Ibu Pelit Ibu Irit

180 8 0
                                    


#ibu_pelit_ibu_irit

***
Pagi itu sungguh rasanya kesal sekali, aku merengek-rengek kepada ibu.

"Bu minta uang jajan lebih ya," ucapku sebelum berangkat sekolah.

"Kok lebih, udah gausah, jangan boros Li,"

"Tapi bu, uang jajanku 10 ribu, harus membayar iuran kelompok 7000, parkir 1000, masa jajan cuma 2ribu," ucapku dengan wajah memelas.

Ibu hanya tersenyum, lalu melenggang pergi ke dapur.

Ku hentak-hentakan kaki, dengan mulut mengoceh, sungguh kesal rasanya.

***

Sesampainya di sekolah, seperti biasa aku memarkirkan motorku di parkiran, dan petugas meminta uang parkir.

'Sisa uang 9000'

Sesampainya di kelas, teman sekelompokku sudah berdiri, bagaikan polisi yang lagi menilang motor.

"Mana Li, iuran-iuran," ucapnya dengan telapak tangan terbuka.

"Res, besok bisa gak, aku lagi gaada uang," ucapku bernegosiasi. Fikirku semoga besok ku bisa membujuk ibu.

"Ga...ga aku udah nalangin nih, masa iya aku ga jajan hari ini," ucapnya dengan nada setengah kesal.

"Yaudah nih," ucapku memberikan uang kepadanya.

'Sisa uang 2000'

Zaman sekarang uang 2000, cukup apa? Seblak aja udah 5000, itupun setengah porsi, kesal sungguh benar benar kesal hari ini.

Ku putuskan hari ini tidak jajan seblak, aku membeli dua gorengan di depan sekolah, itung-itung mengganjal perut.

'Haus... uang abis? Ibu... jahat... sama anak sendiri pelit' gumamku kesal dalam hati.

***

Sepulang sekolah, aku hanya cemberut, tak berniat bertanya, hanya mengucapkan asalamualaikum lalu pergi ke kamar.

Di luar ibu nampak bertanya-tanya, 'ah biar saja, ibu harus ngerti aku sampai ga minum tadi,' lirihku dalam hati.

***

"Res uang jajan berapa sih?" Tanyaku penasaran. Saat ini aku sedang di sekolah, dan kebetulan jam pelajaran kosong.

"Aku 20ribu Li," jawabnya.

"Oh...," ucapku mengakhiri pembicaraan.

***

Pulang sekolah kali ini, aku berniat negosiasi dengan ibu, semoga ibu luluh.

"Asalamualaikum, ibu...," ucapku, dengan nada semanis mungkin.

"Walaikum salam, udah pulang Li," jawab ibu, tak lupa dengan senyumnya.

"Udah bu, eh bu tau ga, temen Lia mah uang jajan nya 20ribu loh bu," ucapku memberitahu ibu.

"Oh...terus," jawabnya.

"Ya engga, naikin lah bu uang jajanku," ucapku merengek memegang tangan ibu.

"Li mending 10ribu, tapi kamu dapet tiap hari daripada, 20ribu...,"jawab ibu yang belum selesai sudah ku potong.

"Ibu pelit," ucapku berlari ke kamar. Sesampainya di kamar sengajaku banting pintu sampai suara nya begitu kencang.

Ibu bener-bener pelit, masa temen aku uang jajan nya pada 20ribu, lah aku cuma 10ribu. Setengahnya.

***
Hari ini adalah PAT atau penilaian akhir taun, aku sengaja datang pagi-pagi supaya tidak terlambat.

Sesampainya di sekolah, aku melihat Resa keluar dari ruangan kepala sekolah, dengan raut muka sedih.

"Res, kenapa?" Tanyaku menghampirinya.

"Aku belum bayar uang PAT Li," ucapnya termenung.

"Loh, kenapa Res," tanyaku penasaran.

"Karena ibu ku lagi gaada uang," jawabnya. Lalu berlalu pergi.

"Perasaan uang jajan kamu besar deh Res," gumamku dalam hati, karena Resa sudah melenggang pergi.

***

Setelah selesai mengisi soal, siswa yang sudah beres di persilah kan pulang.

***

Sesampainya di rumah, aku menyapa ibu, yang sedang menjahit baju pesanan...

"Asalamualaikum, ibu...," ucapku menjabat tangan ibu.

"Walaikum salam," jawab ibu. Sepertinya ibu sedang sibuk.

***

Malam hari telah tiba, seperti biasa malam-malam begini aku dan ibu suka menonton tv, sambil mengobrol.

Malam ini aku membuka percakapan, dengan menceritakan Resa temanku yang tidak bisa mengikuti PAT.

"Ibu... tau ga? Resa temen Lia ga ikut PAT loh bu," ucapku memulai percakapan.

"Loh kenapa Li, kasihan dong," jawab ibu menengok kearahku.

"Resa gabisa bayar uang PAT bu, makasih ya bu, untung aku bayar bu, kalau engga aku ga bisa mengisi bu," jawabku tersenyum pada ibu.

Hening ...

"Li...," ucap ibu memanggilku.

"Kamu ingin tau kenapa ibu selalu terkesan pelit?" Lanjut ibu.

"Hemm emang kenapa gitu bu," jawabku penasaran.

"Karena kita harus irit Li, kita orang sederhana Li, kalau kita ga irit kita pasti gabisa memenuhi kebutuhan kita," ucap ibu mengengam tanganku.

"Maafkan ibu Li, sebenarnya ibu ingin sekali memanjakan kamu, dengan uang yang berapapun kamu mau," lanjut ibu berkaca-kaca.

"Ga papa ibu, jangan nangis," ucapku menyeka air mata ibu yang mulai turun.

"Li, uang itu susah datang dan mudah pergi Li, kalau ibu menghambur-hamburkan uang ibu hanya untuk memenuhi keinginan semata, ibu bisa, namun nantinya jika di saat kamu membutuhkan, sementara uang nya sudah di hamburkan bagaimana Li?" Ucap ibu bertanya.

"Ya kebutuhan kita gabakal tercukupi Li," ucapku.

"Iya begitu Li, jadi sebisa mungkin, kita harus menggunakan uang dengan baik, tidak mengapa uang jajanmu tidak sama dengan temanmu, yang penting kebutuhan mu terpenuhi," ucap ibu menasihati.

"Jangan sampai kejadian yang di alami Resa, kamu mengalaminya," lanjut ibu memgelus puncak kepalaku.

"Makasih ibu," ucapku memeluk ibu.

Dari sini ahirnya aku paham, bahwa ibu tidak pelit, ibu adalah irit. Ya... ibu irit karena menyayangiku juga, bagaimana jadinya kalau uang ibu habis oleh uang jajanku, sementara untuk kebutuhan ku? Misalnya membayar PAT tidak ada.

Terimakasih ibu, aku sayang ibu. Walau kita keluarga sederhana namun, aku tak pernah bersedih karena tidak bisa membayar sesuatu.

Ibuku hebat... dia orang ter 'IRIT' sedunia...

End

Titimangsa : Planet Venus, 06 Oktober 2019

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang