Nabilla berjalan memasuki sekolah dengan langkah yang gontai. Dia masih kesal karena kemarin bersama Adit di minimarket. Hari ini Nabilla nampak cantik apa adanya. Mengikat rambutnya menjadi satu dengan poninya.
Nabilla memasuki kelas dengan perasaan kesalnya kepada Adit terlebih lagi yang 'dare' itu, ingin sekali Nabilla membalasnya. Pandangan pertamanya melihat bangku yang diduduki Adit. Namun, cowok itu tidak ada disana. Nabilla berjalan ke bangkunya dengan bibir yang mengerucut.
"Gimana mbak? Masih kesel?" Ghea tiba-tiba datang dengan alis yang dinaik-turunkan.
"Apaan sih lo? Bikin tambah badmood." Kesal Nabilla.
"Ya maaf"
"Eh eh, lo tau ga Sinta?"
Nabilla membenarkan posisi duduknya menghadap Ghea. "Kenapa? Dia adek kelas yang kecentilan itu kan?"
"Ga jadi deh"
"Nge gibah nanti jatohnya, makin tambah banyak dosa gue yang ada" Dengan cepat Ghea menjauh dari tempat duduknya sebelum Nabilla menjitak kepalanya.
"TAI! GUE UDAH PENASARAN KAGA JADI CERITA!"
Nabilla mempoutkan bibirnya, tangannya menopang dagunya. Terlalu banyak hal yang membuat Nabilla menjadi badmood sekarang.
Bel masuk berbunyi. Nabilla melirik bangku Adit, namun tidak ada tanda tanda tubuhnya ada disitu. Nabilla berfikir kalau Adit pasti telat atau tidak masuk sekolah hari ini. Setelah 5 menit bel berbunyi, ketua kelas datang dengan sebuah kertas ditangannya.
"Ibu Surta lagi sakit, jadi ga bisa hadir."
"Ga ada tugas kan?" Bagas sebagai ketua kelas menggeleng.
Dhanu kembali bertanya. "Terus kertas apaan ditangan lo?"
Meilany berdecak. "Bacot lo Dhan, nanya mulu."
Suasana kelas XI IPA 2 sangat ramai, karena ketidakhadiran guru matematika yang sedang sakit.
Nabilla merasa bosan di kelas, akhirnya ia memutuskan keluar kelas dengan jalan yang tegap. Nabilla berjalan menyusuri koridor lantai dua yang akan menuju lantai satu, tepatnya dia ingin pergi ke ruang musik. Sangat rindu dengan pianonya yang sudah tidak dimainkan 1 hari yang lalu. Karena ia pikir itu malah menambah ketenarannya. Sombong dikit lah.
Nabilla melenggang masuk keruang musik lalu langsung mendudukkan dirinya dikursi dengan piano didepannya.
Nabilla mulai menekan tuts demi tuts perlahan sehingga membentuk nada lagu yang sempurna. Nabilla menarik nafasnya lalu membuka mulutnya untuk bernyanyi.
"Senyumanmu yang indah bagaikan candu. Ingin trus kulihat walau."
"Ku berandai, kau disini."
"Mengobati rindu ruai."
"Elah rindu mah bilang aja kali." Ucap Adit yang datang tiba-tiba. Itu membuat Nabilla menghentikan jari jarinya menari diatas tuts tuts piano.
"Ngapain lo disini?"
"Ya gue denger suara orang nyanyi disini, yaudah gue samperin."
"Kenapa bengong? Lanjutin aja nyanyi nya biar gue jadi jurinya."
"Apaan sih lo? Lo kira ini audisi?"
"Ribet lo."
"Yaudah tapi lo diem." Adit mengangguk. Nabilla menghembuskan nafasnya lalu menekan kembali tuts dan melanjutkan nyanyian yang sempat terhenti tadi.
"Dalam sunyi, kusendiri meratapi."
"Perasaan yang tak jua didengar."
"Tak kan apa"
"Bila rasa ini, tumbuh sendirinya."
"Tak berdaya, diri bila diantara."
"Walau itu hanya bayang bayangmu"
"Senyumanmu yang indah bagaikan candu, ingin trus kulihat walau dari jauh."
"Sekarang aku pun sadari, semua mimpiku yang berkhayal akan bisa bersamamu."
"Perasaan siapa sih yang ga didengerin?" Nabilla mengatupkan bibirnya dan berhenti menekan tuts piano.
"Eng-enggak ini cuma lagu doang, lagian lo ga tau? Ini lagu lagi tren di Indo."
Adit menyentil dahi Nabilla. "Alesan."
Gue tau perasaan lo Bill, tapi gue mau lo nunjukkin bukan diem kaya gini.
"Alesan dari mana coba, kan itu fakta. Lo nya aja kali ga apdet."
"Iya iya deh mama muda."
"Ih lo ya, gue daritadi udah badmood, pas gue udah tenang tenangnya lo dateng dan bikin mood gue turun lagi."
"Curhat nih?"
"Enggak kumur kumur gue." Nabilla mempoutkan bibirnya.
Adit mengacak rambut Nabilla dengan senyumnya serta dimplenya. "Nih gue bikin ga badmood lagi."
Adit mengambil gitarnya. Tangannya mulai memetik senar gitarnya perlahan sehingga membentuk nada lagu. Adit menarik nafasnya pelan kemudian membuka mulutnya untuk bernyanyi.
"Kurasa ku sedang jatuh cinta. Karena rasanya ini berbeda."
"Oh, apakah ini memang cinta? Selalu berbeda saat menatapnya."
"Mengapa aku begini, hilang berani dekat denganmu."
"Ingin ku memilikimu, tapi aku tak tau bagaimana caranya."
"Tolong, katakan pada dirinya."
"Lagu ini kupersembahkan untuknya"
"Tunggu, kenapa lo ganti 'kutuliskan' jadi 'kupersembahkan'?" Adit hanya tersenyum dan kembali memetikkan senarnya.
"Namanya selalu kusebut dalam doa. Sampai aku mampu."
"Ucap, maukah denganku?"
"Endingnya kok agak ilfeel ya?"
"Bacot. Udah dinyanyiin malah banyak nanya."
"Lah? Ini lagu buat gue?"
"Iya, gimana?"
"B aja."
"Halah."
"Apasi."
"Merah noh pipi lo."
Dengan cepat Nabilla menangkup pipinya dengan kedua tangannya.
"Ngeselin banget jadi orang." Umpat Nabilla sambil berjalan cepat meninggalkan ruang musik.
Imut juga kalo lagi blushing.
------------------------------------------------------
Alhamdulliah sekarang udah bisa lanjut nulis wattpad lagi:")
Aku abis pts untung udah selesai, jadi inshaallah aku bakal rajin apdet lagi:)Tolong jangan lupa vote sama commentsnya, karena itu gratis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADILLA
Teen FictionSuka sama doi, eh doi juga suka. Saling suka tapi ga mampu buat nyatain perasaan masing-masing. Terus gimana tuh?