Kau lelaki istimewa. Yang hanya bermain dengan buku. Yang tak pernah mau ku ajak pergi pada malam hari. Yang hanya hidup dalam dunia kaku dan kau nikmati seorang diri.
Katamu, hidup yang singkat ini harus diabadikan setiap waktu. Kau mengenalkanku pada semesta yang ku kira kompleks, ternyata sesederhana pandanganmu. Dengan berdiam diri di atas balkon, kau akan selalu menengadah pada langit malam. Menikmati bintang yang katamu jelmaan manusia. Kau akan bercerita apapun, dan aku akan menjadi pendengar setianya. Kau bilang, dunia tak bersalah. Bumi bukan penjara. Semesta tak pernah bercanda.
Aku hanya bisa tersenyum.
Katamu, setiap perjalanan hidup harus ku genggam dengan cerita. Dan kau akan menjadi orang pertama yang akan menyimaknya.
Hei, Jara. Ini aku, Assa. Perempuan yang telah menemani malam-malam panjangmu di atas balkon. Perempuan yang akan banyak bertanya padamu. Perempuan yang selalu mengagumi setiap kata bijakmu.
Ini hanyalah dialog singkat yang ku bagikan agar orang-orang tahu, ada manusia sepertimu di bumi yang semakin tua ini.
Kau tahu, Jara. Memang benar, hal terdekat pada manusia adalah keabadian. Dan kau telah berada disana, menjadi sosok bintang yang akan selalu ku tatap di atas balkon yang berbeda.
Kisahmu mungkin takkan pernah tercipta lagi. Namun, biarkan aku mengenangnya dengan mengulang dialog-dialog sederhana antara kita berdua. Dalam dimensi yang berbeda.
Assa-mu selalu.
***
Senjanala
YOU ARE READING
Diarasa -Dialog Jara & Assa-
CasualePercakapan sederhana antara Jara & Assa di malam-malam panjang.