Cap 2

2.5K 287 11
                                    

Bukankah menyimpan penat didalam hati itu berat, jadi kenapa harus dipendam jika bisa diutarakan? Menyimpannya setiap hari hanya akan membuat hati yang setia itu semakin lemah.

"Kulihat akhir-akhir ini hubunganmu dengan Kasih terlihat renggang, apa itu semua karena Deve?" tanya salah seorang teman satu tim basketku—Dion.

"Kenapa kamu berpikir seperti itu?" tanyaku.

"Karena sudah beberapa kali aku melihat Kasih berboncengan dengan Deve."

Aku tak menjawab ucapannya, tapi apa yang Dion katakan memang benar. Aku pun sudah beberapa kali melihat hal itu.

"Hati-hati, teman juga bisa makan teman," ujarnya.

Aku benci dan tak ingin percaya dengan kalimat itu, tapi aku juga tak bisa menyingkirkan pikiran bahwa suatu hari nanti Dave akan merebut Kasih dariku. Aku bingung dan frustrasi memikirkan bahwa hubunganku dengan Kasih akan segera kandas.

"Lebih baik mulai dari sekarang kamu mencari pengganti kekasihmu itu, disini banyak gadis-gadis yang bisa kamu miliki hanya dengan memanggilnya saja."

"Bella!" lanjutnya sambil memanggil salah seorang gadis.

"Dion!" Gadis itu terlihat senang saat Dion memanggilnya, dia pun menghampiri kami.

"Makin hari kamu makin seksi," gombalnya pada gadis itu.

"Dasar gombal, ada apa? Kenapa tiba-tiba memanggilku."

Dion melirik kearahku dan tatapan gadis itu pun beranjak kepadaku. "Temanku lagi galau, bisa kamu hibur dia," ucap Dion.

Gadis bernama Bella itu tersenyum lalu mengamit lenganku. "Temanmu tampan...hai, aku Bella, salam kenal."

Aku hanya mendengus tak memedulikan apa yang sedang Dion rencanakan. "Dia memang seperti itu sikapnya, agak dingin, tapi pasti asik kalau diajak main di ranjang," ujar Dion.

Aku menatapnya tak suka. "Apa maksud ucapanmu?"

"Tenanglah nikmati saja, toh Kasih juga nggak akan marah dan melarangmu untuk bersenang-senang." Aku tak menyukai apa yang Dion katakan.

"Tenang saja, aku suka kok tipe-tipe seperti dia," ucap Bella pada Dion. Dion puas sambil tertawa.

"Raka...."

Suara yang terdengar familiar di telingaku itu membuat mataku beranjak pada sosok pemilik suara tersebut. Kulihat Kasih berdiri tak jauh dariku.

"Ups," ucap Dion, sepertinya dia terlihat senang menantikan apa yang akan terjadi.

Aku menatap Kasih dengan tatapan penuh tanya. Akankah dia cemburu pada Bella yang sedang mengamit lenganku saat ini?

"Siapa?" tanya Bella.

Kasih tersenyum ramah padanya. "Aku Kasih, boleh aku pinjam Raka sebentar?" Bella hanya mengangguk lalu melepaskan tanganku.

Aku merasa sangat tak suka dengan respon Kasih. Kenapa kamu harus meminta ijin padanya? Kamu bisa saja menyeretku paksa dari hadapan mereka tanpa perlu minta ijin sambil memasang wajah ramah! Kesal batinku.

"Aku mau bicara, kamu ada waktu?" tanyanya padaku.

"Bicara saja kalau mau bicara," ucapku cuek.

"Aku mau bicara berdua," pintanya.

"Sebentar lagi aku ada kelas, kita bicara setelah selesai kelas," tukasku.

Kasih tersenyum lalu mengangguk. "Baiklah, nanti aku tunggu kamu di taman kampus seperti biasa ya." Dia pun lalu pergi setelah aku mengangguk.

Kasih SetiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang