part 5

239 63 5
                                    

Seminggu berlalu, dua minggu berlalu.. tapi moment itu tak pernah dilupakan gendis bahkan saat melamun yang dipikirkan gendis hanya danu, bagaimana dirinya ditarik sewaktu dirinya terkena gas air mata sampai dita sendiri bingung ada apa dengan gendis sebenarnya.

“woi..melamun aja” tegur dita

“apasih ganggu orang lagi duduk aja” balasku

“lagian siang bolong melamun nanti kecopetan” -dita

“kecopetan?” tanyaku bingung

“iya, kan lu melamun terus gak sadar kalua coklat yang di tas kamu udah aku makan.. taraaa” -dita

“eh coklat darimana tuh”
Tanyaku heran sambil mengecek tasku dan benar saja dita mengambil coklat dari dalam tasku

“ditaaa gila lu yah cepet amat ngambilnya” -gendis

“lagian pake melamun, gimana kalau bukan gue yang negur tadi, gimana kalau ternyata lu beneran kecopetan” oceh dita

“janganlah gila kali, meski dompet gue isinya gak ada tapi surat-surat motor sama atm gue ada disitu” -gendis

“eh daripada lu gak ada kerjaan mending lu bantuin gue ama himpunan jual bazar” -dita

“yaelah malas ah, pasti disuruh jalan ke fakultas lainkan” jawabku malas

“udah ayok, sekalian cuci mata. Ayok cepetan” kata dita sambil menarik tanganku

Dengan sangat terpaksa akupun mengikuti apa yang dita mau, berjualan bazar. Percayalah selama diperjalanan aku mengdongkol kepada dita entah berapa kali aku memberikannya sumpah serapah.

  Tapi sumpah serapahku terhenti saat membaca “Fakultas Teknik” kalian tau bagaimana reaksiku percayalah dita merintih kesakitan saat ku pukul tangannya.

“gila apa, sakit bego” celoteh dita

“ngapain kita kesini?” tanyaku

“cari ubur-ubur” jawab dita sambil meninggalkanku

“woi tunggu gue anjir”

Saat memasuki lobi terlihat beberapa mahasiswa dan mahasiswi dari fakultas Teknik tapi mataku menangkap sedikit sekali perempuan di dalam sini. Kitapun mulai menawarkan jualan, tugasku hanya mengambil uang dan mengembalikan uang.

“kak bazarnya dibeli” tawar dita ke kumpulan mahasiswa Teknik itu

“widih dari fakultas mana nih” tanya mahasiswa Teknik itu

“dari fakultas keguruan” jawab dita
“kue apa nih, berapaan” -mahasiswa Teknik

“semua 5k permika kak”

Selagi dita menawarkan bazar mataku menelusuri setiap pandang yang kutangkap dimata, berharap yang dicari timbul di permukaan tapi apalah daya dia enggan menampakkan dirinya, pasrah kata itu yang terjadi pada diriku.

Memang benar mungkin kita tidak berjodoh atau dia sedang mempersiapkan sesuatu untuk pertemuan selanjutnya, kuharap demikian. Penjualan bazar kali ini berakhir di fakultas Teknik karena kemampuan marketing dita yang membuatku terkejut.

Setelah berjualan rombongan kamipun kembali ke fakultas dengan membawa uang penjualan bazar hari ini

“lumayan juga penjualan hari ini” kataku sembari menghitung-hitung uang

“yey kita makan-makan” -dita

“gila lo ini itu dana buat wamena gila” kataku sambil mencubit lengan dita

“awhh iya tau ah sakit ndiss” rintih dita

“eh kita nonton yuk besok danur 3 udah tayang nih” -dita

“alah paling juga kamu nutupin muka selama pemutaran, kek film makmum kemaren” -gendis

“gak, seriusan gue penasaran bgt dari trailernya kek seru gitu ndiss ayolah” bujuk dita

“kita berdua doang?” tanyaku

“gaklah, guekan ada pacar jadi gue ajak pacar gue ahahaha” jawab dita

“trus gue jadi obat nyamuk gitu” tanyaku sinis

“makanya cari pacar biar gak sendirian” ejek dita

“ogah kalau gitu, males bgt deh” jawabku

“eh..eh jgn gitu dong gue bayarin deh” rayu dita yang membuatku mengiyakan ajakannya.

DEMONSTRASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang