(P-3) Masa Lalu Andara

25 1 1
                                    


Flashback

PRANKKK

Kedua langkah kaki seketika berhenti. Tubuhnya lagi-lagi membeku setiap kali kakinya akan melangkah masuk kedalam bangunan yang disebut "rumah". Rumah? Gadis itu bahkan tidak yakin kata 'rumah' pantas menggambarkan keadaan keluarganya saat ini.

"Pergi!! Bukannya kamu lebih memilih wanita itu dibandingkan aku!?" Suara Dewi terdengar menahan tangisnya. Kini dia mencoba terlihat lebih kuat dibandingkan hari kemarin. Mungkin dia sudah lelah.. ya, sudah sangat lelah dengan pertikaian yang tak kunjung menemukan titik terang..

"Tidak perlu mengusirku. Aku bahkan sudah tidak ingin melihat wajahmu! Wanita itu jelas akan mengurus hidupku lebih baik dibanding dirimu. Dan kau harus tau, aku tidak akan pernah kembali kerumah ini!!"

"Aku pulang" Ucap gadis itu lemah. Air matanya seakaan sudah kering karena kejadian yang sering terjadi seperti ini.

"Papah mau kemana?"

Pria bernama Ferry Heryanto tersebut hanya berlalu tanpa menjawab pertanyaan putri kandungnya. Jiwa Andara seakan kosong ketika suara mobil itu terdengar dan perlahan menghilang. Ayahnya benar-benar pergi meninggalkan keluarga kecilnya demi wanita muda yang hadir di tengah mereka. Selalu terngiang di dalam kepala Andara, kenapa wanita itu tega sekali menghancurkan tawa manis serta kehangatan keluarganya. Tidak bisakah dia mencari pria lain untuk dia nikahi? Tidak sadarkah jika disini ada seorang putri yang memiliki mimpi melihat orang tuanya menua bersama..

Flashback End

.

.

.

Andara kembali membasuh wajah pucatnya untuk yang kedua kali. Kehadiran ayahnya yang muncul secara tiba-tiba membuat pikirannya kacau. Ditambah dengan kondisi tubuhnya yang belum sepenuhnya pulih, gadis itu mencoba menyadarkan diri dengan segarnya air yang membasuh wajahnnya. Gadis itu tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika saat ini dia masih terasa lemas dan kepalanya terasa begitu berat. Apa karena rindu yang sengaja dia tutupi berimbas pada tubuhnya saat ini..

"Kamu gapapa Ra?" Viona tentu saja mengkhawatirkan sahabatnya. Ditengah mata kuliah Ibu Santi tiba-tiba sahabatnya memegang kepalanya dan wajahnya mendadak berubah pucat.

"Gue gapapa Na" Andara mencoba menyelipkan senyuman ditengah jawabannya. Meski mereka bersahabat dekat sejak memulai bangku perkuliahan tapi Viona memang tidak pernah mengetahui masa-masa buruk Andara. Bagi Andara dirinya yang dulu dianggap sebagai gadis yang ceria, manis dan juga menyenangkan kini sudah mati. Ya, jiwanya sudah mati bersama kenangan itu. Bagaimana tidak, sosok yang paling dekat dengan Andara telah berhasil mematahkan perasaan Andara dan juga menghancurkan mimpinya.

"Ohya Ra, tadi Kak Elvano lewat. Dia titip ini buat kamu" Viona menyerahkan beberapa lembar kertas pada Andara.

"Kenapa engga dia jadiin bungkus gorengan aja si. Lebih bermanfaat, daripada dibalikin ke gue nih kertas remed terus gue buang ke tempat sampah"

"Kamu lagi PMS ya Ra?"

"Engga. Eh, tapi udah mendekati tanggalnya si"

"Pantes, dari tadi bawaannya marah-marah terus. Atau kamu juga pusing karena mau halangan?"

"Mungkin. Udah yuk balik lagi ke kelas. Nanti bu Santi ceramah gara-gara kita kelamaaan di kamar mandi"

.

.

.

"Pak, Baksonya satu porsi" Stand bakso itu ramai dengan antrian panjang para mahasiswi yang mendadak 'tertular' ingin makan bakso. Siapa lagi penyebabnya jika bukan Asdos ganteng itu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Me VS Asdos GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang