pipin dan sering kerumahnya, Ia jarang sekali berinteraksi dengan Arka. Mengobrol saja tidak pernah.
“Teman apa teman.” godanya lalu tertawa keibuan.
“Iya tante.”
Lalu Tante Nina melihat ke arah luar, dari pintu kaca itu Ia bisa melihat laki-laki tampan yang sedang duduk di atas motornya. Ia pun tersenyum menggoda.
“Ganteng ya orangnya.”
“Ha?” Syila yang tidak mengerti pun mengikuti arah pandangan Tante Nina. Dan melihat Arka yang duduk di atas motor dengan baju seragam yang keluar dan kancing baju atasnya terbuka yang membuat baju dalamnya berwarna putih kelihatan dan tak lupa keringat yang mengalir di pelipisnya. Membuat Ia terlihat.... ah. Syila pun menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday
Teen FictionTerimakasih telah hadir dalam kehidupanku, jika tidak ada kamu. Aku tidak tahu, masa kelam apa saja yang akan kulalui sendiri nanti. Karenamu, kujadi lebih bersyukur apa yang telah kumiliki sekarang. Walau, kuharus melewati berbagai macam cobaan yan...