1| Gara-Gara Nasi Goreng

10.6K 713 37
                                    

"Mbak... mbak bangun dong."

Bening melemparkan bantal tepat kewajah nyengir Pranaji, atau panggil saja Aji. Adik bontotnya yang satu ini memang paling bisa membuat mood nya anjlok.

"Apasih Ji! Mbak habis bikin tugas ini, capek ah."

"Laper mbak."

"Ya makan to Ji, repot."

Aji merengut, menggoyang-goyang lagi lengan Bening. Sampai mbaknya itu duduk, dan melotot kesal karena tidurnya terganggu.

"Nggak ada lauk mbak, mama kayaknya lupa ninggalin lauk makan malem."

"Makan aja sana sama garem dicampur nasi." Gerutunya. Tapi dia turun dari kasur, menyambar jaket yang kebesaran di tubuhnya yang bisa dibilang minimalis.

Astaghfirullah, lagian si mamah main nginep aja ke rumah eyang tanpa pemberitahuan sama sekali. Cuman ditinggalin nasi semejikom. Lha emang anaknya suruh makan pake garem apa.

"Mbak nggak mau pake gincu?? Biar nggak dikira anak SD lagi huahahaha."

Ledekan Aji hanya dijawab Bening dengan dengusan.

Cepet beli, cepet pulang, cepet tidur. Pikirnya.

***

Jam sepuluh malam, suasana komplek perumahan sudah mulai sepi. Yah paling adalah anak-anak nongkrong, sambil nyanyi-nyanyi nggak jelas, genjreng gitar pamer keahlian di depan cewek-cewek.

"Kalo gue yang jadi emaknya si cewek, udah gue botakkin rambutnya jam segini bukannya tidur malam jadi cabe-cabean." Gerutu Bening melihat si cewek senang-senang saja dipegang sana sini.

Yaudahlah bukan urusannya.

"Ehhh mbak imut, nasi goreng?" Tawar paklek Supratman, dengan senyum andalannya yang buat Bulek Semi, alias tukang jamu komplek klepek-klepek.

"Iya paklek dua, satunya nggak usah pake sawi."

"Lho mas Ajinya kok ndak ikut to mbak?"

"Lha ini aja saya disuruh Aji, males keluar dianya paklek."

Paklek Supratman mengangguk-angguk, mulai meracik nasi goreng. Dan Bening duduk sambil memainkan ponselnya.

Grep

Bening mendongak horor saat bahunya dipegang. Bertatapan langsung dengan laki-laki alis tebal, yang mukanya lecek persis uang seribuan kapiten Patimura.

"Ya Allah paklek, ini kok anak kecil jam segini keluar malem nggak paklek marahin to. Parah ini paklek."

"Eh itu mas Adimas..." paklek Supratman tergagap. Lha emang bener sih Bening itu masih kayak anak kecil. Dulu saja waktu pertama kali ketemu, tukang nasi goreng ini juga menganggapnya anak TK.

Waduh parah! Anak TK mana yang anunya udah mblendung coba. Hhhh...

"Adek ckck... ayo saya antar pulang ya dek."

Tanpa mendengarkan penjelasan apapun lagi, laki-laki nggak jelas ini langsung menarik tangan Bening meninggalkan lapak paklek Supratman.

"Nasi goreng Bening??!" Bening menunjuk-nunjuk gerobak paklek Supratman yang terbengong-bengong.

Paklek aja bingung apalagi Bening nih!

"Eh adek milih nasi gorengnya apa keselamatan adek nih? Ayo saya anterin sampe rumah dengan selamat."

Mata Bening melotot kesal, enaknya orang begini diapain sih? Sedekahin aja kali ya ke kolam piranha.

Dia malah terkekeh, mengacak-acak rambut Bening seolah dia anak kecil.

"Imut banget sih dek. Kelas berapa? Pasti kelas 5 SD ya?"

Eh tunggu-tunggu. 5 SD katanya. Kampret!!! Nggak tau aja nih kadal mesir kalo dia udah cocok dijadiin istri+ibu yang baik.

"Enak aja. Bening udah kuliah tau, semester tiga!" Jari Bening menunjukkan angka tiga, dan tidak lupa bibirnya ikut manyun karena terlalu kesal dengan orang sok tau ini.

"Nggak boleh bohong lho dek, dosa. Nanti masuk neraka. Hayo kelas berapa adeknya, ngaku aja."

Jari telujuknya menyentuh hidung Bening. Dipukulnya tangan laki-laki gesrek disebelahnya, lalu melepaskan tautan tangan lelaki tinggi itu.

"Udah kuliah!!!!"

Dia tertawa, lebih keras. Memiting kepala Bening di keteknya.

"Bohong lagi nih adeknya. Orang tinggi kamu aja cuman segini." Kata laki-laki itu sambil menunjuk perutnya.

Haishhh Bening menggerutu dalam hati karena tidak mengikuti saran Aji untuk memakai gincu merah.

Tinggi badannya yang hanya 146 cm, memang mengundang orang lain untuk membuat presepsi kalau dirinya anak SD atau anak SMP. Didukung wajahnya yang imut-imut tentunya.

"Lepasin, mau ambil nasi goreng tadi."

"Eh rumah adek sebelah mana nih?"

Toples nastar sialan! Dia semakin menarik Bening untuk melangkah, tidak peduli Bening yang menyeret kakinya. Tenaganya nggak ada apa-apanya dibandingkan laki-laki ini.

"Oh yang ini ya?"

Laki-laki itu tersenyum saat melihat bibir gadis kecil disebelahnya mengerucut menggemaskan.

Huhu andaikan laki-laki itu tau berapa umur Bening sekarang, pasti tidak akan berani berbuat seperti ini.

"Udah adek sekarang masuk ya. Oh iya ngomong-ngomong, nama adek siapa?"

Suaranya pun dibuat selembut mungkin, karena menganggap Bening anak kecil yang sensitif.

"Bening Arthaningtiyas." Jawab Bening judes.

"Wahhh nama adek bagus bangt lho. Kenalin nama kakak Adimas, masuk gih. Diluar dingin."

Bening mendengus tidak suka, saat rambutnya diacak-acak lagi. Dia berlari memasuki halaman rumahnya yang masih tradisional Jojga, yaitu rumah joglo.

"Hei!"

Adimas yang sudah ingin pergi, menoleh sambil tersenyum lebar. Tapi senyumnya luntur saat adek imut yang baru saja dia antar pulang memberinya jari tengah, lalu menjulurkan lidahnya. Lalu masuk kedalam rumah dengan pintu berdebum keras.

"Aih anak jaman sekarang, tata kramanya kurang ckck."

Adimas tapi tidak marah, dia malah menggelengkan kepalanya geli. Aih gadis kecil tadi memang sangat imut.

"Kira-kira sekolah di SD mana ya? Tanya paklek Supratman ah."

***

Hollaaaa

Maap aku unpub soaalnya wattpad ku error guys waktu aku update part yang kedua ehh malah bikin yang baru:' aneh kan

Aih aneh anet😂😂

Anak SD? Wtf!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang