03 - zona (ny)aman

180 24 6
                                    

"KAKAK GANTENG MINTA NOMOR WASAFNYA DONG!1!1"










Kelima sahabatnya langsung cengo. Tatap-tatapan.

Katakanlah Ria goblok, mau-maunya aja disuruh temennya kek gitu. Dan liat, yang dia lakuin sekarang cuma mengerjap-ngerjap, tanpa rasa bersalah.

Cowok yang bertubuh kekar itu membalikkan badannya. "Gue?"

"Lo budeg, ya?" tanya Ria santai.

Kelima sahabatnya hanya saling pandang dan tergagap. Ria waras gak sih? Dia sadar nggak kalau sekarang dia lagi bikin masalah buat dirinya sendiri?

Oknum Darka langsung mengernyit, lalu maju beberapa langkah mendekati mereka. "Siapa lo? Berani banget sama gue."

"Ya emangnya lu setan yang harus ditakutin, gitu?" Ria makin nyablak, emosinya sudah terpancing.

"K-kok?!" Darka maju lebih dekat lagi.

Merasa tertantang, Ria akhirnya bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Darka.

"Kak Darka, maafin temen aku, ya. Tadi kita cuma main tebak-tebakan, terus yang salah dapet tantangan. Dia kalah terus tadi dapet tantangan, eh kepasan kakak yang lewat." Salsa berdiri, menghampiri Ria yang sudah siap pasang kuda-kuda, begitu pula Darka.

"Apaan, sih, Sa! Kok jadi kita yang minta maaf!?" Ria gak terima.

Darka semakin dibuat mengernyit oleh cewek nyablak di depannya itu. Siapa sih dia, tadi minta nomor wasaf, eh direspon malah begini. Sebenarnya dia waras gak?

"Apaan sih lo. Childish." Darka menatap Ria meremehkan.

"Apa? Coba bilang lagi njing," Ria makin nantang.

Kaget dong Darka. Siapa sih cewek ini sebenarnya?

Darka baru inget sesuatu. Dia daritadi lagi cari kelas sebelas IPA 3. Kemudian, tatapannya beralih ke pintu yang tak jauh dari ia berdiri. Yaps, kelas itu. Kelas yang ia cari daritadi.

Tapi, gadis di depannya berhasil membuat dia jadi gak mood. Akhirnya, dia putusin aja ke kantin Mpok Uni buat nongki sama Gara dan kawan-kawan.

"Lo gak jelas. Males gue ngurusin." Darka membalikkan badannya, bersiap pergi.

Sebelum itu, dia menengok ke arah Ria lagi, "Kalau lo berani buat masalah lagi sama gue, gue goreng lo."

Ria cuma maki-maki dia dibarengi sama kepergiannya. Kelima sahabatnya yang sedari tadi cuma diem di belakang, langsung nyamperin Ria.

"Anjir berani banget lo! Baru temen gue," Liana menepuk bahu Ria dramatis.

"Asli nyablak banget, hahaha," Aura ketawa.

"Ngeselin, ya. Tapi untung ganteng,"

"Apanya yang preman orang tadi, gak ada aura-auranya samsek. Lemah." Ria memutar bola matanya malas.

"Ria! Ria!" sebuah suara mengagetkan mereka.

Spontan mereka menengok ke arah pemilik suara, Niken, yang abis lari-lari gak tau darimana.

"Kenapa?" tanya Ria.

"Lo dipanggil Pak Danil. Disuruh ke taman belakang kantor guru."

🐰🐰🐰

Ria berhenti melangkah ketika melihat tak jauh di tempatnya, dia melihat Pak Danil. Bukan, bukan itu yang mengganjal. Namun, di samping Pak Danil, ada seorang siswa yang dari badannya keliatan keker sama gede gitu.

I'm Here for You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang