Chapter 3

20 2 0
                                    

Sebelum lanjut jangan lupa Vote and Comment guyss!👌

Happy Reading!

💫

Vallery sudah merencanakan bulat-bulat, kata apa yang akan dilontarkan bila Alvian mengganggunya lagi. Sudah jelas sekali, Vallery tidak mau berbuat baik lagi pada Alvian.

Sebenarnya, bila saja hal memalukan di masa lalu tidak terjadi, Alvian tidak akan masuk ke dalam daftar orang yang paling Vallery benci. Masalahnya, Alvian ada di sana, tepat di urutan pertama.

"Dek Vallery, sudah sampai di sekolah." Sahut sopir yang mengantar Vallery tiap pagi membuat dia tersadar dari lamunannya.

"Bapak bisa jemput saya pas pulang sekolah?" Tanya Vallery.

Kemarin sopirnya mengantar Ayah ke bandara, sehingga Vallery terpaksa pulang sendiri----yang berakhir bersama Alvian.

Sopir Vallery mengganguk, "jam biasa ya, Dek?"

"Iya, Pak. Jangan telat, ya."

Vallery bergegas keluar dari mobilnya dan berjalan menuju kelasnya. Baru saja Vallery ingin finger print, suara ramai dari koridor kelas tiga mengusiknya. Bergegas Vallery mencari tahu. Palingan juga laki-laki nembak perempuan atau semacamnya. Hal terheboh hingga kerumunan banyak di SMA Garuda hanyalah karena itu.

"Siapa nembak siapa?" Tanya Vallery santai.

Seorang perempuan dengan mata bulat cerahnya menengok pada Vallery, lalu terkejut. "Kak Vallery," ucap perempuan bernama Shakira itu hati-hati,"Nggak penting, kok! Kak Vallery nggak perlu liat."

Justru itu membuatnya penasaran.

Vallery menghalau tangan Shakira, lalu menengok pada pusat perhatian. Dan sungguh, mungkin dirinya mulai sekarang harus mengikuti apa kata orang, terutama Shakira. Disana, Nikita sedang memberikan cokelat pada Alvian.

Nikita sang ratu sekolah yang berhasil menaklukkan siapa pun laki-laki yang ia mau dengan senyum bersinarnya. Nikita, perempuan berhati lembut yang tidak ada cacatnya bila di banding dengan Vallery.

"Alvian, udah dari dulu aku suka sama kamu." Wajah Nikita bersemu merah dengan senyuman terukur dibibirnya.

"Mau pacaran sama aku?" Lanjut Nikita.

Kerumunan sontak heboh dengan teriakan "terima-terima!" Yang membahana.

Namun Vallery tidak berseru, matanya hanya fokus pada raut yang tak terbaca di wajah Alvian. Di sana Alvian tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa.

Lalu Alvian mendekat pada Nikita, kerumunan menggila. Laki-laki itu membisikkan sesuatu pada telinga Nikita.

Setelahnya rona di pipi Nikita menggelap, wajahnya berubah cerah sekaligus lega. Sebelum kerumunan bersorak senang, Vallery sudah tahu jawabannya.
Alvian dan Nikita melangkah keluar dari kerumunan dengan bergandengan tangan. Begitu Vallery berpapasan dengan Alvian, mata mereka bertemu pandang. Vallery membuang muka, lantas berjalan cepat meninggalkan Alvian.

Laki-laki berengsek!
Seharusnya Vallery sudah tahu dari awal.

"Muka lo kenapa?" Tanya Intan kaget melihat Vallery memasuki kelas dengan muka ditekuk.

Vallery mengedikkan bahunya, menghempaskan diri di kursi dan memejamkan mata.

Telinganya ia sumpal dengan headset yang memutar lagu bervolume tinggi.
"Tau ah! Gue ngantuk. Jangan ganggu gue Ntan."

Intan menatap teman sebangkunya yang telah berada dalam "posisi-tidur-ternyaman Vallery" lalu geleng-geleng kepala.

Vallery memang temperamen dan cepat marah----hari ini dua kali lebih temperamen dibanding biasanya.

"Intan! Gila, si Alvian jadian sama Nikita." Seruan heboh Wulan membuat Intan mendongak.

"Yang bener?" Tanya Intan kaget.

"Rumornya sih, gitu." Wulan melirik Vallery, "Tuh, mungkin alasan Vallery ngambek gara-gara itu."

.
.
.
.
.
.

To be continued

I Hate You But I Love You (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang