Tahu buah Ketapang atau Talise, dalam Bahasa Kaili, bahasa Ibu warga Sulawesi Tengah? Dulu, di masa kanak-kanak hingga remaja di Parigi, kota kecil berjarak 83 kilometer dari Palu, Ibukota Provinsi Sulawesi, ini adalah cemilan kegemaran kami. Belum ada Potato Chips atau Pringles dijual. Itu di rentang waktu sepanjang 1980-an hingga 1990-an.
Saban waktu, usai pulang sekolah, kami mengumpulkan buah-buah ketapang ini. Kami belah dan mengambil isinya yang sebesar kuaci tapi lebih bulat. Rasanya enak. Persis Almond. Saat itu pohon ketapang banyak tumbuh di sekitar hutan dekat persawahan di Desa Dolago, Kecamatan Parigi Selatan. Banyak pula di tempat lain. Misalnya di Lebo. Ini memang tanaman pantai. Di sekitar Pantai Talise, Palu pun banyak tumbuh. Itulah pula yang jadi asal nama Kelurahan Talise.
Jadi kala itu, bila orang tua kami dan warga tengah menanam padi atau membersihkan gulma, kami masuk ke hutan untuk mengumpulkan buah ini. Saya biasanya membelah banyak, mengumpul bijinya lalu membagikan kepada adik-adik atau siapa saja yang mau. Tapi harus hati-hati membelahnya. Bila parangnya tergelincir dari tatakan kayu tempat kita membelah, bukan buah yang jadi sasarannya, malah jari kita. Saya mengalaminya. Dua kuku jari saya terbelah. Jari telunjuk dan tengah. Itu berbekas hingga kini. Adik-adik saya sering mengingatkan kenangan itu. Tapi sungguh, rasa buah ketapang enak sekali.
Nah, Sabtu, 21 September 2019, usai bersepeda di Pulau Ubin, pulau yang terletak di Selat Johor di perbatasan Malaysia dan Singapura saya mengumpulkan buah Ketapang. Loh kok bisa?! Iya. Sembari menunggu bus jemputan saya di dekat Terminal Ferry Changi Point, saya melihat ada pohon Ketapang. Saya perlihatkan kepada teman dari Bhutan dan Laos. Saya bilang di dalam daging buahnya yang berserat ini ada biji seperti Almond rasanya. Rupanya di Laos mereka pun tahu ini.
Ketapang memang tanaman yang biasa ditemukan di sepanjang pantai tropis Asia, Australia Utara, dan Polinesia, termasuk Singapura. Canopy atau mahkota daunnya menyebar seperti payung. Itulah kenapa kita di Sulawesi Tengah menanam pohon ini di halaman lalu di bawahnya dibuat bale-bale. Tingginya dapat mencapai 35 meteran.
Singapore Botanic Garden, kebun rayanya Singapura punya koleksi Ketapang yang tingginya 20 meteran. Ini dianggap sebagai Herritage Tree. Begitulah cara mereka menjaga kelestariannya.
Konon, daun tanaman yang bernama Latin Terminalia catappa ini memiliki efek antibakteri dan antijamur. Bisa dikeringkan lalu dihancurkan dan disebarkan di akuarium.
Buahnya berserat dan bentuknya lonjong, berubah kuning menjadi kuning kemerahan bila sudah matang. Berkulit serupa gabus sehingga mengapung di air laut. Daging buahnya agak manis. Sangat disukai burung gagak dan kelelawar. Sedang kernel atau bijinya lembut dan terasa seperti kacang Almond. Itulah kenapa ada yang memberinya nama; Sea Almond atau Almond Laut.
Kayu dapat digunakan untuk membangun rumah dan membuat perahu. Adapun bagian lainnya, biasa digunakan Suku Bajo sebagai obat tradisional untuk rematik hingga disentri.
Talise, oh, Talise. Sungguh kenangan itu sesuatu yang unik. Muncul tiba-tiba di manapun kita berada. Jauh jarak bukan batasan. Benang kenangan ini merentang dari Parigi hingga Singapura.***