Tahun Kedua

135 15 2
                                    

Sometimes the smallest things
take up the most space
in your heart.

(Winnie the Pooh)

Masa kejayaan seorang perempuan di jurusan teknik itu sangat singkat. Kejayaan dalam hal dielu - elukan, menjadi pembicaraan atau diperlakukan sebenar benar sebagai perempuan. Saya berani berkata begitu karena saya mengalaminya sendiri, tepat pada tahun kedua, semua menjadi biasa saja. Pada tahun kedua, menjadi perempuan itu sudah ndak bisa menggunakan hak hak istimewa dan berkata, "lha aku lak wedok... tolong lah." Masih berani berkata begitu? maka gelak tawa akan menjadi jawabannya dengan tambahan kalimat, "lha bukane awakmu lanang" atau "mosok sih pernah dadi wedok?"
Kadang pernyataan bahwa kami adalah mahluk ketiga yang menganggap kami separuh perempuan dan separuh laki laki juga berlaku. Jangan harap lagi ada bantuan bantuan bernada manis, semua menjadi datar dan tanpa apa apa.

Euphoria pemujaan itu memang hanya berlaku satu tahun, karena tahun berikutnya sudah ada adik kelas yang akan mendapatkan sorotan dan perhatian dari kakak kelasnya. Saya masih ingat, tahun kedua diawal masuk semester tiga, perbincangan tertuju pada adik kelas yang baru masuk, info dari bagian administrasi fakultas sangat ditunggu, bukan tentang nilai yang sudah masuk, melainkan adakah adik kelas perempuan tahun in? kalau ada, berapakah jumlahnya dan terakhir siapa yang sudah pernah bertemu?, setelah informasi umum diketahui maka mulailah menjurus ke "info pribadional," begitu teman teman saya menyebutnya.

Saya sendiri sebagai yang tersisih kadang merasa geli juga dengan pembicaraan di kantin berkaitan dengan adik kelas yang baru masuk. Sebagai perempuan saya kadang berpikir bahwa seharusnya saya memanfaatkan waktu yang singkat itu untuk memikat, cuma terus mikir lagi sambil berkata dalam hati : lha apa kuliah ini cuma sekedar cari pasangan?, kan ya ndak begitu juga. Kalau dipikir pikir lagi, bagaimana caranya bisa memikat dalam kondisi tertekan karena berada di tempat yang baru, menyesuaikan dengan ritme kehidupan yang baru dan tugas tugas ajaib dari senior. Kadang ketika melihat adik kelas dengan wajah penuh kepanikan saya seperti berkaca, seperti itulah saya dahulu, berusaha tenang meskipun penuh kekhawatiran, berusaha bertahan karena memang ini yang ada di depan mata dan harus dijalani. Hidup kan memang tidak selamanya menawarkan banyak pilihan.

🌸💮🌸

Tahun ini saya sudah termasuk panitia penyambutan mahasiswa baru, tapi masih terlibat di bagian yang remeh remeh, sepertinya dalam kepanitiaan inipun ada kastanya,yang masih kroco dan anak bawang biasanya ada di bagian konsumsi, perlengkapan, dokumentasi, sedangkan yang sudah berpengalaman tentu saja akan masuk dalam seksi acara,yang rasanya akan sangat menguras waktu. Favorit saya jika diminta menjadi panitia adalah seksi konsumsi, karena saya bisa survey warung - warung mana di seputar kampus yang bisa menyediakan makanan enak, tepat waktu dan harga yang murah. Tidak pernah terpikir bahwa bertahun setelahnya, kegiatan itu bisa menjadi sebuah profesi, merekomendasi tempat kuliner. Alasan saya kenapa saya memilih seksi konsumsi, karena saya tidak harus ikut rapat sejak awal, tidak harus ikut adu argumen yang kadang akan berujung pada kesalahpahaman. Seksi konsumsi terlihat mudah buat saya, karena tinggal meminta info, tanggal berapa kegiatan berlangsung, berapa jumlah peserta, berapa kali waktu makan dan harus siap disajikan jam berapa.

Kepanitiaan di kampus ini memang sesuatu yang menarik, karena kita bisa mengenal lebih dekat teman - teman beda jurusan atau angkatan dan jika level kegiatannya Institut, maka kita bisa mengenal teman dari fakultas lain. Yang begini kemudian bisa menjadi salah satu ajang mengenal dan pendekatan sesama panitia dan tidak jarang ada juga yang kemudian "jadian".

Maka perempuan di jurusan teknik akan memiliki kemungkinan mendapatkan pasangan dari masa euphoria satu tahun pertama, kepanitiaan lintas jurusan lintas fakultas, dan teman satu angkatan karena keseharian.

