Chapter 1 || Duo Macan.

219 70 38
                                    


-----------------------
Bantu saya menemukan kesalahan saya
-----------------------

Happy reading 💚


***

Chika melahap soto ayam nya dengan cepat. Suasana hati gadis itu kini sedang tidak bersahabat. Sesekali ia melirik ke kiri dan kanan, memastikan tidak ada guru ataupun ketua Osis yang patroli.

Sekarang memang jam pelajaran masih berlangsung. Guru pun masih mengajar di kelas XI Teknik komputer dan jaringan itu. Namun, Chika tetaplah Chika. Ia pasti bisa menemukan cara untuk keluar dari kelas itu.

Setelah selesai mengisi perutnya, Chika bermaksud ingin kembali ke kelas. Walaupun sebenarnya dia malas. Satu alasan Chika berani keluar kelas adalah gurunya, PakIs hanya mengobrol atau menceritakan masa lalunya kepada teman-temannya di kelas.

Memangnya Chika atau murid lainnya tempat curhat apa?

Baru saja Chika ingin mengetuk pintu bel tanda istirahat berbunyi nyaring. Alhasil, Chika memutuskan untuk duduk di kursi luar kelas saja sembari menunggu sahabat satu-satunya keluar.

"Chika? Lo ngapain bolos?" Tanya Nesa.

Nesa merupakan satu-satunya sahabat yang dimiliki Chika. Mereka sudah bersahabat sejak kelas satu sekolah dasar sampai sekarang.

"Eh? Udah istirahat? Tadi pas lewat di kantin, makanan disana manggil-manggil gue. Yaudah gue makan dulu dong!"

"Serah lo! Biar gue tebak, pulang sekolah kemarin pasti lo gak makan?"

"Nah tuh lo tau!"

"Apa gue bilang?! Tinggal di rumah gue aja. Ngeyel banget dibilangin."

"Apaan sih? Kalau gue tinggal di rumah lo yang ada gue bisa pulang malam. Lo pikir jarak rumah lo sama cafe deket? Jauh!" Chika berjalan ke dalam kelas.

"Mama juga udah bilang sama lo buat berhenti kerja kan? Ngapain repot banget sih?" Ujar Nesa mengikuti langkah Chika ke dalam kelas.

"Nesa, tanggung kalau gue pindah. Lagian dua bulan lagi kita bakal prakerin. Mending gue tinggal di sana dulu sampai kita mau berangkat prakerin." Jelas Chika.

"Beneran ya? Pokoknya kalau pas kita mau prakerin lo udah tinggal di rumah."

"Iya!"

"Eh, Chi? Lo kenal sama Geza gak?"

"Geza?"

"Iya. Yang kelas dua belas jurusan mesin. Kenal gak?"

"Gue kenalnya Geza doang, gak kenal jurusan nya." Jawab Chika acuh.

"Tapi dia bilang kenal sama lo. Kemarin dia nanyain WhatsApp lo sama gue." Nesa duduk di bangkunya.

"Oh. Gak jadi kantin nih?"

"Gak laper. Kok lo biasa aja sih? Padahal kak Geza lumayan ganteng lho."

"Ingat Arkan ogeb!"

"Nah iya, kak Geza temenan juga sama kak Arkan. Masa lo gak kenal sih?"

"Gak. Gue pengen curhat nih!"

"Apaan? Jefri Nichol post foto cewek lagi? Yaelah Chika! Mau dia post foto cewek kek atau apapun itu, gak ada hubungannya sama lo. Udahlah jangan halu mulu."

"Apaan sih lo? Dengerin dulu." Kesal Chika, padahal dia ingin curhat tentang kejadian kemarin sore.

"Terus?"

"Kemarin kamar gue di demo. Padahal nih ya, gue nyanyi pelan banget. Mana suara gue merdu, eh tapi mereka ngapain marah-marah gak jelas coba? Nyebelin banget!" Tutur Chika, ia masih merasa kesal dengan kejadian kemarin sore.

"Hahaha!! Mampus lo! Emang enak!" Nesa terbahak-bahak.

"Kemarin rasanya gue mau mampusin tuh orang-orang. Tapi ya, gue kan masih baru beberapa bulan disana. Gak enak lah gue."

"Terus kalau lo ketemu mereka lagi lo bakal ngapain?"

"Kalau gue ketemu sama mbak-mbak yang ngomong nya bikin gue sensi itu yang pasti bakal gue bacok!" Kata Chika.

"Hahaha! Gaya-gayaan lo! Entar kalau ketemu pasti lo cuma cuek aja! Pake bacok segala lagi, lebay!"

"Ya dia bahas sesuatu yang gue gak pengen bahas. Liat aja nanti hidupnya gak bakal aman." Chika tersenyum sinis.

"Yaudah deh, pokoknya kalau lo mau ngerjain dia jangan lupa ngajak gue, oke?"

"Tenang aja. Gue bakal ngajak lo kok, tapi kalau lo mau ke kost-an gue lo tau kan harus bawa apa?"

"Nasi goreng spesial telur dadar!" Nesa menyebutkan menu kesukaan Chika. Nasi goreng buatan penjual di jalan masuk ke kost-an Chika.

"Pinter!"

Bel tanda masuk jam kedua pun berbunyi seluruh murid kembali ke kelas nya masing-masing. Para murid duduk dengan rapi di kursinya masing-masing, namun tidak dengan mulut mereka. Hanya tempat duduk yang rapi, sedangkan mulut mereka berkoar-koar. Gibah memang satu hal yang sangat disukai kebanyakan manusia, tanpa tau akibatnya.

Namun seketika para murid kelas itu langsung kicep dan merasakan cemas. Bagaimana tidak? Dua orang guru lelaki yang sangat terkenal dengan sebutan Duo Macan, Pak Masnur dan pak Permi, sedang berjalan menuju kelas itu. Biasanya jika dua orang guru itu lewat di depan kelas, maka itu berarti mereka akan melakukan razia dadakan.

"Duh, rambut baru gue salon kemarin, kalau dipotong sama dia gimana ini?"

"Haaa.. kuku gue baru gue warnain empat hari yang lalu, entar disuruh bersihin. Mana masih cantik lagi."

"Sepatu gue kuning anjir!!"

"Baju gue kependekan gak?"

"Rok gue gak ketat kan?"

"Celana gue warna hitam ini. Gimana kalau disuruh buka terus dikasih sarung? Gue mau pake sarung sampe pulang?"

"Celana gue gak pensil kan? Entar di gunting bisa gawat ini! Mana gue udah bilang ke emak kalau kepala sekolah yang nyuruh celana di giniin!"

"Assalamualaikum! Bapak dan pak Masnur kesini bermaksud untuk mendata para siswa yang akan mengikuti acara kelulusan. Siapa saja yang ingin ikut, boleh mendaftar."

"Alhamdulillah!!!!" Seluruh murid kelas XI TKJ itu merasa mereka mendapatkan karamah, karena tujuan dua orang itu ternyata lain dengan yang dipikirkan oleh mereka.

***

Vote, komen dan share💞
05 Mei 2020

BECAUSE SITUATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang