Satu persatu kendaraan bermotor datang membanjiri Pesantren. Kehangatan sang surya mulai menyelinap masuk ke relung jiwa, mendamaikan suasana pagi ini. Tenda acara sudah didirikan menghiasi Basement Bagian Bawah Masjid. Dika sudah mencapai ke fase akhir di Pesantren, Wisuda Akbar Santri Kelas Akhir Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami.
Dika, Ahmad dan seluruh teman seperjuangannya sudah rapih menempati kursi wisudawan di Basement. Rasa haru, senang, gembira, sedih, bercampur aduk melengkapi ketegangan hari besar ini.
Kita tidak bisa mengetahui takdir Allah SWT, sekalipun tidak akan pernah bisa. Allah selalu memberikan kejutan-kejutan kepada hamba-Nya, entah itu yang terbaik atau sekalipun yang terburuk. Dika tidak pernah menyangka akan di anugerahi kehidupan seperti saat ini. Hidup sampai lulus di Pesantren dengan teman-teman yang beragam suku. Masa lalu hanya hadir sebagai pelajaran untuknya. Angel, pacar dengan kadar cinta yang rendah memang akan berakhir menyakitkan. Karena yang dulu mereka rasakan bukanlah cinta, tapi hanya sekedar nafsu belaka. Sekarang ia paham, arti definisi cinta yang sebenarnya. Sebab itu ia tidak akan pernah pacaran lagi kecuali setelah menikah, pacaran dengan istri yang sah.Ayah Dika meneriaki namanya dari belakang jajaran bangku wisudawan. Dika bertengok 180 derajat, mendapati Ayah tirinya sedang duduk berdampingan dengan Pak Bagus. Mereka saling melambaikan tangannya. Dika sudah mulai terbiasa dengan Ayah tirinya, sudah bisa terbuka sepenuhnya kepadanya. Ayah kandungnya telah meninggal jauh sebelum Dika bisa merangkak. Almarhumah Mamahnya yang terbilang masih cukup muda di usianya, bertemu dengan seorang pengusaha kaya yang tulus mencintainya di tempat kerjanya. Agas menerima status 'janda' Mamahnya, lalu mereka saling menghidupi. Sekarang, Dika hanya punya satu orang tua, yakni Ayah tirinya. Dan ia bangga memilikinya sebagai Ayah.
Wali Santri sudah ramai menempati kursi para tamu, bangga menilik anak-anaknya yang akan di wisuda hari ini. Acara dimeriahi oleh Tim Angklung Santiawan dan Tim Paduan Suara Santriwati. Tepuk tangan meriah berterbangan di udara. Tibalah sesi acara yang dinanti, Tausyiah terakhir dari Pimpinan Pesantren.
"Anak-anak ku sekalian. 4 atau 6 tahun bukanlah waktu yang singkat. Kalian semua harus bisa mengambil pelajaran dan pengalaman penting selama di Pesantren sebagai bekal untuk masa depan. Ilmu yang kalian dapatkan semoga bisa bermanfaat di kalangan masyarakat. Jadikan diri kalian sebagai contoh yang baik bagi mereka yang belum baik. Buatlah sejarah yang baik dimanapun kalian menginjakkan kaki di bumi Allah."
"Yang tua tidak selamanya bisa menjabat. Yang paling lama berkuasa tidak selamanya bisa berkuasa. Ada saatnya kalian sebagai generasi muda bangsa, menggantikan posisi mereka. Ingat selalu! Syubbanul yaum, rijaalul ghad. Esok nanti kalian akan menjadi penerus mereka."
Dika teringat beberapa tahun kemarin, saat BJ. Habibie dikabarkan wafat. Tausyiah yang disampaikan oleh Pimpinan Pesantren begitu menancap kuat di jiwa, membentuk lingkaran penuh tekad. Ia harus melanjutkan perjuangan Pak Habibie, membawa nama baik Bangsa Indonesia ke seluruh penjuru dunia.
Selang beberapa agenda, acara yang dinanti pun tiba. "Juara satu UN tingkat SMA/MA sederajat dengan nilai 86,90 diraih oleh ananda... Andika Pratama kelas 6 IPA 1 asal Jakarta Barat. Agar wali santri dari ananda Dika dipersilahkan maju kedepan panggung. Ayah Dika masih menatap kagum tak percaya, sebelum akhirnya Pak Bagus memaksanya untuk segera menaiki panggung.
Ranti, dengan seizin Allah alhamdulillah Dika menjadi lebih baik saat ini. Ia menjadi anak soleh yang tak pernah bosan memberikan hadiah kepadamu, Yasin dan Tahlil. Ini menjadi amal kebaikanmu yang tak pernah putus, do'a anak soleh. Semoga kesalahanmu di masa lalu terhapus karenanya. Senyum merekah Ustadz Rahmat berbangga kepada sang anak yang dilahirkan oleh Ranti.
Dahulu selepas kepergian Almarhum Ayah kandung Dika, Rinta sempat berpikir di luar duga demi menghidupi anak sulungnya. Ia menjadi pegawai malam di salah satu bar. Dengan umurnya yang masih terbilang cukup muda, kehadirannya sukses besar menarik banyak pendatang. Ia juga memiliki suara emas, yang bisa menghibur pelanggan di malam hari.
Sampai Rahmat, teman masa kecil menjumpainya di pasar tanpa sengaja. Sungguh reuni yang sangat berarti. Rahmat menarik kembali Ranti agar berjalan di jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT. Pertemuan singkat dengan makna yang sangat memikat.
Dika dengan Ayahnya mengambil pose bersama Pimpinan Pesantren. "Kalian patut contohi ananda Andika Pratama ini. Santri itu tidak hanya jago di bidang agama, tapi ilmu umum juga harus dikuasai. Selamat Nak, semoga kamu bisa menjadi pemimpin yang baik di masa depan," ujar singkat Kyai mendo'akan Dika. Dika spontan bersujud syukur, menangis bahagia dengan takdir Allah SWT. Ia menjadi percaya bahwa, Allah is the best planner.