Bab 5

759 12 1
                                    

Dari arah kejauhan berjalan dua orang gadis berjalan lenggang kangkung. Gadis sebelah kiri yang berusia sekitar limabelas tahunan dengan berjalan lambat-lambat agar gadis di sebelahnya yang sedikit lebih muda usianya sekitar tiga tahunan dibawahnya, pun berusaha mensejajari langkah orang di sebelahnya. Meski terlihat masih muda, tapi roman cantik manis kedua gadis itu sudah bisa terlihat dengan jelas meski dengan kulit sedikit menghitam akibat terpanggang matahari, sorot mata mereka terlihat menderita beban batin yang berat.
   "Kangmbok, memangnya kita mau kemana.?" Tanya gadis sebelah kiri.
   "Kumala rani, kita harus lari sejauh-jauhnya untuk menghindari orang-orang gagak cemani!"
   "Iya, rani tau, kangmbok nila! Tapi kaki rani sudah pegal-pegal akibat berlari seharian," rengek si gadis kecil yang di sebut kumala rani. "Bagaimana kalau kita istirahat dulu di dekat pohon sana."
Usul kumala rani sambil menunjuk pohon trembesi.
Si gadis yang bernama lengkap nila sawitri sedikit meragu,  "Tapi ..."
   "Lagian sebenentar lagi malam, ayolah ... sebentar saja,"
   "Huh ... kau ini memang menjengkelkan, rani!" Sungut nila sawitri, karena tangan kanan sudah di tarik paksa ke arah pohon trembesi.
Sesampainya didekat pohon, kumala rani melihat seorang bocah laki-laki berusia sepantaran dirinya duduk santai menikmati sepoinya angin dan rindangnya dedaunan. Gadis kecil itu langsung memasang muka masam, setelah mengetahui bahwa bocah laki-laki itu ternyata seorang gembel!
   "Gembel jelek! Aku mau istirahat, cepat kau minggir sana!" Bentak si gadis kecil, sambil kakinya menendang kearah si bocah.
Dukkk!!
   "Rani jangan keterlaulan!" Bentak kakaknya, namun terlambat!!
Kaki kecil kumala rani mendarat mendarat telak di pinggang si bocah jalu samudra.
Jalu samudra yang sempat mendengar desiran angin mengarah kepinggang kanan, sebisa mungkin mengalirkan hawa tenaga dalam. Meski sedikit terlambat tapi ia tidak terluka, namun tendangan si gadis kecil cukup membuatnya terguling-guling dan hampir menabrak batu yang ada di depan.
   "Gadis edan! Datang-datang main tendang saja!" Bentak jalu samudra sambil mengusap-ngusap pinggang yang terasa nyeri. "Apa kau tidak pernah di ajarin sopan santun sama orang tuamu, hah.?"
   "Apa kau bilang?" Seru rani dengan meradang .
   "Rani, hentikan perbuatan burukmu itu!" Bentak nila sawitri sambil menarik adiknya menjauhi si bocah laki-laki, lalu berkata lembut, "Maafkan perbuatan adikku, sobat kecil!!"
   "Buat apa minta maaf sama gem ..."
   "Diam!" Bentak nila sawitri dengan mata melotot.
Si gadis kecil kumala rani  segera saja meruncingkan mulut sambil membanting pantat kebawah, lalu duduk bersandar di pohon.
  Ngambek dia!
Jalu samudra segera beringsut kedepan dengan meraba-raba tanah, apalagi yang ia lakukan jika tidak mencari tongkat hitamnya?"
Tentu saja perbuatan jalu membuat nila sawitri terperangah kaget dan terlebih lagi kumala rani, sampai terlonjak ke atas.
   "Kau ... buta?" Tanya kumala rani dengan muka serba salah.
   "Kalau iya, kenapa?" Kata jalu dengan ketus dengan tangan masih meraba-raba tanah.
   "Di tanya baik-baik ... jawabnya pedas amat!" Gantian kumala rani membentak.
   "Memangnya tadi kau bertanya waktu menendangku?" Bentak si bocah dengan masih meraba-raba, "Berengsek! Dimana sih tongkatku?"
Nila sawitri kasihan melihat si bocah buta mencari-cari tongkatnya, ia melihat tongkat itu sejarak dua tindak di samping kanan si bocah, segera berkata.
   "Tongkatmu di sebelah kananmu. Ya ... kekiri dikit"
Begitu mendapatkan kembali tongkatnya. Jalu samudra segera berdiri.
   "Sobat kecil, maafkan adikku yang telah lancang menemdang pinggangmu, apa pinggangmu masih sakit?" Tanya nila sawitri.
   "Sudah tidak apa-apa kok! Tendangan tadi seperti gigitan semut saja," kata jalu samudra dengan angkuh, padahal dalam hatinya ia memaki panjang pendek, "Sialan, sakitnya sampe menembus tulang!"
Lalu berjalan menjauh dengan mengetuk-ngetukan tongkatnya ketanah. Setelah empat lima tombak, ia berhenti berjalan dan duduk manis sambil memasukan dua kakinya kedalam air.
   "Apa kau bilang?  Jadi kau mau di tendang lagi?" Kata kumala rani sambil bangkit berdiri, lalu pasang kuda-kuda kokoh.
   "Huh, untung saja kakakmu sudah memintakan maaf untukmu, kalau tidak ... gadis tengil macammu sudah pasti ku lempar ketengah danau" jengek si jalu samudra dari kejauhan.
   "Rani! Hentikan tingkah ugal-ugalanmu!" Kata nila sawitri dengan sedikit keras.
   "Jika kau tidak mau diam, aku tinggal kau disini seorang diri!" Lanjutnya dengan sedikit ancaman.
Gadis itu tau seberapa bengal nya sang adik, semakin di cegah semakin menjadi-jadi.
   "Jangan kangmbok nila, jangan!"  Sahut si gadis dengan muka memelas..

    -o0o-

Si pemanah gadis- jilid l tabir ilmu sakti rimba persilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang