Chapter 1

31 3 0
                                    

Sebelum lanjut jangan lupa Vote and Comment ya guyss😊😉

Happy Reading!!

💫

Kalau ada orang di dunia ini yang sangat membenci Alvian Alexis, orang itu adalah Vallery Xavier. Perempuan berdarah campuran Belanda itu mengutuk keberadaan laki-laki humoris nan gaul itu.
Seperti saat ini...

"Lagi ngpain Vallery?" Tanya Alvian flamboyan, padahal Vallery sedang makan.

"Lo bisa liat sendiri kan gue lagi ngpain?!" Desis Vallery sambil melotot.

Alvian memangku dagunya di kedua tangan agar menatap Vallery lebih jelas, sungguh membuat Vallery risi, apalagi banyak yang sedang melihat ke arah mereka.

"Lo ngapain sih?!" Seru Vallery.

"Nemenin Vallery makan." Jawab Alvian nyegir. Dengan segera Vallery berdiri dari tempat duduknya dan bersiap pergi.

"Eh, makananya kan belum habis, nanti kalo makanannya nangis gue nggak tanggung jawab lho." Sahut Alvian santai.

"Bodo amat! Semuanya kan gara-gara lo, sapa suruh ganggu!" Balas Vallery dan langsung beranjak pergi meninggalkan Alvian.

Saat Vallery sudah hilang dari  pandangan, Alvian pun tersenyum geli. Matanya tertuju pada makanan yang tadi Vallery makan yang terlihat malas di sana. Tadi Vallery hanya makan dua suap saja, pasti sebentar lagi perempuan itu kelaparan.

"Gimana acara modus-nya, berhasil?" Tanya Chris sahabat Alvian, menghampirinya bersama dengan Theo dan Steve yang juga sahabatnya Alvian.

Theo menimpal. "Galak banget cewek kayak Vallery."

Steve mengangguk, "Siomaynya buat gue deh."

Alvian membiarkan Steve melahap tiga siomay itu berturut-turut. Dia masih sibuk tersenyum-senyum sambil megeluarkan buku kecil di sakunya.

[20 Februari 2019.
Vallery mecampakkan Alvian di kantin]

"Lo kenapa kayak terobsesi gitu sama Vallery?" Tanya Chris.

"Abisnya dia lucu." Cengir Alvian sambil membuka lembar catatan lamanya yang kurang lebih bertuliskan:

'Vallery nangis dijahilin Alvian, Vallery dihukum karena ulah Alvian'

"Sorry kawan-kawan gue harus melaksanakan tugas suci." Kata Alvian tiba-tiba sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Tugas Suci?" Tanya Theo bingung.

"Paling beli makanan buat Vallery." Steve menjawab simple pertanyaan Theo.

Theo dan Chris bertukar pandang dan mengeleng-geleng kepala, tetapi Alvian hanya terkekeh kecil.

💫

Didalam kelas...

Vallery ingin menangis, namun perempuan itu tidak mungkin menangis di depan Pak Harto yang sedang mengajar biologi. Bisa-bisa, Pak Harto mengamuk bila sesi pelajarannya diinterupsi oleh isak tangis tak berguna milik Vallery. Maka Vallery pun hanya memegang perutnya yang melilit, sambil merapal dalam hatinya supaya maag-nya hilang.

"Lo belum makan?" Tanya Intan, teman sebangku Vallery dengan cemas.

"Cuman dua suap," Bisik Vallery lirih. "Nggak apa-apa Ntan, nanti juga hilang." Ucap Vallery lagi.

"Terakhir kali lo kurang makan, lo ke IGD, Vall."

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kelasnya. Pak Harto berhenti menerangkan, lantas menyuruh pengetuk pintu itu masuk.

Alvian Alexis berdiri di ambang pintu dengan senyum termanisnya.

"Pak, mohon maaf telah menganggu pelajaran bapak, bolehkah saya bertemu Vallery?" Tanya Alvian dengan sopan.

"Ada keperluan apa ya?" Tanya Pak Harto.

"Tadi Vallery makan hanya dua suap karena saya ganggu. Saya yakin maag-nya Vallery pasti kambuh, jadi saya membawa roti dan obat pereda maag-nya," Jelas Alvian. "Jadi saya boleh bertemu Vallery Pak?" Tanya Alvian sekali lagi.


"Ooh.. boleh-boleh! Silahkan, untuk kali ini Vallery boleh makan di kelas asal tidak menganggu yang lainnya."

Alvian menghampiri Vallery, laki-laki itu menatapnya teduh seraya menaruh kantung plastik diatas mejanya, lalu menepuk puncak kepala Vallery tiga kali.

"Cepat sembuh Vallery." Sahut Alvian.

Vallery mengangguk pelan, Vallery langsung meraih kantung itu dan membuka isinya. Tiga roti cokelat kesukaan Vallery. Vallery sudah berjanji untuk tidak menangis terharu, namun nyatanya, saat ia mengunyah roti tersebut, air mata berjatuhan mengenai seragamnya, dan puncak kepalnya terasa hangat oleh tepukan tiga kali itu.

.
.
.
.
.
.

To be continued

I Hate You But I Love You (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang