Pt. 1 : Who?

18 8 2
                                    

Jangan pernah menyerah dengan rasa takut mu, karena rasa takut mu akan terus menguasai diri mu.

****

Siang itu, tidak seperti biasa nya, Theon hanya diam dan termenung di meja kelas nya, sedangkan teman sekelas nya sibuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh Pak Jackson, guru Spread Sheet mereka. Ya, kebetulan mereka mempelajari ilmu keuangan dalam bentuk digital, jadi mau tak mau mereka harus mendalami ilmu Spread Sheet.

Theon menghela nafas ketika mendengar namanya disebut oleh teman sekelas nya. "Ish, Theon ini gimana sih tugas nya, asli ya gue gak ngerti!" Gerutu Violeta dengan wajah yang ditekuk sambil terus mengutak-atik benda yang sering disebut Laptop itu.

Theon berjalan, berdiri di tengah kelas, dan berusaha menarik perhatian teman sekelas nya yang tengah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. "Teman teman, minta perhatian nya sebentar! Gue gak ngerti juga soal yang dikasih sama Pak Jackson, kebetulan kita juga belum belajar kan? Jadi, kerjain aja apa yang menurut kalian bener. Gue juga pusing, sekian." Theon mengakhiri perkataan nya, sedangkan yang lain hanya menggaruk tengkuk berusaha mengerti soal yang diberikan Pak Jackson.

Pasal nya, mereka memang membenci pelajaran Spread Sheet, namun, mereka diberi kewajiban untuk mempelajari nya, bukan? Jadi, mereka harus mengikuti nya dengan benar.

Theon diam, kembali termenung, dan memikirkan sesuatu. Ia berusaha menetralkan degupan jantung nya. Ia hanya tak ingin teman-teman sekelas nya tahu tentang diri nya. Dengan susah payah Theon berusaha menampilkan wajah seolah tidak terjadi apa-apa.

Seolah mengabaikan perasaan nya, Theon kembali membuka laptop nya dan mulai berperang dengan ilmu Spread Sheet di hadapan nya.

"Ngerti lu?" Tanya Vero sambil menyikut lengan panjang milik Theon, Theon yang disenggol seperti itu hanya menoleh dan menggeleng pelan pertanda bahwa diri nya pun tak mengerti maksud soal yang diberikan Pak Jackson.

"Yaudah, gak usah dikerjain." Titah Vero, lalu mengambil ponsel milik nya yang berada di saku baju. Theon yang melihat hanya mengangkat alis heran dengan yang dilakukan Vero.

"Ro, ngerasa ada yang janggal gak?" Tanya Theon menggantung dan menurut Vero, pertanyaan yang dilontarkan Theon sedikit membuat nya ambigu.

"Gak ada perasaaan, emang apaan sih? Perasaan lu doang kali, ah." Balas Vero berusaha mengabaikan pertanyaan Theon yang aneh menurutnya.

"Masa sih?" Tanya Theon bermonolog, persis seperti orang linglung.

"Rasa takut itu hanya akan menguasai mu."

Entah dapat bisikan darimana, Theon merasa telinga nya baru saja dihembuskan nafas hangat oleh seseorang, sontak saja Theon menoleh ke belakang dan tidak mendapatkan apa-apa.

"Lagi?" Tanya Theon dengan nada sedikit kesal, membuat Vero menoleh dan kembali mengabaikan Theon yang memiliki sikap aneh.

Theon berusaha menepis semua pikiran aneh nya, dan kembali fokus pada pekerjaan nya. Ia hanya tak ingin semua pikiran aneh nya menganggu pekerjaan sekolah nya. Lagi pula, ia juga sudah lelah diganggu oleh pikiran negatif miliknya sendiri.

Setelah berpusing pusing ria dengan tugas sekolah nya, Theon menutup laptop di hadapan nya dan merapikan alat tulis nya yang berserakan di meja. Bel pulang sebentar lagi akan berbunyi, pertanda bahwa pelajaran hari ini telah usai.

Ia memutuskan untuk pulang ke rumahnya dan mengistirahatkan otak nya yang sudah pening dengan pelajaran hari ini, ditambah lagi dengan kejadian yang ia alami sejak pelajaran Spread Sheet tadi.

Setiba nya di rumah, tanpa permisi, Theon langsung berjalan menuju kamar nya, mengabaikan beberapa pekerja rumah tangga yang sedang sibuk membersihkan rumah nya. Toh, ia juga lelah, jadi ia ingin langsung beristirahat.

Theon melempar kan tas ransel nya ke atas kasur, ia membuka kancing kemeja putih nya, mengganti nya dengan kaus oblong berwarna hitam. Keadaan sore hari yang sangat panas membuat Theon ingin sekali mengguyur tubuh nya dibawah shower, namun, rasa nya untuk pergi melangkah ke kamar mandi saja ia malas. Jadi, kegiatan nya untuk bebersih ditunda dan ia lebih memilih untuk merebahkan diri di atas kasur milik nya.

Ditatap nya langit langit kamar yang putih bersih, lama kelamaan kantuk nya mulai menyerang. Ketika kelopak mata nya mulai menutup dengan sempurna, namun, erangan di samping Theon membuat Theon terkejutnya dan membuka mata.

"Bagaimana kau bisa mengabaikan ku?"

Theon kembali menutup mata, memaksa kedua bola mata nya untuk tertutup kembali. Ia menggeleng kan kepala berusaha menepis semua pikiran negatif nya. Sudah cukup kejadian di sekolah tadi membuat ia merinding, ia tak ingin merasa ketakutan terus. Theon tak ingin rasa takut nya terus menguasai diri nya. Namun, Theon menyukai rasa ini. Rasa takut dan penasaran akan suatu hal. Theon menyukai rasa takut yang ia ciptakan sendiri, namun di satu sisi, ia tidak suka jika rasa takut nya terlalu mendominasi diri nya.


******

Gimana tuh ges? Jadi sebenarnya apa yang Theon dengar?!

Can You Not¡ce Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang