♡enambelas: bertemu, lagi.

5.5K 605 93
                                    

Tim pasrah mana suaranyaaaa?

VOTE DAN KOMEN, AKU MAKSA NIH!
.g

Happy reading 🖤

Author POV

Sara gak berhenti mondar mandir di apartemen sambil merutuki kebodohannya karena udah ngeletakin amplop coklat itu sembarangan.

Dia chat Wooseok gak dibalas, ditelpon juga gak diangkat. Mana sekarang udah hampir jam sepuluh malam, udah telat empat jam dari waktu pulang Wooseok biasanya.

Tapi kekhawatiran gadis itu berhenti gak lama setelah denger pintu apartemen dibuka, Wooseok pulang.

"Seok, kamu kenapa gak bisa dihubungi sih?" tanya Sara ketika Wooseok duduk di sofa ruang tengah dengan wajah lelahnya.

"Hp aku disilent, gak sempat ngecek juga. Tadi tuh aku rapat tapi ternyata diundur, kesel banget ternyata perusahaan Lee gak mau diajak kerjasama padahal rapatnya lama banget belum lagi jalanan kesini macet parah," Wooseok mengeluh sambil menyandarkan badannya ke sofa.

Sara tersenyum lembut lalu melepas dasi dari kerah baju Wooseok. "Gak apa-apa, seenggaknya Pak CEO Kim Wooseok udah berusaha. Kamu mandi dulu sana, biar aku masakin makan malam," kata Sara dengan suara yang tenang.

Padahal dalem hatinya udah panik panik ajaib mikirin gimana nasib amplop kiriman Hyerin.

"Ya udah aku mandi dulu yah. Kamu gak usah masak, kita makan diluar aja."

Sara hanya mengangguk, membiarkan laki-laki itu beranjak dan pergi ke kamar mandi.

Setelah dirasa aman, Sara membuka tas kerja Wooseok dan mengambil amplop coklat yang ada didalam sana.

Dengan cepat dia buang amplop yang masih tersegel rapat itu, gak peduli entah apa isinya tapi yang terpenting benda itu gak boleh ada sama Wooseok.

Karena Sara yakin kalau isinya berhubungan dengan Hyerin.








°°°

"Kamu capek gak?" tanya Wooseok ke gadis dirangkulannya.

Gadis itu menggeleng pelan, "enggak kok. Malah aku suka bisa jalan kaki malem-malem gini sama kamu."

Iya, mereka memilih jalan kaki ke tempat makan sekitar apartemen. Dan memilih jalan-jalan setelah makan. Tentunya atas permintaan Sara.

"Seok... itu ada yang jual cotton candy, aku mauuu," rengek Sara sambil menunjuk tenda dipinggir jalan yang menjual beberapa jajanan manis.

"Kamu duduk disitu aja, biar aku yang beliin," kata Wooseok sambil menunjuk bangku panjang didekat pohon besar.

Sara akhirnya memilih duduk disitu sendirian, sementara Wooseok menyebrang jalan untuk beliin Sara cotton candy.

Setelah hampir lima belas menit, Wooseok datang. Tapi gak sendirian, ada anak laki-laki kecil digendongannya.

"Nih cotton candy buat kesayangan aku," Wooseok memberikan plastik berisi cotton candy dari tangan kanannya.

Sementara tangan kirinya menggendong anak kecil laki-laki yang lagi nangis dengan wajah yang disembunyikan diceruk leher Wooseok.

"Loh ini anak siapa?" tanya Sara.

"Gak tau, Ra. Tadi ada dipinggir jalan sambil nangis katanya nyariin mamahnya."

Sara mengelus kepala anak itu, rasanya gak asing....

"Lebih baik kita lapor polisi aja kali yah?" tanya Wooseok.

"Aku rasa gak usah deh, Seok. Kali aja orangtuanya masih disekitar sini lagi nyariin dia."

Sementara menunggu orangtuanya, anak laki-laki kecil digendongan Wooseok mengusap wajahnya yang penuh airmata. Bahkan baju Wooseok basah dibagian bahu karenanya.

"Kamu sama om dulu yah, kita tunggu mamah kamu bareng-bareng," kata Wooseok lembut sambil mengusap kepala anak itu.

Si anak hanya mengangguk lemah, matanya sembab, kepalanya hanya menunduk.

Lain hal dengan Sara yang menggigit bibir bawahnya dengan takut. Karena anak kecil yang bersama Wooseok itu gak lain adalah Jinwoo.

"Seok, kayaknya kita lapor polisi aja deh, kasian orangtua anak ini," bisik Sara. Lalu memalingkan wajahnya. Takut kalau Jinwoo sadar ada 'kakak cantik' nya disitu.

Wooseok mengangguk, kebetulan ada pos polisi gak jauh dari tempat mereka sekarang. Jadi mereka cukup jalan aja.

"Selamat malam, Pak. Ada yang bisa kami bantu?" tanya polisi yang duduk didepan pos.

"Ini, pak saya nemuin anak kehilangan orangtuanya disekitar tempat penjual jajan. Tolong bapak proses yah," kata Wooseok dengan sopan.

"Sebentar yah, Pak." Lalu sang polisi masuk ke dalam posnya.

Sara mau nyaranin supaya Jinwoo diserahkan ke polisi yang jaga dipos, lalu dia bisa segera ajak Wooseok pergi.

Tapi hatinya gak sejahat dan setega itu, apalagi dia kenal Jinwoo siapa. Jadi dia cuma bisa pasrah ketika dia dan Wooseok duduk di bangku panjang depan pos polisi.

Hanya satu yang Sara harapkan, bahwa Wooseok gak bakal ketemu dengan mantannya.


"Mamah!"

Wooseok terkejut ketika anak dipangkuannya berteriak dan berlari.

"Jinwoo, syukur kamu disini, mamah takut kalau kamu sampe hilang!"

Tangan Sara bergetar, ternyata semesta sedang mempermainkannya kali ini.

Susah untuk menutupi semua fakta, ternyata sia-sia karena kini Wooseok saling bertatapan dengan perempuan yang lagi memeluk Jinwoo.



"Hyerin?"


"Wooseok?"



Sara diam, lebih memilih memandang cincin dijari manis kirinya yang tempo hari Wooseok berikan sebagai lambang keseriusan hubungan mereka.

Meyakinkan diri, bahwa semua bakal baik-baik aja.

Meski jelas didepan matanya, Wooseok dan Hyerin berpelukan. Dengan erat.

To be continued

ʙᴀʙʏɢɪʀʟ ✓Kim WooseokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang