Prolog

56 7 0
                                    

"Hwang Renjun!" Aku berlari memeluk dia. 

"Hah? Lee Jessica? Kenapa disini? Aku sudah mau berangkat nih."

"Aku sebenarnya tidak rela melihatmu pergi, tapi berjanjilah kepadaku jika kamu kembali, kamu akan tetap setia menungguku." 

Aku memberikannya kado perpisahan itu. Sebenarnya bukan sesuatu yang mahal ataupun sesuatu yang sangat spesial. Namun, aku berharap itu akan menjadi sesuatu yang spesial diantara kita. 

Namaku adalah Lee Jessica, adik kembar dari Lee Jeno. Laki-laki itu bernama Hwang Renjun. Pacarku, kami sudah berpacaran selama 2 tahun di SMA kami,sekarang kami harus berpisah karena kami merintih karir di tempat yang benar-benar berbeda. Aku akan bekerja di Chicago dan dia di Seoul. kami benar-benar harus terpisah karena jarak yang jauh. 

"Hyung, ayo pesawat kita sudah mau boarding." Kata Jisung.

Jisung adalah adik kelasku yang akan pergi bersama Renjun dan juga kakakku Jeno ke Seoul untuk menjadi trainee di salah satu entertainment terkenal disana. 

"Ya, aku akan segera berangkat."

"Oh, Renjun-ah. Bukalah kado perpisahan ini ketika kamu merasa kesepian atau sedang depresi dan butuh penyemangat ya." Kataku sambil menahan tangis.

"Aku juga memiliki kado perpisahan." Karena terburu-buru, dia memberikanku sebuah kotak, dan menyuruhku untuk membukannya di rumah. 

"Dah,Jessie." Jeno melambaikan tangannya.

Aku berusaha untuk menahan tangis hingga mereka hilang ditelan kerumunan banyak orang. Perjalanan pulangku begitu sepi. Aku pulang sendirian dengan supirku. Mobil ini tidak pernah terasa sepi. 

"Nona, kita sudah sampai di rumah." 

"Baiklah." 

Aku adalah anak dari keluarga konglomerat nomer 1 di Jilin,China. Ayahku adalah seseorang CEO di perusahannya yang bernama Hiden Intelligence. Perusahaannya bergerak di bidang IT dan memproduksi berbagai macam alat elektronik, namun dia jarang bisa di rumah karena dia sangat sibuk di kantor. Sedangkan ibuku adalah seorang fashion designer.

Ibuku sering berpergian keluar kota bahkan keluar negeri untuk mengikuti acara-acara fashion terkenal,bahkan brandnya pernah masuk ke jajaran Top Fashion Brand menurut Vogue pada tahun 2000. Jadi, bayangkan saja betapa sepinya rumahku ketika tidak ada Jeno dan Renjun Aku dan Renjun telah kenal satu akan yang lain sejak kecil. Kami saling kenal karena dulunya kami adalah tetangga. Walaupun aku tinggal di sebuah mansion yang mewah bak istana, ibuku tidak pernah melarangku untuk bermain di luar.

Bahkan ibuku telah menganggap Renjun sebagai anaknya sendiri. Kami bertumbuh bersama dan selalu saja terlihat berdua, kadang Jeno sering sekali menggodaku karena hal ini. Dia bilang bahwa sepertinya kakakku adalah Renjun bukan dia.

Kami terus bersama, hingga dua tahun yang lalu Renjun akhirnya memintaku untuk menjadi pacarnya. Tak pernah kusangka jika temanku yang begitu dekat denganku akan tertarik kepadaku, dan anehnya lagi aku juga tertarik kepadanya. Apakah ini takdir? Mungkin Tuhan telah menjodohkan kami, dan akhirnya kami pun berpacaran.

Selama dua tahun tersebut kami habiskan selayaknya pasangan pada umumnya. Namun seminggu yang lalu Renjun dan Jeno tiba-tiba mengajakku untuk bertemu secara bersamaan. Disaat itulah aku sadar bahwa mereka membicarakan hal yang sama, yaitu keberangkatan mereka ke Seoul. 

FLASHBACK 

"Kau tahu, aku punya berita sangat menyenangkan." kata Renjun dan Jeno bersamaan

"Ya... ada apa ini. Aku curiga sekarang!" kataku sambil meneguk minumanku.

"Aku akan pergi ke Seoul" kata Jeno

"Ya... Samaan dong." Renjun melihat Jeno dan tertawa. 

"HAHAHAHAH." aku tertawa, menganggap kalau mereka bercanda. Ternyata tidak

Dan seketika aku dilanda kegalauan.

"Yah.. sepi deh rumahnya." kataku dengan sinis.

Renjun dan Jeno yang sedari tadi ketawa-ketawa jadi diam. Aku pun bangkit daritempat dudukku dan pergi pulang.

"YA.. Lee Jessica tunggu!" Renjun dengan sigap mencengkram lenganku dan membuatku menghadap ke dia. Jeno langsung berdiri di depan pintu membeku.

"Apa-apaan ini! Kenapa baru bilang sekarang? Kapan kamu akan berangkat?"

"Seminggu lagi."

Dua kata itu singkat namun menusuk hati. 

"Jadi, aku punya waktu seminggu ." aku menghela nafasku dan pergi ke mobilku. 

Semenjak itu aku menjauhkan diri dari Jeno dan Renjun, aku merasa marah karena aku ditinggalkan. Ayah dan ibu saja sudah tidak pernah pulang, Jeno dan Renjun-lah yang aku miliki namun mereka juga akan pergi. 

"Lee Jessica, buka pintunya dong. Aku ingin bicara."

"Ga. Makasih aku lagi gak mood."

"Yauda dengerin aja, aku cuman mau ngomong kalo ini memang dadakan. Kita tahu bahwa kita akan direkrut ke Korea aja baru tadi pagi,"

"TRUS KALIAN G BS NOLAK?" 

"Weh gausa ngegas. dengerin dulu toh. Biasaan nyela. TUMAN!"

"Ih yaya lanjutin sana."

Aku dan Jeno hanya terbatas oleh pintu kamarku sekarang.

"Sampe mana tadi, oh ya. Soal nolak atau gaknya aku ga bisa nolak Jess. Karena ini juga request dari papa. Papa bilang temen dia mau sharing saham perusahaannya ke papa juga dengan alasan aku harus masuk ke entertainment itu."

"Hubungannya sama Renjun?"

"Nah, temennya papa yang punya perusahaan itu adalah kakeknya Renjun. Jadi ya, kamu tahu jadinya gimana kan."

Aku terdiam.

"Selama ini kamu marahan sama kita, aku yakin itu. Tapi inget dong Jess, kita itu udah layaknya saudara. Aku gak akan mungkin ngelupain kamu Jess. Kamu udah kenal Renjun sejak lama kan, aku yakin kamu yang paling kenal dia. Aku percaya walaupun kalian jauh, kalian pasti percaya akan sesama. Jadi aku minta kamu berheti marahannya." 

Aku mendengar suara Jeno bangkit dari posisinya dan menaruh sesuatu di lantai tempat dia  duduk barusan. Aku dengan pelan membuka pintu dan menemukan sekotak coklat di depan pintu dan sticky note dengan tulisan "Semangat!" Aku tersenyun kecil dan pergi tidur.

END OF FLASHBACK

Sekarang aku dikamar, memandang foto-foto polaroid uang menghiasi dinding. Foto-foto itu menggambarkan kisahku bersama Renjun ketika kami berpacaran. Aku memandangi foto itu satu persatu, meresapi momen demi momen.

Hingga ada sesuatu yang membuyarkan lamunanku. 

Comeback To My Arm [ NCT ]Where stories live. Discover now