Saya sendiri pernah juga berpikir tentang siapa yang akan menjadi pasangan saya. Kemungkinan siapa yang sekiranya akan membuat saya jatuh cinta. Laki laki itu bisa lain fakultas atau jurusan jika saya mau banyak - banyak terlibat di kegiatan, baik level Institut maupun Fakultas, bisa salah satu kakak senior yang biasa bermain karambol dekat ruang himpunan dan senat, karena seya sering dimintai bantuan untuk menyediakan konsumsi untuk rapat - rapat di kesekretariatan dan terakhir teman satu jurusan yang biasa jalan bersama.

Dari semua kemungkinan yang masuk dalam pemikiran saya, maka kemungkinan paling besar seharusnya adalah Ridho, lelaki yang pertama kali menyodorkan tangannya pada saya mengajak berkenalan dan menyebutkan namanya dengan jelas meskipun saya tidak serta merta memberikan perhatian yang penuh buat dia. Ridho bisa menjadi kandidat utama karena saya sering menghabiskan waktu dengan dia, baik bersama teman lain ataupun berdua. Saya merasa nyaman bersama dengan dia karena merasa aman buat bercerita apa saja tanpa pernah dipersalahkan. Saya suka karena dia bisa mendengarkan cerita - cerita saya, ketika saya sedang perlu meluapkan perasaan entah kegalauan, kegembiraan atau kesedihan, sedangkan di kala lainnya dia bisa begitu banyak bercerita pada saya tentang apa saja yang terlintas di pikirannya. Ada yang pernah berkata bahwa pasangan yang serasi itu yang bisa saling melengkapi meskipun sifat yang dimiliki keduanya berbeda. Jika yang perempuan pendiam, maka yang lelaki banyak bicara, sebaliknya jika yang perempuan banyak bicara maka yang lelaki pendiam dan pendengar yang baik. Idealnya begitu katanya.

Saya dan Ridho bukan pasangan yang saling melengkapi, melainkan pasangan yang saling mengisi, karena kami merasa kongruen, sama dan sebangun. Kami bisa sangat cerewet atau menjadi pendiam dan menyimak pembicaraan. Kami bisa bergantian dengan sifat masing masing, bisa mendengarkan ketika yang satunya banyak bercerita dan sibuk bercerita ketika yang lainnya sedang tidak ingin banyak bicara.

Saya memang merasa klop dan cocok dengan Ridho, saya bisa bercerita tentang apa saja pada Ridho dan sebaliknya Ridho juga bisa bercerita tentang apa saja yang melintas di benaknya termasuk pacarnya.

🌸💮🌸

Namanya Rianti Sukma, Ranti, begitu Ridho biasa menyebutnya dalam perbincangan kami berdua. Adik kelas SMA yang mungkin tahun depan akan menyusulnya ke Surabaya. Ranti ada di banyak cerita. Ranti yang begini, Ranti yang begitu,mungkin ada puluhan Ranti disebut dalam setiap hari. Saya sendiri tidak terganggu, atau mungkin belum terganggu dengan cerita tentang gadis itu, karena di awal masa perkuliahan, saya masih belum bisa memahami dimana letak menariknya Ridho saat itu. Baru sekarang saya mulai memerhatikan, dan mulai tahu dan baru kemudian saya menyadari, dia berambut agak ikal, lalu saya mendadak mulai mengagumi. Katakan saja aneh, katakan saja tidak lazim, tapi dari mata turun ke hati itu buat saya bisa saja terjadi jika mata tertuju pada rambut, alis dan gigi geligi. Setelah saya menyadari rambut ikalnya, saya kemudian mulai melirik alisnya yang ternyata lebat dan membentuk lengkung yang sempurna, bahkan lebih baik dari alis saya yang yang sekedar menempati tempat yang seharusnya. Dari percakapan demi percakapan, baru kemudian saya sadar bahwa Ridho juga terlihat menawan saat tersenyum dan terlebih karena gigi geliginya yang rapi, maka saya tahu bahwa saya telah jatuh suka. Jatuh suka pada teman sendiri tapi harus menjaga agar saya tidak jatuh lebih jauh ke dasar, karena dasar itu gelap tanpa petunjuk apa apa, dasar yang bernama cinta yang saya belum pernah sampai ke sana. Saya hanya hanya berani sampai di sini saja.

Jika hati adalah rumah dengan banyak ruangan di dalamnya, maka saya hanya mempersilakan Ridho masuk ke beranda dan mengunci rumah itu rapat - rapat. Saya tidak boleh membiarkan dia masuk kedalamnya lalu mengisi semua ruangnya dengan berjuta rasa. Tidak boleh karena ada yang sudah menantinya, seorang gadis belia yang konon katanya dia cinta, gadis yang bernama Rianti Sukma, gadis yang tidak saya ketahui seperti apa dan bagaimana, tapi cukup membuat saya yakin untuk tidak membuka hati saya. Tidak untuk saat ini.

Teklek Kecemplung KalenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang