"Cuma manusia purba, yang bisa hidup tanpa duit."
Elmira Aulia Subagjo
.
.
.
.Elmira menatap cowok dihadapannya ini dengan menghembuskan napas keras-keras. "Aku butuh uang, Jelaga. Aku. Butuh. Uang!"
"Kemarin, El, kemarin, aku baru transfer kamu." Jelagakarsa masih bersikeras meminta alasan yang masuk pada logikanya. Apa-apaan gadis dihadapannya ini, iya dia memang menyukainya tapi apa harus setiap hari ia mengeluarkan uang yang jumlahnya Astagfirullah sekali?
"Uang segitu kamu pikir cukup buat apa, Je?" Elmira mengatakan kalimat itu dengan wajah polosnya, seakan-akan memang uang yang jumlahnya Astagfirullah itu tidak cukup untuk hidupnya. "Cuma manusia purba yang bisa hidup tanpa duit, Je. Aku, manusia orde baru. Jadi duit segitu nggak akan cukup."
Merasa jawaban itu makin membuatnya sakit kepala, Jelagakarsa jadi ikut-ikutan menghembuskan napas keras-keras. Tatapannya berubah jadi tegas, nada bicaranya pun sebisa mungkin tidak lembut seperti tadi. Tak perduli bahwa restoran tempat ia bertemu dengan Elmira ini sedang ramai-ramainya, ia akan tetap berbicara dengan nada yang bisa didengar oleh Elmira atau bahkan pengunjung yang duduk di kanan dan kirinya. "Dua puluh juta kamu bilang nggak cukup apa-apa Elmira?! Sinting kamu!"
Kalimat itu membuat Elmira tersenyum. Kemudian menegakan tubuhnya, sedikit mencondongkan diri ke depan agar cowok dihadapannya itu berhenti bicara yang terdengar memuakan ditelinga Elmira. "Kalau aku bilang nggak cukup ya artinya gak cukup, Je. Udahlah ... Kalau kamu masih mau sama aku, kamu transfer aja, kalau enggak yaudah silahkan pergi. Kalau-kalau kamu lupa aku masih punya Kavin yang dompetnya masih Alhamdulillah lah cukup buat aku napas." Ucapannya diakhiri dengan senyum manis yang selalu membuat Jelagakarsa geleng-geleng kepala.
Jelagakarsa memukul meja sambil mengumpat. Seharusnya Jelagakarsa mundur saja dalam usahanya merebut hati Elmira, karena demi apapun bahkan ketika ia sudah mengeluarkan uang yang bisa membuat satu RT berangkat umroh, Elmira masih saja betah untuk memberikan status yang tidak pasti untuknya. Pacaran? Tidak, teman? Teman apa yang mau-mau saja memberikan uang dengan nominal yang diluar nalar anak kuliahan sepertinya?
"Fine! Perlu berapa?"
Elmira makin melebarkan senyumnya ketika kalimat yang dari tadi ia tunggu-tunggu akhirnya keluar juga dari mulut cowok tampan dihadapannya itu. "Dua belas."
"Juta?"
Elmira mengangguk.
"Itu uang loh, El? Sadar nggak sih kamu?" Ucap Jelagakarsa tanpa memandang Elmira, tangan dan fokusnya saat ini tertuju pada ponsel ditangannya. Sepertinya ia sibuk fokus pada aplikasi m-banking nya takut-takut salah nominal kirim mungkin...
"Ya emang ada daun yang bisa dikirim dari m-banking? Masnya ini—" ucapannya terhenti ketika ponsel berlogo apel tergigitnya itu berbunyi. Menampilkan pesan masuk, pesan pemberitahuan dari m-banking miliknya. "Wow, wow. wow. Aku cuma minta dua belas juta padahal, kenapa kamu ngirimnya lima belas?"
"Buat sampe sebulan, El. Jangan minta lagi, ya?" Ucap Jelagakarsa lemah.
Elmira mengangguk saja, yakin sekali kalau Minggu depan atau tiga hari kedepan ia akan tetap merengek pada Jelagakarsa untuk memberikannya uang lagi. Memangnya Jelagakarsa kira uang segitu cukup untuk hidup Elmira satu bulan? Ha-ha-ha jangan bercanda lah Jelagakarsa. Karena nyatanya itu pasti mustahil.
"Aku mau balik ke kampus, kamu mau pulang atau masih ada kegiatan lain di sekolah?"
"Pulang, sayang."
"Halah, udah ditransfer aja manggil sayang!"
Elmira tertawa lalu berdiri, tak lama Jelagakarsa langsung ikut berdiri lalu mengandeng tangan gadis yang masih menggunakan seragam SMA itu. Sudah persis seperti gadun kah dia saat ini?
.
.
.Hai, inget kan buat apa? Vote dan komentarnya... Jangan lupa daku juga di follow ya 😀
KAMU SEDANG MEMBACA
HITAM SENJA
Novela JuvenilGue nggak pernah benar-benar bisa mengenal diri dia sebenarnya seperti apa. Gue hanya tahu kalau Elmira itu bangsat banget jadi cewek! Pesona dia itu kuat, dan gue suka nggak tahan kalau jauh-jauh dari dia. Dia punya pacar, tapi masih butuh duit gue...