01

116 9 1
                                    

Renata Risnanta.
Iya aku, Renata Risnanta yang berasal dari keluarga Ananta dengan sejuta kemanisannya. Aku sering dipanggil Risna di dalam keluarga, namun dikalangan teman aku lebih suka dipanggil Rena. Aku dikenal dengan sifat ramah, periang, suka membantu, ceria, dan perlakuan manisku. Orang orang selalu mengenalku dengan sifat itu, sifat sejuta kemanisan, tanpa mereka tahu bahwa hanya aku dari keluarga Ananta yang
memiliki sejuta kepahitan.

Aku memiliki kakak laki laki, dia juga memiliki sifat sepertiku, namun bedanya dia hanya memiliki sepuluh kepahitan. Apapun yang ia inginkan selalu ia dapat, yah walaupun tidak meminta.

Tunggu, bukan bukan, ini bukan cerita ketidak adilan orang tua ku, mereka justru lebih menyayangiku. Karena sejuta kepahitan yang kumaksud bukan kehidupanku yang menderita, tapi karena semua janji janji, kenangan, dan wajah pahitnya.


___



"Risna sudah bangun belum, kalu sudah cepat dandannya lalu turun kebawah".

"Iya bunda sebentar lagi Risna keluar".

Sreek

"Risna tidak dandan bunda, Risna cuma mandi, pakai seragam, setelah itu menata rambut".

"Oh masa? Tapi kenapa anak ayah cantik sekali seperti princess?".

"Kan bundanya juga cantik".

"Oh terus Reski cantik gitu? Apa jadinya dong?".

"Biarin, biar kak Feyna gak suka sama kakak lagi, wlee".

"Hehh, jangan sampe dong, nanti kakak jadi rebutan lagi".

"Cih, sok ganteng ya anda".

"Memang aku ganteng kan... iya kan bun, yah".

"Hahaha, iya iya sudah buruan habisin sarapannya nanti terlambat".



___



Pagi ini aku dianter sama kakak ku, kak Reski. Reski Putranta namanya.

"Makasih ya kak, aku sekolah dulu".

"Iya, sekolahnya yang bener, jangan bolos bolosan kaya aku, terus kalo gurunya njelasin materi diperhatiin, kalo nggak paham tanya".

"Iya iya kakakku yang bawel tapi tampan. Dah kak!".

"Iya, dah!".

Disepanjang koridor sekolah aku selalu disapa semua siswa yang kenal denganku tentunya. Seperti biasa aku selalu menjawab dengan senyuman ceriaku. Sampai dikelas aku menyapa kedua sahabatku, Erfa dan Rani yang sudah datang duluan.

"Erfa, Rani selamat pagi!".

"

Pagi juga wahai engkau matahari Teletubbies".

"Bisa aja kamu fa".

"Eh Rena, kamu tahu ngga di kelas 11-d ada siswa baru, katanya sih tampan kelewat batas".

"Hus Rani, pagi pagi udah ngegosip. Tapi dia pindahan dari mana?"

"Astaga orang kamunya juga nimbrung malah marahin Rani, emang kamu ya Ren dasar".

"Biarin sih kamu ngapain berisik fa?".

"Heh udah udah, katanya dia pindahan dari luar negri".

"Wah pasti pinter tuh dia, kenapa sih nggak dikasih ke kelas kita aja, biar kalo ulangan aku kan bisa nyontek, hehehe".

"Heh kita beruntunglah, karena kita nggak nambah nambah saingan".

"Eh Ran, kamu tau namanya siapa?".

"Aduh siapa itu yah aku lupa, kalo nggak salah lan lan, Alan kayaknya".

Huh untung Alan kukira dia Arslan sipahit itu.

"Eh eh eh, bu Wina udah jalan itu".

"Hah, yaudah balik balik".

Setelah itu bu Wina masuk kelas tapi anehnya dia nggak bawa buku untuk pembelajaran.

"Anak anak hari ini ada yang spesial buat kalian. Kalian bisa tebak?".

"Emang ada apa bu?".

Tanya Erfa yang duduk di depan barisanku bersama Bella.

"Lan, sini".

Tiba tiba bu Wina menyuruh seseorang masuk,

"Loh dia bukannya dikelas D ya, dia yang Alan Alan itukan?".

"Manakutau".

"Kenalin diri kamu ke temen temen mu sekarang".

Saat manik matanya mulai bergerak, aku seperti teringat seauat, seperti sudah biasa melihatnya. Tapi dia siapa?

"Saya Arslan Anggara, pindahan dari Singapura, tolong kerja samanya, terima kasih".

Deg

Apa! Sipahit?!, itu beneran dia, aku bingung harus gimana, dia dikelasku sekarang, aku benci melihat wajahnya, aku muak. Akhirnya kuputuskan untuk izin ke toilet.

Aku mengacungkan tangan, dan atensinya tertuju padaku. Oh tidak ini gila, kenapa aku jadi gugup begini.

"Iya Rena? Ada yang ingin ditanyakan?".

"Tidak bu saya izin ke toilet sebentar".

Ucapku secepat kilat.

"Oh yasudah sana".

Akupun langsung berdiri dan sedikit lari, tapi pegelangan tanganku ddicengkeram olehnya. Dia menatapku tajam, seperti terakhir kali kita ketemu, tajam seakan ingin membunuh. Serius aku beneran takut sekarang, aku berusaha melepaskannya, dan yeah aku bisa, aku langsung lari keluar dan menuju toilet untuk sekedar menenangkan fikiran ini.




___


Next Arslan pov.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARSLAN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang