Chapter 7

175 5 6
                                    

Hari Senin, dimana semua murid tergesa gesa untuk berangkat sekolah, tidak lainnya dengan Bulan. Dia sedang memeriksa perlengkapan dan barang yang harus di bawa nya sekolah.

"Tas udah, buku udah, hati yang tegar udah, dasi udah, baju sama rok udah." Ucap Bulan ketika memeriksa barang nya, tetapi masih ada yang mengganjal hati nya.

"Oh iya, Bulan lupa. Kouta buat nonton drakor di kelas belum Bulan masukin ke tas." ucap nya sembari mengambil kouta di dalam rak meja belajarnya.

"Semua nya udah siap, tinggal sarapan."

Bulan segera meninggalkan kamarnya, dan siap untuk menuruni satu demi satu anak tangga.

"Pagi papa, mama." sapa Bulan dengan senyum manis yang dia tampil hari ini.

"Pagi sayang." balas kedua paruh baya yang sedang duduk si meja makannya masung masing dengan menaikkan kedua sudut bibirnya.

"Abang gak di sapa dek?." tanya sang kakak-Rosi dengan nada kesal.

"Abang jelek, jadi Bulan ga nyapa abang." jawab Bulan dengan menarik salah satu kursi makan yang berada di sebelah kakaknya.

"Udah berani ngomong gitu ya. Awas nanti abang gak mau beliin kamu ice cream." ancamnya dengan memalingkan wajah.

"Ih abang kok gitu si. Bulan cuma bercanda bang. Beliin Bulan ice cream ya." ucap Bulan sembari menggoyangkan tubuh abangnya.

"Abang ga mau beliin adek ice cream, titik."

"Ih abang kayak cewe aja." ejek Bulan dengan wajah memelas.

Rosi dan kedua orang tua nya menahan tawa yang sebentar lagi akan meledak keluar dari mulut mereka masing masing. Wajah yang memelas dan bibir yang di majukan beberapa senti meter Bulan tampilkan pada pagi hari ini.

"Hahaha." tawa mereka ber tiga berhasil keluar dari mulut masing masing dan menenuhi seluruh penjuru ruangan.

"Ih, kalian bertiga apaan si?. Ayah sama Bunda juga kenapa ketawa?." ucap Bulan dengan kesal.

"Abang ketawa, berarti ga jadi marah sama aku kan." simpul Bulan dengan nada bahagianya.

"Enak aja kalo ngomong. Abang masih marah ya sama kamu." balas abang nya dengan kembali menormalkan wajah datar.

"Ih abang, adek tadi cuma bercanda. Maafin adek ya."

"Udah, sekarang waktunya sarapan." relai bunda Lusi yang melihat pertengkaran kedua anaknya.

"Iya bunda." jawab Bulan dan Rosi bersamaan.

Suasana meja makan mulai sunyi, hanya terdengar suara sendok dan garpu. Setelah memakan waktu lima belas menit akhirnya selesai dengan keadaan selamat sentosa.

"Yah, bun abang sama adek berangkat sekolah dulu ya." pamit Rosi sembari menyalami punggung tangan Ayah dan Bunda nya.Bulan segera mengikuti tingkah kakaknya.

"Bulan berangkat dulu. Jangan pada kangen sama Bulan ya. Assalamualaikum." pamit Bulan kepada kedua orang tuanya dan berlari mengikuti arah langkah kakaknya.

Derum motor terdengar jelas di telinga Bulan, ternyata kakaknya sedang menyalakan motor ninja kesayanganya. Dengan gerakan cepat, Bulan menaiki motor tersebut.

"Berangkat mang ojek!." perintah Bulan yang tengah menepuk helm yang di gunakan oleh kakaknya.

"Lo kira gue tukang ojek apa." gerutu Rosi yang kesal dengan sikap adek satu satunya ini.

"Hehee." Bulan hanya menyengir tidak jelas yang menanggapi ucapan Rosi.

Rosi segera menjalankan motor nya membelah padatnya jalanan. Sedangkan yang di lakukan oleh Bulan hanya mengoceh ria.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang