3. Hujan

25 0 0
                                    

Bahagia? Mudah dan sederhana bagiku. Menari dibawah tetesan air langit adalah kebahagiaan untukku. Karena hujan mengajarkanku banyak hal. Perihal ikhlas, tangguh, dan tidak pamrih.

Aku selalu bahagia saat hujan turun. *Jangan dibaca sambil nyanyi. Aku selalu merasa tenang saat dibawah guyuran hujan. Meskipun dingin air menusuk kulit. Tapi aku selalu ingin menari bebas dibawah guyuran hujan.

Karena hujan,
Aku mampu menyembunyikan air mataku.

Aku selalu berharap agar setiap hari turun hujan. Agar aku selalu bisa menari dibawah hujan.

Hujan menyimpan rahasia tersendiri. Tanpa orang tau, ada makna tersirat saat turun hujan. Tapi tak semua orang paham bahasa hujan.

Aku ingin menjadi tangguh seperti hujan. Meskipun terkadang hadirnya ditolak tapi ia tetap hadir.


Gemercik air hujan menggema di penjuru kamarku. Ingin rasanya aku keluar untuk sekedar menari dibawah hujan.

Tapi, tiba-tiba ada suara mengintrupsi pergerakanku.

"Mau kemana? Hujan-hujanan lagi? Masih belum kapok? Mau demam lagi?." Kata mama membuatku menghentikan langkahku menuju pintu.

"Ayolah ma, plissss. Sekali aja, malam ini doang deh. Janji." Ucapku sambil memelas.

"Nggak ada, udah sana masuk kamarmu. Sudah malam juga." Titah mama

"Maaaa," rengekku

"Alula, masuk kamarmu sayang. Sebelum mama mu ini murka. Sudah bosan mama mendengarkan janjimu itu. Jangan mengelabuhi mama. Dosa loh." Kata mama.

"Ih mama." Kataku sambil berjalan menghentak hentakkan kakiku kesal karena tak berhasil membujuk mama.

Aku memutuskan untuk naik ke lantai 2. Menuju kamarku. Naik ke atas kasur dan berbaring.

Aku menatap langit langit kamarku, memikirkan sesuatu. Tiba tiba sebuah ide terlintas dikepalaku.

Bagaimana bisa aku melupakan balkon kamarku. Aku masih bisa bermain hujan dibalkon kamarku. Meskipun tak sebebas dihalaman rumah. Tapi setidaknya aku masih bisa bermain bersama hujan.

Jangan panggil aku Alula kalau tidak punya 1001 cara untuk bermain dengan hujan.

Lalu, aku memutuskan untuk menuju balkon. Membuka pintu dari dalam kamarku yang langsung terhubung dengan balkon. Untung saja kamarku dilengkapi dengan kamar mandi dalam. Jadi nanti aku bisa langsung mandi setelah bermain hujan.

Saat aku sedang asyik tertawa dengan hujan. Tiba tiba pintu kamarku terbuka lebar. Memunculkan sesosok wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda. Dia mamaku.

Sial, Aku lupa mengunci pintu kamarku tadi. Tapi tak apa, ini sudah biasa terjadi. Jadi aku menanggapinya biasa saja.

"Alulaaaa." Teriak mamaku.

"Sudah mama bilang jangan bermain air hujan. Kamu baru sembuh dari demam." Cercah mama.

"Heran, punya anak cewek satu kok hobi demam." Gerutu mama.

"Kan mama udah tau gimana alula kan." Jawabku enteng.

"Mandi sekarang, cepet alula." Titah mama.

"Iya ma iya. Kenapa si marah marah terus. Heran lula." Kataku sambil berjalan menuju kamar mandi.

"Kamu si suka bikin mama kesel. Udah dibilangin jangan tapi membangkang terus. Yaudah cepet mandi, pakek air hangat aja." Kata mama.

"Iya mamaku sayang." Kataku sambil mengecup singkat pipi mama. Lalu berlari kecil ke kamar mandi sebelum mama berteriak lagi.

AW STORY !!ONE SHOOT!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang