Part 1

727 103 10
                                    

Pagi ini tepat jam 08.00 kami para mahasiswa dikumpulkan masing-masing fakultas untuk mengikuti aksi penolakan RUU dari DPR yang katanya si pengkhianat rakyat. Saya sendiri sudah sangat siap akan hal itu sangat siap untuk menyuarakan suara rakyat, dengan menggunakan jas almamater kebanggan kampus dan pita kuning ditangan kanan menandakan bahwa kami anak Pendidikan.

Kita pun berkumpul dilapangan dan sebagian berkumpul di depan kampus seraya menunggu kami yang masih di dalam kampus dan akhirnya kita semua bergerak keluar kampus. Aku dan temanku berboncengan namanya Dita.

"dit, kalau tiba di sana jangan tinggalin aku yah" sahutku

"iya gak akan kok, kita ikut rombongan aja" jawab dita

Ohiya perkenalkan namaku Gendis, Gendis Ulani Adriana teman-teman biasa memanggilku Gendis. Aku dan Dita berjalan ke parkiran dan selama di motor aku ngoceh agar tak ditinggalkan.

"dit beneran jangan lepasin tangan aku loh" ocehku

"iya ndis, nih yah kalua ada borgol kita borgol tangan kita biar gak kepisah"

"ih kamu liat gak tadi anak yang grondrong, mukanya serem banget"

"itu pasti kebanyakan anak Teknik kalau gak dari kehutanan atau anak mapala" tebak Dita

"widih bakal seru gak nih bentar demonya, anarkis gak yah kayak di ibukota sana"

"jangan anarkis dong ntar yang kena kita juga bego" ngomel dita sambil menepuk helmku

-----

Sesampainya di tempat parkiran dekat Gedung DPR handphoneku berbunyi tanda notif whatsapp masuk setelah kulihat ternyata abang sepupuku yang dari fakultas Hukum.

(isi pesannya)

Abang :
(dek kamu ikutan aksikan?)

Aku :
(iya bang, ini aku lagi diparkiran sama-sama dengan rombongan)

Abang :
(kenapa harus ikut sih kamu tuh cewek loh ntar kenapa-kenapa)

Aku :
(tanggung bang aku dah ikut rombongan. Insyaallah gak kenapa-napa)

Abang :
(abang tuh jauh dari kamu dek, susah buat nyari ntar mana kamu pendek)

Aku :
(abang..... udah ah kita udah mau jalan)

Abang :
(hatihati yah dek)

Setelah itu kusimpan handphoneku di dalam kantong jas almamater dan berjalan bersiap-siap dengan atribut demo yang telah dibuat semalaman. Aku dan Dita memegang spanduk yang panjangnya 2 meter yang bertuliskan keluh kesah tentang RUU yang tak masuk akal.

Panas matahari tak kami pedulikan suara mahasiswa semakin mengeras terutama Dita, aku hampir saja tuli dengan suara nyaringnya itu. Kami berjalan menuju depan Gedung DPR dan kami disambut dengan barisan rapi aparat kepolisian dengan atribut lengkapnya, seperti panci amerika tongkat ajaib dan helm level 3 di game PUBG.

Awalnya kami melakukan demo damai tanpa adanya bentrok dan meminta perwakilan DPR untuk keluar menemui kami atau PRESMA kami diijinkan masuk ke dalam Gedung DPR dengan menandatangani surat pernyataan tapi hasilnya nihil tak lama setelah itu bentrok kecil mulai terjadi dengan pembukaan awal pelemparan batu kepada aparat. Tapi aparat menggunakan metode bertahan dengan panci amerikanya.

Keadaan semakin tidak kondusif aku dita dan rombongan perempuan lainnya yang berada digarda depan mendadak memundurkan diri bahkan sebagian kabur kebelakang dikarenakan gas air mata pertama telah diluncurkan, aku yang tadinya tidak pernah merasakan apa itu gas air mata dan hanya mendengar dari berita bahwa itu sangat nyeri dan membuat dada sesakpun merasakannya saat itu juga.

Gas air mata itu jatuh di depan kita tepat 1 meter dari tempatku berdiri para mahasiswa laki-laki berteriak bahwa jangan melempar gas air mata kepada kaum wanita tapi tak dihiraukan oleh apparat malah menambah 1 tabung dan saat itu aku tidak tau sedang dimana. Kupanggil dita tapi tak ada jawaban.

"DITA..DITA.." teriakku lantang sambil menutup mata dan meraba sekitar.

"GENDIS.. KAMU DIMANA GUA" balas dita tapi suaranya sangat kecil serasa sangat jauh dariku.

"ya tuhan mataku perih sekali.. TOLONG!!!" teriakku

"WOII.. AMANIN CEWEK-CEWEKNYA KASIAN INI PERIH BANGET"

Teriak salah seorang lelaki yang kurasa suaranya jelas sekali

Tak lama setelah teriakan itu seseorang mengambil tanganku dan berlari, kurasa tanganku digenggam sangat kencang seolah aku akan terjatuh. Aku dan seseorang yang menarikku terus berlari sekitar 5 menit kita berlarian akhirnya berhenti, ohya fyi aku berlari sambil merem melek saking nyerinya mataku jika terbuka.

"kamu masuk kedalam rumah itu dan tunggu aku disitu, jangan kemana-mana" sahut mahasiswa laki-laki itu

Tidak lama ia berlari kembali ke TKP dia kembali lagi dengan memberikan gantungan dari gelangnya

"simpen ini biar kamu gak hilang" katanya

Akupun masuk ke dalam rumah dan ternyata ada yang lebih parah dariku, di dalam rumah itu banyak perempuan dengan segala keluh kesahnya ada yang terkena gas air mata sepertiku sampai yang terinjak karena kejar-kejaran dengan polisi dan ada beberapa laki-laki yang kepalanya bersimbah darah dikarenakan dikeroyok oleh aparat.

Aku takut, panik dan resah akan keadaan seperti ini. Ini kali pertama bagiku mengikuti demo dan suasananya sangat tidak kondusif, sejenak berfikir kejadian 98 tapi tak lama handphoneku berdering.. abangku menelfon

"DEK..KAMU DIMANA" Suara teriakannya yang tertutupin suara bentrokan.

"aku lagi di rumah warga bang"

"RUMAH YANG MANA"

"yang.... halo bang.. halo"

Benar saja baterai handphoneku habis.

-----

DEMONSTRASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang