(P-2) Biang Rusuh

34 2 2
                                    

"Ra, Andara??? Kamu udah sadar??"

"Na..? Gue dimana?"

"Kamu di rumah sakit"

"Hah??" Andara seketika bangun dan melihat tangannya yang tertancap infus.

"Kok gue bisa disini??"

"Tiba-tiba aja tadi kamu pingsan di kelas terus- Loh, kamu mau apa Ra???" Viona seketika panik melihat Andara yang berusaha melepaskan infusannya.

"Gue mau keluar dari sini. Kalo gue disini nanti gue harus bayar tagihan rumah sakit"

"Tapi Ra-"

"Udah gue bayar" Suara Elvano berhasil menghentikan kegiatan Andara. "Anggep aja kesalahan gue karena masih jam pelajaran"

"Bisa juga lo ngoborol engga pake bahasa baku, pencitraan ternyata. Tapi sorry gue engga butuh belas kasian lo"

"Gue engga pernah kasian atau bahkan perduli sama orang lain, apalagi cewek urakan kaya lo. Ini karena lo murid gue"

"Lo cuma asistennya Pak Deri"

"Berarti secara engga langsung lo juga murid gue"

"Cape gue debat sama lo. Gue mau pulang"

"Lo engga boleh pulang sebelum dokter kasih izin"

"Emang lo siapa? Bapak gue bukan, pacar bukan, kenal juga engga-"

"Trus lo mau nyusahin orang lain lagi? Mau pingsan lagi? Silahkan kalo itu mau lo"

"Jangan sok tau!"

"Dokter lebih pinter dari lo!"

"Terserah yang penitng gue- gawat! Na, lo engga kasih tau ke nyokap kan???"

"Maaf Ra.." Viona menunduk takut sambil melihat kearah Elvano. Andara tahu betul apa maksud tatapan Viona tersebut. Yup, Asdos baru idaman para mahasiswi itu pasti meminta Viona untuk memberitahu mama Andara bahwa putrinya berada di rumah sakit saat ini.

"Kenapa? Gue salah lagi? Itu nyokap lo sendiri" Elvano mengerti arti kemarahan di wajah Andara saat perempuan itu menatapnya.

"Lo harusnya tanya gue dulu!"

"Lo lagi pingsan engga mungkin gue tanya. Dan satu lagi harusnya lo bersyukur gue engga biarin lo gitu aja di lantai"

"Gue engga minta ditolongin. Dan lo tenang aja, gue bakalan ganti uang lo" Elvano memutar kedua matanya malas. Sepertinya menolong manusia bernama 'Andara' benar-benar sebuah kesalahan. Elvano kini lebih memilih keluar dibandingkan harus berdebat lagi dengan perempuan itu.

"Na, ayo bantuin gue kabur dari sini"

"Tapi Ra-"







"Ra.."

"Ma??"

"Yaampun Ra.. Kamu engga apa-apa kan ra?? Dimana yang sakit? Kamu kenapa sampe kaya gini.." Mata wanita paruh baya tersebut terlihat sendu ketika menatap tangan putrinya yang kini tertancap selang infus.

"Aku gapapa ma. cuma engga sempet makan malem aja. Dokternya aja yang lebay, masa cuma gara-gara engga makan sampe diinfus"

"Hmm.. Ra, aku ke kantin dulu ya. Kamu mau titip sesuatu?"

"Engga Na"

"Tante?"

"Engga Viona, makasih"

"Kalau gitu aku permisi dulu Ra, Tan" Viona tahu jika sahabatnya itu pasti butuh waktu untuk berdua dengan mamanya.

Me VS Asdos GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang