Selamat!

966 21 0
                                    

Pelaksanaan tes dilaksanakan di dalam ruangan serbaguna, di sana berjajar sekitar 500 kursi dan dipenuhi oleh para calon mahasiswa yang besar harapnya dapat diterima di kampus tersebut. Kami diberi waktu 2 jam untuk mengerjakan 250 soal yang terdiri dari soal umum, Matematika, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Sejarah, dan Psikotes. Tingkat kesukaran soal pun beragam, bagiku, sebagian besar soal sulit. Dan tak banyak berpikir aku mengerjakannya dengan asal terlebih soal Matematika yang tak diajarkan di SMK membuatku kesulitan, ini soal SMA! batinku. Aku keluar dengan wajah datar sembari berdoa apapun yang terbaik untukku.

***

Suasana kelas sedang lengang, walaupun sudah dinyatakan lulus aku masih suka main ke sekolah untuk sekadar nongkrong dan bertemu teman-teman. Dan lebih tepatnya, aku rindu. Rindu masa-masa sekolah, padahal belum saja lulus sebulan. Masa saat ribut di kelas sembari menunggu guru datang, masa makan salome rame-rame pas lagi bokek, masa bercanda tawa, dan yang paling manis masa bertemu dengan seseorang yang kusuka. Ya, dan itu hanya kutemukan di sekolah. Saat itu, aku dan beberapa teman di kelas sedang sibuk masing-masing, kebanyakan dari mereka membawa laptop dan numpang Wi-Fi gratis untuk download drama korea. Usai shalat di masjid, tiba-tiba saja salah seorang teman mengucapkan, "selamat ya!" Hah? Selamat, pikirku. "Selamat apa?"
"Kamu diterima."
Aku terkesiap, "serius kamu?" sambil tergesa menuju layar laptop yang ditunjuk-tunjuk temanku.
"Iya, kita diterima." Teriak temanku senang.
"Alhamdulillah." Kabar baik.

Terima kasih ya Allah, kau tunjukkan lagi jalan kemudahan-Mu.

***

Setelah dinyatakan lolos seleksi, aku melengkapi berkas sekaligus menyiapkan persyaratan beasiswa itu. Aku kembali ke ruangan hari itu, kemudian diminta untuk menuju ke lantai dua untuk menemui bagian kemahasiswaan. Di sana terlihat semua orang sibuk masing-masing, seperti deadline esok hari. Suaraku kalah. Berkali-kali aku mengucap, "permisi", namun tak didengar. Tak lama setelah itu, ada seorang ibu-ibu cantik berkacamata dengan perut membesar, hamil 7 bulan, menegurku.
"Ada apa mba?"
"Ini bu, saya mau taruh berkas beasiswa."
"Oh iya, sini."
Sembari dilihat sekilas, "jangan lupa tulis nomor HP di depan map!" timpalnya.
"Oh iya, baik bu."
Aku bergegas menuliskannya dan menyerahkannya kembali. Selesai. Tugasku kini, tinggal menunggu.

Semasa KuliahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang