E- 01

15 1 0
                                    

Pagi ini begitu sejuk dan sedikit berangin. Keadaan dapur begitu ramai karena jamuan sarapan akan dihidangkan. Aku memasak dengan sempurna sesuai resep dari para koki kerajaan yang telah ku pelajari.

Tugasku tidak hanya memasak, namun juga membersihkan seluruh istana juga kegiatan lainnya bila dibutuhkan. Kupikir menjadi pelayan kerajaan tidaklah buruk bila kau diperlakukan baik.

Namun tidak setiap kerajaan akan menghargai pelayannya, di sini anggota istana tidak pernah sekalipun semena-mena dengan pelayannya namun memiliki sisi ketegasan yang luar biasa.

Hariku berjalan seperti biasanya, mengerjakan pekerjaan dan perintah atasan kemudian saat malam menjelang kami akan istirahat. Disitulah aku melihat sosok laki-laki berambut perak dengan sorot mata merah di balik jendela, sungguh menawan ketika dia menatap langit.

Pantulan cahaya bulan menembus matanya dan memancarkan keindahannya. Aku tertegun seketika hingga lupa bahwa aku sedang berhenti di tengah lorong. Dia menoleh dan melihatku dari kejauhan, membuatku salah tingkah dan bergegas melanjutkan perjalananku menuju kamar.

Diriku masih memikirkan laki-laki yang kulihat tadi, entah kenapa sungguh indah. Namun setelah kusadari aku ini hanyalah seorang pelayan biasa. Sekedar mengagumi tidaklah salah ataupun menjadi penggemarnya.

"Gadis muda seperiku ini harusnya seperti diluar sana yang bebas lalu mendapatkan pacar" aku merebahkan tubuhku ke kasur.

Sebenarnya sejak kecil aku di panti asuhan, ibu kandungku membuangku dengan alasan yang tidak jelas. Dan kemudian aku di pekerjakan di istana sebagai pelayan untuk menghidupi diriku sendiri, yang kedua agar panti asuhan tidak penuh oleh anak-anak baru. Sejak umur 10 tahun aku bekerja disini hingga umur 19 tidak terasa ya sudah selama ini.

Petinggi disini adalah seorang Duke, Noare Vincent. Kekuasaanya sangat besar, aku membayangkan andai saja aku istri seorang Duke pasti hidupku tidak akan seperti ini. Hahaha lucu.

Saat pagi menjelang aku bersiap melakukan aktivitas seperti biasa, menyiapkan masakan, menata ruangan, memasak, membantu beberapa pekerjaan dan banyak lagi.

Sinar matahari begitu panas saat aku mencuci pakaian di halaman luar. Rambut biru tosca ku terkena angin beberapa saat, membuatku kesal karena menutup wajahku berkali-kali.

Seseorang melihatku saat aku melakukan hal bodoh ini dan berjalan mendekatiku.

"Ikat saja rambutmu" ujarnya.

Seorang laki-laki berambut perak dengan mata yang berwarna merah Ruby menatapku tanpa ekspresi. Dia adalah kesatria Duke, Argiel Carvrich.

Kudengar dia adalah kesatria tampan tanpa emosi dengan ketegasan dan tampang yang galak dijuluki dengan 'Si Salju Tanpa Emosi'. Benar saja dia melihaku dengan wajah yang tak berekspresi.

"Maafkan saya" aku menunduk minta maaf.

Seragamnya begitu rapi dan sikapnya begitu tenang, walau begitu dia tidak membentak pelayan di istana ini hanya menegur bila salah.

"Lalu jepit ponimu yang menutupi sebelah" kemudian berbalik dan pergi meninggalkanku.

Ada alasan mengapa poniku menutupi mataku sebelah, karena genetik mataku berbeda warna sebelah. Warna mata kananku hijau tosca sedangkan mata kiriku berwarna biru.

Bukannya tidak mau membukanya tapi banyak yang memandangiku karena perbedaan warna mataku ini, jadi kuputuskan untuk menutupi mata ini dengan poni.

Tetap saja masukan dari Argiel Carvrich si kesatria Duke kulaksanakan dengan hanya mengikat rambuku menjadi kuncir kuda dan melanjutkan pekerjaan.

Kesatria Duke Mencintai Pelayan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang