Hi, Evans!

1K 150 89
                                    

Johnny turun di stasiun MRT Bendungan Hilir. Ia memang hanya melewati dua stasiun saja namun dengan menaiki MRT ini Ia dapat menghemat waktu dan tenaganya dibandingkan dengan menggunakan Transjakarta. Kaki jenjangnya melangkah mengikuti ratusan karyawan yang juga baru saja turun dari rangkaian kereta. Ponselnya terus berdering dan Ia tidak ada niatan untuk mengangkatnya. Dua orang terus menghubunginya entah itu Yuta atau Doyoung. Johnny tidak tau ada masalah apa sehingga dua orang itu terus saja menghubungi Johnny, sepertinya genting sekali sampai tidak henti melakukan panggilan.

Gedung kantor tempat Johnny bekerja tidak jauh dari stasiun MRT Bendungan Hilir, hanya jalan sedikit saja Ia sudah sampai di gerbang gedung kantornya. Saat melewati gerbang, seorang satpam menyuruhnya untuk sedikit membuka tas nya, hanya sekedar pemeriksaan yang wajib dilakukan kepada siapapun yang akan memasuki komplek perkantoran ini.

"Pagi, mohon maaf tas nya." Ucap satpam itu ramah.

Johnny membuka sedikit resleting tas ranselnya dan menunjukkannya kepada sang satpam, setelah itu orang berseragam putih tersebut mempersilahkannya untuk masuk. Tidak hanya di gerbang awal, saat masuk gedung kantor pun begitu, kali ini pemeriksaannya lebih kompleks dibandingkan di gerbang awal tadi. Johnny harus meletakkan ranselnya di mesin Metal Detector, dan juga melewati pintu Metal Detector, seketat itu lah keamanan gedung kantornya.

Saat memasuki lift, Johnny menekan tombol 20, menuju tempat kerjanya yang berada di lantai 20. Seorang resepsionis menyapanya. Johnny menempelkan ID nya agar pintu dapat terbuka.

"Akhirnya datang juga." Salah seorang rekannya berucap lega saat melihat kehadiran Johnny.

Johnny melihat Yuta yang duduk didepan komputer, disamping kanan nya ada Doyoung yang menatapnya sengit, mungkin pria itu masih kesal karena panggilan teleponnya diabaikan oleh Johnny. Disamping kiri Yuta ada pria yang terkenal dengan paras tampan di kantornya, salah satu pujaan para karyawan wanita, seorang finance officer, Taeyong Alvaro. Taeyong duduk dengan melipat tangannya di depan dada, dengan pandangan dingin menatap layar monitor, tidak begitu tertarik dengan kehadiran Johnny.

"Gue gak terlambat, datang tepat waktu, kalian aja tuh yang terlalu pagi." Johnny meletakkan ranselnya di meja kerjanya. Lalu mengambil laptop yang tersimpan di rak kerjanya, dan menghampiri ketiga orang yang sedaritadi menunggunya. Ini bukan salahnya, dirinya datang tepat waktu, tidak terlambat semenit pun, memang ketiga orang ini saja yang datang terlalu pagi.

"Harusnya yaah....gue sarapan dulu, ngopi, baru kerja." Ucap Johnny mendumal, sambil membuka laptopnya. "Emangnya kenapa sih? Kayaknya genting banget, kan ada Yuta."

"Ini semua gara-gara dia!" Doyoung seketika menunjuk Taeyong dengan kesal. Taeyong menoleh kearah Doyoung dan menatapnya sengit, tidak terima disalahkan begitu saja.

"Kok gue?! Lo juga terlibat yah!! Jangan salah-salahin orang seenaknya. Kenan Doyoung Madava" Protes Taeyong dengan nada yang ketus kepada Doyoung.

"Tapi semua lo yang proses yah!! Taeyong Alvaro." Sahut Doyoung tidak kalah ketus.

Johnny yang melihat dua finance officer itu bertengkar hanya geleng-geleng kepala. Mereka berdua memang rekan kerja yang terkenal tidak pernah akur. Padahal mereka satu devisi dan satu team pula. Sempat khawatir jika kelakuan mereka yang sering bertengkar ini akan mengganggu pekerjaan. Untungnya semua laporan yang mereka buat tidak pernah salah, dalam kata lain, mereka bekerja dengan baik hanya saja selalu adu mulut setiap detik.

"Udah jangan berantem nanti lu berdua saling sayang kan gak lucu." Ucap Johnny santai.

"Idih!!"

"Najis!!"

Ucap Taeyong dan Doyoung bersamaan. Membuat Johnny dan Yuta tertawa. Kini Johnny mulai menanyakan dimana letak masalahnya sehingga membuat sistem error. Yuta membantunya, sementara Doyoung dan Taeyong hanya melihat, sambil sesekali menjawab hal-hal yang dibutuhkan oleh Johnny dan Yuta. Pantas saja Yuta tidak bisa memperbaikinya, Ia membutuhkan Johnny untuk menyelsaikan masalah, memang harus ada Yuta dan Johnny, tidak bisa salah satunya saja.

Commuter Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang