BAB 14

3K 444 87
                                    

Adimas yang sedang bertopang dagu, meratapi nasibnya yang diambekkin sang pujaan hati. Sudah dua hari lamanya Bening tidak ingin bertemu ataupun membalas pesan dan selalu menolak panggilan teleponnya.

Kini Adimas dilanda galau berat. Dulu dia selalu bilang kalau Dilan lebay ketika mengatakan rindu itu berat. Nyatanya memang berat, abot, dan rasa-rasanya Adimas ingin terus mendengarkan lagu-lagu galau yang mewakili perasaannya. Atau mengunggah quotes galau di story WA agar sang pujaan hati dapat melihat.

Bukannya mendapatkan perhatian dari Bening, dirinya justru menjadi bulan-bulanan Reza. Bapak-bapak yang selalu pamer kelucuan anak kembarnya itu sepertinya senang Adimas berubah menjadi bucin alay, dikit-dikit galau merana tidak jelas.

Kalau bucinnya yang biasa saja Reza tidak akan mengolok-olok Adimas. Lah ini, level kebucinan Adimas sudah mencapai level bapaknya para-para buciners di luar sana. Yang paling bikin geli itu, Adimas suka mengunggah vidio quotes disertai iringan musik dj tik tok. Rasa ingin menghujat kan jadi stonks.

Reza menggertakan giginya gemas ketika dilihatnya Adimas mengaduk-aduk kopinya sampai tumpah-tumpah.

"Anjir..  perasaan dulu pas gue jatuh cinta ama Rena nggak gini-gini amat. Ini orang udah kayak kena ajian semar mesem, kudu gue ruqiyah." Reza mengambil segelas air putih lalu mendekati Adimas yang mengaduk kopi sambil melamun. "Nah rasain loh semburan gue. Mugo-mugo setane ndang minggat. (Semoga setannya cepat pergi)"

Dengan niat hati ikhlas untuk mengusir hantu bucin alay yang bersarang di badan Adimas, Reza menyemburkan air yang telah dia tampung didalam mulutnya ke wajah lesu Adimas.

Pyuuuurrrr

"Bocor... bocor!"

Seperti cacing kepanasan, Adimas bangkit dari kursi kebesarannya. Berjalan tak tentu arah didalam ruangan prakteknya.

Reza sampai harus berjongkok karena tidak tahan merasakan keram di perutnya akibat menyaksikan ketololan sahabatnya.

Reza rasanya ingun menjejalkan stetoskop kedalam mulut Adimas. Utowo disuntik mati pisan ya? Ben ndang bar. (Atau disuntik mati sekalian ya? Biar cepat selesai.

"Dim... Dim... ya Allahhhh... kok goblok se kon iku Dim, pas pembagian utek kon nggak melu antri yo ngono iku Dim. (Dim... Dim... ya Allahhh... kok goblok ya kamu itu Dim, pas pembagian otak kamu nggak ikut antri yang kayak gitu Dim)"

Adimas berhenti kalang kabut mendengar perkataan Reza. Dengan muka merah padam, Adimas menyambar buku jurnal ukuran tebal "Rejaaaaaa!!! Lo yang nyembur gue, Ja? Sini lo Ja, mati lo ama gue!"

Reza panik, buru-buru bangkit dari klesotannya. "Harusnya lo makasih ama gue Dim. Gue udah berhasil ngeluarin setan bucin alay yang bersemayam ditubuh lo."

"Matamu iku!"   Adimas melotot, mnegacungkan jurnal dan mengejar Reza yang sudah berlari menghindari amukan Adimas.

"Loro. (Dua)"

Gigi Adimas menggertak geram. Kalau berhasil didapatnya, bapak dua anak itu akan dia buat menyesal sudah mengganggu orang yang sedang galau.

"Sek Dim, kesel aku. Lungguh disek. Faktor U dadi lek digae playon, dengkule wes nggak smile. (Sebentar Dim, capek aku. Duduk dulu. Faktor U jadi kalau dibuat lari, lututnya nggak smile)"

Reza membuka satu kancing bajunya, lalu duduk ditempat pertama dia duduk tadi. Anehnya Adimas menurut, dia ikut duduk disebelah Reza. Kembali menopang dagunya, seperti manusia yang paling merana sedunia. Nih semprul satu ngalah-ngalahin sinetron kumenangis di Indosiar.

Anak SD? Wtf!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang