Pertengahan November 2010
Perjalanan mereka dimulai. Kinanthi jelas merasa muak harus melihat adegan mesra antara Tiara dan Ecki di sepanjang jalan.
Dia emang cewek gila. Bisa-bisanya duain kakak gua.
"Minum." Fazka menawarkan sebotol air mineral pada Kinanthi. Dan kali ini, Kinanthi benar-benar bertambah muak.
"Gak usah sok baik sama gua." Kinanthi menepis botol minuman itu dari tangan Fazka. "Dan lo berdua!" ia menunjuk Ecki dan Tiara, "Prihatin dikit dong, kalo lo pada cuma mau pacaran, gak usah ikut kita. Pulang lo sana!!!" emosi, Kinanthi sungguh emosi. "Pasangan gila!"
Kini, semua orang hanya saling berpandangan. Bingung. Hanya desahan napas yang terdengar. Sedikit membuang beban. Kinanthi tahu, seharusnya emosi ini bisa ia tahan. Iya, Kinanthi sadar, harusnya, ia tak marah sekarang.
"Kita lanjutin perjalanan. Gua harap lo semua bisa tahan emosi. Inget! Kita di sini buat cari Indra, bukan, buat cari masalah. Kita mesti cari tempat yang lebih safety buat tidur malem ini. Jangan ada yang comment."
Fazka berjalan ke arah Kinanthi, "Aku tahu kamu marah sama aku. Tapi saat ini, gak seharusnya kamu marah sama aku. Aku sayang kamu, Ra." Ia mengusap kepala Kinanthi lembut.
DEG
Jantung Kinanthi rasanya terjatuh dari tempatnya. Fazka berjalan mendahului mereka semua.
Apa yang ia lakukan? Meninggalkanku?
Jantungku bahkan masih berdegup mendengar kalimatnya tadi.
Dan ia pergi begitu saja? Setelah mengusap kepalaku? Aishh ....
Sebenarnya apa maunya?
"Ayo!" Ilham menepuk bahu Kinanthi, "saling memberi energi positif," senyumnya.
***
Dua jam lalu, langit masih bermain dengan warna jingga, terlihat mega. Tetapi kini, langit hanya menampakan sisi gelapnya. Beribu bintang kini menggantung, menghias langit hitam. Sepi. Hanya suara jangkrik dan teman-temanya yang mereka dengar. Orkestra jangkrik itu terus mengalun, memecah setiap butiran embun yang sejak tadi sudah Kinanthi jaga agar tak pecah.
Udara malam memang terlalu tajam. Ia menusuk, memaksa masuk kesetiap persendian. Dan bagi Kinanthi, relung hatinya terasa semakin menciut, mengerut, mengecil. Begitupun dengan harapannya. Mungkin, Indra memang tidak akan pernah bisa ditemukan. Hatinya semakin gelisah. Masih dua hari lagi. Semoga.
Tuhan, Air mata ini tak bisa kuhentikan.
Angin terlalu kuat menghempaskan harapanku.
***
Hampir lima jam sudah Fazka dan yang lainnya meneruskan perjalanan mereka. Dingin. Semakin tinggi mereka mendaki, semakin kuat dingin ini menusuk. Kinanthi merekatkan jaket yang membungkus tubuhnya. Ia sebar semua pandangan ke setiap semak yang mereka lewati. Tak henti ia teriakkan nama kakaknya tercinta itu.
"Kak Indraaaa...." tak ada jawaban. "Kakak di manaa???"
Semuanya terlihat begitu lelah. Medan ini terlalu terjal apalagi untuk seorang perempuan. Kinanthi benar-benar lelah dibuatnya. Bertambah lelah ketika ia melihat Tiara dan pacarnya itu saling menolong, tawa-tawa kecil terus terdengar dari mereka.
Kak Ecki, lo kan temen kak Indra. Tega banget lo, Kak.
Kseetttttthhh
krek, krek
KAMU SEDANG MEMBACA
Origami Kinanthi
RomanceKinanthi tidak lagi memandang Fazka sebagai pacarnya setelah kematian kakaknya, Indra. Hubungan Kinanthi dan Fazka merenggang karena kesalahpahaman yang tak kunjung dibicarakan. "Kamu pembunuh!" Dan Fazka bahkan tak bisa meradang pada gadis kesayan...