16 Sechzehn

672 104 23
                                    

Cukup 20 menit untuk melenyapkan sisa kesabaran dengan berdiam diri dan bersembunyi di loteng.

Wooseok tau setiap keputusan yang diambil selalu penuh dengan resiko. Setidaknya dia harus bergerak dan melangkah agar situasinya berubah. Selalu ada jalan, selalu ada pilihan, juga alasan dan jawaban.

Wajah khawatir Hyungjun menguatkan tekadnya.

Anak itu berada dalam gendongan Jyunhao saat Minhee berlari didepan dan Wooseok menjaga dari belakang. Bergerak ke arah SUV silver terparkir untuk bisa pergi sejauh mungkin dari keadaan sesak yang menguras kesabaran.

Minhee tau bakal ada balap dadakan disini saat sekumpulan bajingan itu menyadari pergerakan mereka menuju mobil untuk kabur dari arah belakang. Cowok bertatto itu menganalisis cepat; mereka berempat, tidak mungkin pakai mobil sport yang terparkir di garasi mengingat kapasitasnya hanya untuk dua orang. Kecepatan maksimal SUV mungkin 150 km/jam, lumayan gila mencapai angka itu di jalan umum. Tapi para bajingan itu pakai Jeep, sama-sama offroad, kedudukannya seri dengan SUV.

Sial.

Hanya tersisa dua poin penentu; skill dan keberuntungan.

Jyunhao dan Hyungjun duduk di jok belakang saat Minhee mendorong keras tubuh Wooseok yang terduduk di jok kemudi.

"GUE YANG NYETIR ANJING!"

Wooseok melotot marah saat dirinya terdorong ke sisi kiri. Namun ketika otak cerdasnya menyadari beberapa preman berteriak dan masuk ke mobil untuk mengejar mereka ketika Minhee menginjak pedal gas tak kenal ampun, cowok itu mengerti; Minhee adalah pembalap underground yang selalu menghancurkan semua aturan lalu lintas untuk balapan, berbeda dengan Wooseok yang hanya ngebut di sirkuit.

Ini bagian Minhee.

Wooseok mencoba tetap dalam batas rasional, mempertaruhkan sisa rasa kemanusiaan agar tetap terkontrol. "Min?"

"...."

"Minhee?" Wooseok memanggil lagi.

"...."

"Kang Minhee?!"

"Tinggal ngomong, anjing! Lo ngga pernah manggil nama gue, jadi ngga usah panggil nama gue sat." Minhee masih fokus menatap kedepan. Entahlah, pertama kalinya Wooseok memanggilnya seperti memanggil manusia-meskipun Minhee memang manusia-namun faktanya, dia terbiasa dianggap sebagai seekor anjing peliharaan yang setia-bahkan sebenarnya lebih buruk dari anjing, karena hewan itu bahkan dipanggil dengan nama pemberian sang majikan.

Pertama kalinya Wooseok mengatakan 'Min', 'Minhee', bahkan 'Kang Minhee'. Apa dunia mau kiamat?

"Lo itu milik gue, lo cuma budak..."

Kembali ke kenyataan.

"Tapi bukan berarti masalah gue juga masalah lo."

"Ke... napa?"

"Nanti, kalo ada kesempatan, pergi sejauh mungkin dari masalah. Ini sama sekali ngga ada kaitannya sama lo."

"Pergi?! Supaya tetep aman?! Sendirian?! Anjing lo pikir gue siapa?!"

"Gue bukan lagi minta. Gue maksa."

"Ya bodo amat sat! Gue nggamau pergi!"

"Lo mau gue tonjok?"

"SILAKAN! Kapan gue ngga ditonjok?! Lo kan iblis!"

"MIN!"

"BACOT SAAT! udahlah nanti gue nagih tonjokan, ngga usah jadi baik, terima kodrat kalo lo itu jahat sama gue. Gue tetep milik lo, meskipun masalah gue cuma milik gue, tapi masalah lo berarti masalah gue juga. Pergi satu pergi semua, kita tetep..."

EINSERZ | CatLemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang