Part 2

207 24 3
                                    

Angin semilir menerpa wajah Yoona. Di wajah kecilnya, ia tersenyum. Beberapa saat yang lalu, ia dengan jelas mendengar anak - anak di panti berbisik satu sama lain, terheran mengapa masih ada orang yang bersedia mengadopsi dia. Kepala panti asuhan tadi berpesan panjang lebar kepadanya. Yonna harus tetap mandiri dan belajar dengan rajin. Dalam hati gadis kecil itu sangat bersyukur dan berterima kasih atas semua kebaikan dari para pengurus panti asuhan kepadanya.

"Sebentar lagi kita akan sampai, Yoona." Ujar omma Yoona, membuyarkan lamunan gadis kecil yang sedang duduk di kursi belakang mobil berwarna biru yang membawanya menuju ke rumah barunya.

Mendengar itu, Yoona hanya mengangguk pelan.

"Mengapa ia dari tadi membuka jendela mobilnya, sayang? AC nya jadi kurang terasa. " gerutu sang suami sambil melihat ke spion tengah

"Biarkan saja. Lihat ke depan, bodoh. Kau bisa saja menabrak mobil di depanmu" sahut  istrinya

"Tidak mungkinlah. Aku pengemudi profesional."

"Ya. Sangat profesional sampai sampai pagar tetangga depan rumah jadi korbanmu" ujar istrinya

" Itu beda. Sudahlah...kenapa kau terus membahas hal itu, sayang? Bukankah sudah kujelaskan, aku mabuk berat saat itu" sang suami membela diri.

"Kalau kau sadar jika malam itu kau mabuk, harusnya kau pulang naik taksi saja. Kau tahu berapa ribu won yang harus kubayarkan ke tetangga kita? Belum lagi istrinya.....ihh....dia wanita tua yang sangat cerewet" omel istrinya.

"Tsk.....tidakkah kau sadar, kau juga cerewet" gumam suaminya pelan.

"Apa kau bilang? Ulangi....ayo ulangi lagi" omma Yoona marah sambil memukuli lengan kanan suaminya yang sedang menyetir

"YAH....hentikan....." kata suaminya

"Awas kau." omma Yoona memberikan pandangan membunuh

" Ya Tuhan...." lirik si suami sambil bergidik ngeri.

Mendengar perdebatan kecil itu, Yoona hanya tertawa.

Setelah melewati beberapa perempatan besar dan 3 belokan, serta sedikit perdebatan kecil, mobil yang mereka kendarai mulai memasuki daerah pemukiman yang lumayan sepi.

"Kita sampai......Ayo Appa bantu membawa barangmu ke kamar, Yoona. "

"Terima kasih, Appa"

Mereka bertiga memasuki sebuah rumah kecil. Tidak banyak perabotan mewah di dalamnya. Hanya rumah kecil 2 tingkat yang sangat sederhana. Sambil dituntun oleh ommanya, Yoona berjalan pelan sambil tangannya menggapai semua sisi benda yang ada disampingnya. Itu adalah caranya untuk mengenali lingkungan baru.
Kamar baru milik Yoona ternyata ada di lantai 2. Sambil menaiki anak tangga secara perlahan, Yoona menghitung dalam hati, berapa langkah yang ia lalui, dan tidak butuh waktu yang lama baginya untuk menghapal semua sudut ruangan.

Setelah beberapa minggu tinggal bersama keluarga barunya, Yoona merasa bahagia.
Mereka mungkin bukanlah keluarga yang kaya, tapi ini semua sudah lebih dari cukup baginya. Appa nya sangat menyayanginya. Ia banyak membantu setiap kali Yoona mengalami kesulitan. Hanya omma nya yang terkadang galak pada Yoona.

Bulan demi bulan berlalu dengan normal, sampai kejadian itu datang. Appa Yoona dipecat dari pekerjaannnya. Semenjak itu, keadaan keuangan keluarga kecil itu mulai goyah. Appa Yoona sudah berusaha mencari pekerjaan ke beberapa tempat, tapi semua usahanya tidak membuahkan hasil, sedangkan omma Yoona selama ini tidak bekerja. Untuk sementara, keluarga mereka bisa bertahan, tapi seiring berjalannya waktu, uang tabungan mereka semakin lama semakin menipis.

Dengan sangat terpaksa, mereka akhirnya mengeluarkan Yoona dari sekolahnya. Kedua orang tua angkatnya sudah tidak mampu lagi  untuk membayar sekolah Yoona.
Malam itu appa Yoona pulang dalam keadaan mabuk dan menangis sambil berlutut di depan Yoona.

I see an angelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang