06

48 7 0
                                    

"Maaf."

Aku menulikan telinga. Seolah memang tak ada sedikit pun suara yang menembus telingaku.

"Aku nggak mau kehilangan kamu, Chae."

"Kamu akan kehilangan aku cepat atau lambat."

"Aku nggak mau kamu pergi."

Aku memejamkan mata. Menikmati embusan angin malam yang dinginnya menusuk tulang.

"Kamu sayang sama Sohyun?" tanyaku pada akhirnya. Pertanyaan yang ingin kulontarkan bertahun-tahun pada akhirnya pecah juga. Aku ingin mendengarnya langsung dari Taehyung.

"Aku sayang kamu."

"Aku tanya soal Sohyun, Taehyung." Kubuka mata yang sejak tadi terpejam. Lalu menatapnya. Mencoba mencari kebohongan di balik tatapan mata yang masih sama sejak 15 tahun itu,

"Iya, aku sayang Sohyun."

dan aku sama sekali tak melihat kebohongan di matanya.

"Kamu cinta sama Sohyun?"

Dan Taehyung mengangguk lemah. "Iya. Aku juga cinta sama Sohyun."

Aku menghela napas. Panjang sekali. Dadaku sesak. Aku butuh pasokan udara lebih banyak.

"Oke, aku pergi."

Saat melangkah, Taehyung menahan pergelangan tanganku. Aku mendongak menatap wajahnya. Dan Taehyung terlihat sedih. "Please, just stay."

"Kamu bakal baik-baik aja tanpa aku."

"No, i'm not."

Kuhela napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. "Lalu apa? Kamu bilang cinta sama Sohyun tapi nggak mau kehilangan aku. Maksud kamu apa sih, Tae?!"

Taehyung menunduk, "Aku nggak mau kehilangan kalian berdua."

"Kamu gila," desisku.

"Chae—"

"Mau sampai kapan kamu egois begini? Kenapa kamu cuma peduli sama perasaanmu? Bukan cuma kamu yang punya hati, Tae. Aku punya, Sohyun juga. Kamu pengin menyakiti kami berdua?"

"Aku nggak bermaksud buat menyakiti siapa-siapa."

"Tapi kenyataannya kamu udah menyakiti aku. Aku sakit, Tae. Sakit sekali. Sampai rasanya mau mati. Kamu nggak tahu betapa muaknya aku hidup dalam kebohongan selama ini!"

Taehyung bungkam. Dia hanya diam sambil menunduk memandangi telapak tangan besarnya yang melingkupi telapak tanganku. Kulihat sebuah cincin melingkar di sana. Di jari manis Taehyung. Dadaku benar-benar sesak sekarang. Aku tak yakin bisa bertahan hidup dalam beberapa jam ke depan kalau aku masih di tempat ini.

"Selamat atas pertunanganmu." Taehyung mengangkat kepalanya dan aku berusaha sekuat mungkin menahan air mataku yang hendak jatuh. Aku tersenyum. "Aku kecewa kamu tak mengundangku. Tapi, aku berdoa semoga kamu selalu bahagia."

Kulepas genggamannya pada telapak tanganku dan dinginnya udara malam langsung menusuk. Aku berjalan keluar dari pekarangan rumah Taehyung, dan dia sama sekali tak menahanku. Ketika sampai di pagar, aku melihat Jungkook. Ia menatapku, dan tersenyum. Aku semakin ingin menangis melihatnya. Darah mengalir di sudut bibirnya tapi ia masih berusaha untuk tersenyum lebar di hadapanku. []

Unfeel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang