05

63 6 0
                                    

"Jung, menurutmu aku bodoh nggak, sih?"

Kulihat Jungkook menoleh padaku lewat ekor mata. Aku ikut menolehnya. Dan ia tersenyum. "Kamu cantik, Chae."

Aku mendengus. "Percuma aku cantik kalau bodoh, Jung."

"Kamu sering kasih aku contekan tugas yang jadi penolong pas otakku lagi berasap kok dibilang bodoh, sih."

"Aku bodoh karena masih suka sama Taehyung."

Jungkook membuang napas. Ia memalingkan wajah lalu menopang berat tubuhnya dengan kedua tangan. Aku sempat melihat ia menarik sudut bibir. "Dan lebih bodohnya lagi kamu nolak aku berkali-kali cuma karena cowok yang udah punya pacar itu."

Kuletakkan kepalaku di bahunya. "Kenapa aku nggak jatuh cinta sama kamu aja, sih? Kalau aku jatuh cinta sama kamu, pasti aku udah bahagia sekarang."

"Mau kubuat jatuh cinta?"

Kutegakkan kepala untuk menatap Jungkook dengan dahi berkerut. "Caranya?"

Jungkook menegakkan tubuhnya. Tangannya menyentuh jemariku lalu menggenggamnya. Tatapannya tak pernah lepas mencengkram sorot mataku. Aku bisa merasakan hangatnya tatapan Jungkook. Lebih hangat dari saat Taehyung menatapku. Telapak tangannya menyentuh wajahku. Mengusap pipi kemudian turun ke bibir. Harusnya, ini saatnya aku untuk memejamkan mata. Namun, tatapannya membuatku tak ingin melewatkannya barang sedetikpun. Aku ingin menikmati tatapan itu lebih lama. Tatapan yang membuatku merasa sangat dicintai. Tatapan yang tak pernah sedikitpun kulihat dari manik mata Taehyung. Hingga akhirnya Jungkook memutus tatapannya sepihak karena tubuhnya mendadak tersungkur.

"Tae!"

Teriakanku kalah cepat dengan tonjokan keras Taehyung. Kepalan tangannya mengenai sudut bibir Jungkook. Membuatnya berdarah. Kutarik tubuh Taehyung menjauh walau susah payah karena kekuatannya lebih besar daripada aku.

"Kamu ngapain, sih?!" tanyaku.

"Masuk."

"Tae—"

"Kubilang masuk rumahmu, Chaerin!"

"Apa hakmu menyuruhku masuk?!"

Taehyung menoleh padaku. Dadanya naik turun. Ia mencekal pergelangan tanganku. Mengantarku ke depan pintu rumah. "Aku nggak mau!" tolakku berusaha melepas tanganku dari tangan Taehyung. Aku benci melihat tangan itu. Karena tangan itu selalu Taehyung pakai buat genggam tangan Sohyun, rangkul bahu Sohyun, gandeng tangan Sohyun.

"Jangan dekat-dekat Jungkook."

Taehyung bicara usai tangannya terlepas padaku. Aku tersenyum kernyih. "Kamu nggak pengin lihat aku punya pacar?"

"Aku—"

"Aku iri sama kamu Tae. Kamu punya Sohyun, sedangkan aku? Aku juga pengin punya pacar. Aku pengin ada yang bisa digandeng pas lagi kondangan. Pengin ada yang dikenalin ke Mama Papa pas makan malam. Pengin dapat perhatian, pengin disayang—"

"Aku sayang kamu, kok." Taehyung memotong pembicaraan. "Aku bisa perhatian sama kamu. Kamu bisa gandeng aku pas kondangan, atau kenalin ke Mama Papa kamu pas makan malam."

"Mereka udah kenal kamu sejak 15 tahun yang lalu."

Taehyung meringis. Mengusap tengkuknya kikuk.

"Kamu tahu kan, kalau aku suka kamu?"

Taehyung terkejut. Sama. Aku juga terkejut kenapa aku tiba-tiba mengatakan seperti itu. Sudah sejak 5 tahun lalu kami saling menutupi dan pura-pura tidak tahu dengan apa yang terjadi. Taehyung tahu aku menyukainya sejak lama. Dan aku tahu kalau dia tahu perasaanku sejak lama juga.

"Kamu senang lihat aku menderita, ya?"

"Chaerin, aku—"

"Kamu tahu 'kan, aku yang selalu ikut senang lihat kamu sama Sohyun itu cuma pura-pura? Dan kamu cuma diam aja seolah nggak terjadi apa-apa. Dan kupikir, mungkin kamu benar-benar nggak ada sedikitpun perasaan buat aku. Dan saat Jungkook selalu ada buat aku, kamu usir dia. Kamu usir kebahagiaan aku. Kamu cuma peduli sama kebahagiaanmu, ya? Kamu nggak peduli sama kebahagiaanku juga?"

"Aku tahu kamu nggak ada perasaan sama Jungkook."

Aku terdiam. Taehyung memang sangat misterius. Aku selalu kesulitan setiap ingin menebak apa isi di balik pikirannya itu.

"Setidaknya Jungkook nggak pernah nyakitin aku, Tae. Nggak kayak kamu."

Air mataku tiba-tiba jatuh. Aku benci terlihat lemah dan cengeng cuma karena gara-gara Kim Taehyung.

[]

Unfeel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang