Bab 15 Adimas Ternyata...

2.1K 337 142
                                    

"Mbuaaakkk... temenin Aji ke indodesember." Kebiasaan tuyul nyebelin satu itu, kalau masuk kamar Bening nggak pake salam. Hih jangankan salam, ketuk pintu pun dia ogah. Memang titisan makhluk astral. "Eitsss Aji nggak terima penolakan. Nggak liat nih muka-muka orang sultan."

Dengan songongnya Aji mengipas-kipaskan lembaran uang, buat di pamerin mbaknya aja. Kan mbaknya itu rakyat jelata, haruslah nurut sama dirinya yang sultan ini. Sedangkan Bening melongo sebentar. Haishh dapat duit darimana itu si tutup teh botol sosro.

Oh ya lupa. Ini kan malam jum'at, pastilah Aji dapat uang itu dari jalur ngepet. Setiap hari Aji selalu membujuknya untuk menjalankan misi sakral pada malam jum'at. Yaitu ngepet. Dan kurang ajarnya, Bening yang ditugaskan menjadi babinya. Hellowwww bahkan seluruh dunia tau kalau tampang Aji lebih cocok buat jadi babi ngepet. Kalau ketangkap warga malah lebih bagus.

Sudahlah Aji itu otaknya sudah agak gesrek. Makanya tingkahnya selalu naudzubillahimindzalik. Yang lagi hamil tolong perutnya di elus-elus sambil ngomong, 'Amit-amit jabang bayi.'

"Moohhhh." jawab Bening. Dia kembali menekuni tugasnya.

"Ya Allah mbak wes persis sapi dirimu. Ayolah mbak temenin sultan belanja. Mbak mau apa, sultan belikan." Aji masih keukeuh mengajak Bening. Ini dia mau bagi-bagi uang kaget loh, mbaknya malah nggak mau. Guoblokkk!!!

"Kamu udah besar, Ji. Masa nggak bisa belanja sendiri. Mbak banyak tugas, bukannya nggak mau nganter."

"Bukannya nggak bisa, tapi Aji malu suka digodain mbak-mbaknya. Kan kalo ada mbak nanti mereka nggak berani gangguin Aji. Ya anggap aja mbak guguk penjga Aji."

Syuuuuuuttttt

Satu bantal mendarat kemuka Aji. Kalau bisa, Bening ingin melempar laptopnya ke muka Aji. Tapi harga laptopnya lebih mahal daripada harga diri adiknya.

"Yaudah ayo. Nggak usah lama-lama mbak mau nugas lagi." Bening menyambar cardigan lalu memakainya.

"Halahhh kalo sama mas Dimas aja nggak papa lama-lama, sama adiknya sendiri kaya gini. Resign aja lah aku jadi adikmu mbak." 

Aji ngomel-ngomel tapi sudah mensejajari langkah Bening.

"Kamu ngomel-ngomel lagi mbak jejelin sendal jepit." Bening ancang-ancang melepas sandal jepitnya. Aji meringis dan menepuk-nepuk pundak mbaknya.

"Hihhhh iya iya ini mingkem."

Bening menghembuskan nafas lewat mulut. Heran, dulu mamanya ngidam apa coba sampe si Aji bisa kaya begini. Mau Bening titipkan ke panti asuhan saja rasanya. Yang ingin mengadopsi Aji bisa tinggalkan nomor di komentar.

***

"Mbak itu mas Dimas bukan sih?"

Aji menunjuk laki-laki berkaos putih, dari perawakannya memang plek adimas. Mata Bening menyipit, matanya yang minus agak susah mengenali orang. Apalagi malam hari.

"Sama cewek mbak."

"Masa?"

Pokonya Bening nggak mau percaya begitu saja. Apalgi sama Aji, dia itu kompor mbleduk. Jargonnya, dimana ada keributan, disitu Aji bertepuk tangan. Bener-bener setan. Sudahlah nanti Bening ingin rembukan sama mama papanya, mau taroh Aji ke pesantren aja. Siapa tau bisa jadi seperti Alwi Assegaf.

"Ya Allah nggak percaya. Ayo kita samperin. Kalo mas Dimas beneran sama cewek, yo tak dukung hahaha. Soalnya kasian mas Dimas kalo dapet mbak Ning, ngamukkan."

Kantong indodesember yang berisi snack snack dan hal nggak berfaedah lainnya yang dibeli Aji dan Bening mendarat mulus ke kepala Aji. 

"Mbakkk!!! Lama-lama Aji gegar otak gara-gara kepala Aji mbak aniaya muluu."

"Lha kamu bikin mbak emosi aja bisanya."

Bening sebenarnya deg-degan. Gimana kalau yang dibilang Aji bener, adimas lagi sama cewek dan itu pacarnya yang kedua. Eh atau itu malah pacarnya yang pertama, dan sebenarnya Bening disini yang selingkuhannya. Ihh masa pelakor ngelabrak, yang ada malah diviralin. haduhhh malah overthingking sendiri.

"Disamperin nggak?"

Orang yang di duga mirip adimas itu sudah memasuki tenda makanan seafood, dengan perempuan yang di duga pelakor. Bening menolehi wajah menyebalkan adiknya, lalu mengangguk. Daripada kepikiran nggak jelas mending langsung ciduk aja.

"Kalo mas dimas punya cewek baru jangan mewek ya mbak." Aji tertawa terbahak-bahak, sampai menjadi pusat perhatian orang yang ingin belanja. Umpah punya adik satu malu-maluin banget.

"Mboh Ji! Ngomong sama tiang listrik sana."

Bening melajukan langkahnya, setengah berlari. Sumpahh bukan adek gue!!!

"Wong gendeng dong gue ngomong sama tiang listrik. Woy mbak tunggu!!"

***

Harum cumi asam manis benar-benar menggugah selera Adimas. Akhirnya setelah sekian lama ingin makan seafood, Adimas bisa mewujudkannya disela-sela jam prakteknya. Sebenarnya dia ingin mengajak Bening dan Aji, tapi Adimas nggak tega mengajak Bening makan di luar. Karena tugas Bening menumpuk, apalagi masa pandemi begini tugas lebih gila-gilaan.

Padahal Adimas sudah nggak sabar ingin mempertemukan Bening dengan calon ibu mertuanya. Ibunyajuga nggak sabar ingin bertemu Bening. Tapi sepertinya di tunda dulu sampai Bening benar-benar santai, supaya Bening fokus hanya pada dirinya dan ibunya, bukan malah mikirin tugasnya.

Untuk sekarang, Adimas ngedate dulu dengan sang ibu xixi.

"pesen napa, buk? (pesen apa, bu?)"

"Sembarang kamu aja, le. Ibu ikut aja."

"Mboten angsal ngoten, buk. Ibuk ajeng nedha napa  nggih pesen mawon. (Nggak boleh gitu, buk. Ibuk mau makan apa ya pesan aja)"

Khalila tersenyum, lalu melihat buku menu. Yoalahh makanannya enak-enak begini, kok ya jadi pingin pesen semua.

"Ibuk mau cumi saus padang aja le, minume teh anget."

"Masa itu aja bu."

"Mpun le, nanti kalo nggak habis mubadzir."

Namanya Adimas keras kepala, dia memesan lebih banyak makanan lagi. Khalila nggak bisa berbuat apa-apa. Anaknya memang sangat royal terhadap keluarganya.

"Mas Dimas!!"

Di warung yang cukup ramai itu Adimas bisa mendengar suara yang sangat familiar. Dia menoleh kanan kiri lalu melotot melihat Aji dan juga Bening berdiri di pitu masuk tenda. Aji melambaikan tangannya girang, sedangkan Bening tampak murung. Lah si adek kenapa lagi? Apa lagi mumet sama tugas-tugasnya?

Adimas ikut melambaikan tangannya, membuat gestur menyuruh mereka berdua untuk menghampiri meja dimana ada Khalila dan Adimas.

"Siapa le?" 

Khalila menoleh kebelakang, dan menatap bingung pada dua remaja tanggung yang berjalan menghampiri mejanya.

"Itu pacar Dimas sama adiknya bu."

Khalila melotot dia syok berat. Hahhh... jadi selama ini Adimas pacaran dengan remaja SMP yang bahkan mungkin baru mendapat tamu bulanannya. Khalila menatap adimas horor, masa anaknya yang religius dan taat beragama berubah menjadi seorang pedofilia? 

Karena tidak kuat berpikir keras, kepala Khalila terasa berputar-putar, pandangannya memburam. dan gubraaakkkkk!!! Khalila jatuh pingsan membuat heboh ssemua orang yang ada di tenda tersebut.


***

TBC

Ya Allaaaaaaahhhhhhhh i miss this story so much guys

Akhirnya aku bisa ngetik lagi

maaf banget kalo akun ini kaya nggak ada kehidupan author lupa kata sandi jadi bisa ngetik cuma di laptop di hape nggak bisa huuhu TT 

mana author mager banget kalo ngetik di laptop tuh 

yaudah segini aja dulu semoga masih ada yang nungguin cerita ini im sorry guys 



Anak SD? Wtf!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang