"Selamat tahun baru, Jara!"
"Kehilangan satu tahun bukan untuk dirayakan, Sa."
"Huh, selalu saja punya pendapat yang tidak selaras denganku!"
"Berbeda pendapat tak masalah, 'kan?"
"Iya, iya. Tetapi 'kan ini pertanda bahwa kita mampu melewati satu tahun dengan keadaan masih baik-baik saja, Jara. Itu patut untuk dirayakan,"
"Lalu setelah itu apa? Tertidur dan menjalani harimu seperti biasa?"
"Memang harusnya seperti itu, 'kan?"
"Apa yang kau dapatkan setelah perayaan itu, Sa?"
"Ya, kesenangan?"
"Kau bahkan tidak yakin dengan jawabanmu."
"Lalu apa?"
"Perenungan, misalnya. Kau seharusnya merenungi segala hal yang terjadi padamu di tahun kemarin. Mengulik setiap peristiwa yang kau alami dan memetik pembelajaran dari itu semua. Bukankah itu lebih bijak untuk dilakukan?"
"Terkadang ada hal-hal yang tidak perlu untuk direnungi, Jara. Agar hanya berakhir sebagai cerita utuh yang tidak akan terjadi lagi."
"Memang kau bisa menjamin bahwa itu takkan terjadi lagi? Kau bisa meramalkan apa yang akan terjadi denganmu di tahun ini?"
"Tentu saja tidak,"
"Assa. Kau benar, terkadang ada hal yang tak perlu untuk menjadi perenungan. Tetapi bagaimana jika itu terulang dan kau tak mengambil pelajaran dari hal yang telah lalu? Kau akan mengulang kesalahan yang sama untuk ke dua kali,Sa. Kau tentunya tak ingin itu terjadi 'kan?"
"Itu jelas, Jara. Tetapi mengapa kita membahas hal yang berat di saat seperti ini? Aku ingin bersenang-senang dulu!"
"Bersenang-senang definisimu seperti apa memangnya?"
"Ya bermain petasan sambil berteriak 'HAPPY NEW YEAR!',"
"Sesederhana itu?"
"Ya memang apa lagi?"
"Hahaha, pasti rasanya menyenangkan sepertimu, Sa. Hal sederhana seperti itu bisa membuatmu senang,"
"Hidup memang sesederhana itu, Jara."
"Iya. Kau benar. Tetapi maknanya yang kadang harus diterjemahkan dengan lebih kompleks, Sa. Manusia itu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Nah, jika manusia hanya tahu 'oh hidup ini memang sederhana' tanpa mencari makna dibaliknya. Apa kau yakin manusia akan menggunakan akalnya dengan baik dan dapat menemukan hidup yang sebenar-benarnya?"
"Kurasa tidak,"
"Untuk itu, seharusnya manusia menempatkan dirinya dengan benar, Sa. Harus menjadi manusia yang setidaknya 'tahu diri'."
"Maksudmu?"
"Ya, setidaknya manusia berusaha untuk mencari makna kehidupan dan menggunakan waktunya untuk benar-benar mengenal Tuhannya. Itu sungguh berarti,Sa. Setidaknya jika belum bisa menjadi manusia seutuhnya untuk orang lain, menjadi manusia bagi dirinya jauh lebih bernilai."
"Aku setuju. Terkadang memang manusia yang terlalu serakah dengan ambisinya memenuhi kebutuhan duniawinya. Lalu lupa untuk apa ia diciptakan."
"Dan ku harap kita berdua bukan menjadi manusia seperti itu,Sa."
"Aamiin. Jadi, ayo kita merayakan tahun baru dengan hati bahagia, Jara!."
"Sebagai bahan perenungan,Sa. Tetapi bukan berarti merayakannya adalah kesalahan. Tiap orang berhak untuk menginterpretasikan makna 'tahun baru'."
"Ya, kau benar, ayo merenung dan merayakannya!"
"Haha, kau memang tak pernah berubah. Ayo!"
***
Ditulis : 02 Januari 2019
Dipublikasikan : 03 Oktober 2019
Akhirnya, kembali :)
YOU ARE READING
Diarasa -Dialog Jara & Assa-
RandomPercakapan sederhana antara Jara & Assa di malam-malam panjang.