Selembar Prolog Tentangmu

10 0 0
                                    

Hari itu sungguh jadi yang paling menyebalkan untukku, bagaimana tidak?  hari terakhir jelang weekend ku harus terganggu dengan tumpukan laporan di meja kerja.
Perkenalkan..aku adalah seorang pegawai baru di salah satu instansi milik negara. Yah mungkin bayangan kalian kerja sebagai seorang pegawai adalah pekerjaan yang menjanjikan. Namun tidak selamanya anggapan itu benar, jenuh dan tertekan sudah jadi makanan pelik untukku, ditambah tempat kerja yang mengharuskan untuk merantau hingga keluar pulau yang tak pernah terbesit di benakku sama sekali. Perasaan rindu, emosi, dan ingin kembali masih kental menyelimuti setiap gerakku.
Singkat cerita, malam itu aku bergegas menuju cafe untuk menenangkan pikiran sekaligus menyelesaikan laporan yang sayup-sayup terlihat menari ingin dicumbui. Suasana cafe yang tentram ditambah dinginnya coklat signature yang kupesan mampu sedikit meredakan badmood hari ini. Tanpa memperhatikan  sekitar segera kuselesaikan apa yang menjadi bebanku hari itu.
Waktu sudah berlari begitu cepatnya, kulirik jam tanganku sudah menunjukkan pukul setengah sebelas, pantas hawa ruangan terasa semakin dingin karna pengunjung cafe berangsur sepi. Sungguh sejujurnya aku belum ingin beranjak karna enggan menunda pekerjaan untuk dilanjutkan besok. Tapi mau bagaimana , jam operasional cafe mengharuskan untuk segera tutup. Bergegas kumatikan laptopku dan membereskan segalanya dari mejaku. Aku pulang dengan sedikit menahan kantuk karna harus membelah dinginnya malam diatas motor.
Sesampainya di kamar kos kulempar tas dan berbaring merilekskan otot leher yang sedari tadi dipaksa menyangga beban di otakku. Seperti biasa aku buka instagram dan melihat timeline yang muncul di feed, aktifitas  yang wajar bagi para millenials jaman now bukan?

Tiba-tiba masuk notifikasi di dm. Kulihat ada akun minta followback. Ragu kulihat profilmu. Sungguh kesan pertama sedikit tidak interest karna penampilanmu yang berantakan. Laki-laki dengan kebebasan yang terlihat dari gaya rambutmu: gondrong tak biasa, begitulah sudut pandangku tentangmu. Baiklah aku balas pesanmu dengan bertanya siapa kamu. Dan tanpa kuduga ternyata kamu adalah laki-laki gondrong yang sempat kulihat di cafe tadi. 

Pesan singkat itupun berlanjut hingga berujung pada pertemuan sederhana dimana kamu hanya ingin tau parasku secara langsung untuk kedua kalinya, dan seakan semesta merestui akupun tak sengaja bertemu kamu beserta teman-temanmu yang lucu. Ragu dan takutku tentangmu seketika hilang ketika aku mengenalmu lebih dekat. Sampailah kita memutuskan pergi di salah satu tempat live music, bersenang melepas beban bersama teman-temanmu , meskipun sejujurnya aku tak begitu menyukai suasananya. Tapi.... lagi-lagi kamu berhasil menggugurkan pikiran negatifku. Tiba-tiba kau raih tanganku, menggenggamnya dengan lembut untuk ikut andil dalam suasana yang menurutmu menyenangkan. Aneh! Ditempat seriuh itu justru romantis yang dapat aku rasakan. Ada perasaan yang diam-diam menyelinap dan berbenih. Hei!!!! Mengapa semudah itu hatiku kau takhlukan tuan?
Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Live musik telah diakhiri, yah artinya kamu dan aku harus mengakhiri malam yang bagiku indah meskipun terasa singkat.

Bukannya segera tidur, justru aku semangat menunggu notifikasi darimu.. yah kita hanya komunikasi melalui dm Instagram tanpa bertukar nomor kala itu. Namun harapan hanya tinggal semu, karna nyatanya memang tak ada 1 pun kabar darimu. Entah seketika pikiranku dipenuhi pertanyaan apakah kamu kecewa dengan pertemuan malam ini?

Arghhhhh kenapa perasaan ini harus tumbuh begitu cepat tanpa pernah di tanam?🌿

Lbj, 28 Sept

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 30, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Pelukan Yang SalahWhere stories live. Discover now