Lelah dan Lupa

0 1 0
                                    

Ailya dengan sifat ambisiusnya berusaha untuk mengontrol Samuel agar tidak langsung pergi meninggalkannya ataupun menyuruhnya pergi.

"Dokter Samuel," Ailya berseru dengan tatapan dinginnya meski wajahnya terlihat telah basah karena dibanjiri oleh air mata. "Saya tidak akan menggugurkan kandungan ini, jika Dokter mau menikahi saya." Rahang Ailya tampak mengeras seperti mencoba untuk menguatkan dirinya atas ucapan yang ia lontarkan.

Sedangkan Samuel telah berjuang keras untuk menahan amarahnya dihadapan pasiennya ini. "Tidak akan. Permintaanmu tidak akan kulakukan, sebab anda tidak pernah berpikir dahulu sebelum mengucapkan sesuatu. Anda pikir pernikahan bisa dijalankan begitu saja tanpa adanya cinta atau keinginan tertentu?"

"Aku tidak punya pilihan lain, Dokter." Ailya bergerak mendekati Samuel, menarik pergelangan tangan Samuel dengan harapan Samuel akan luluh, apalagi di saat Samuel menatap netra Ailya.

Samuel mendadak menjadi meradang ketika terus-menerus mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Ailya. Bahkan jika saja seorang dokter diperbolehkan untuk bersikap jahat pada pasiennya sendiri, maka Samuel hanya akan mengumpat tepat di hadapan gadis muda tersebut.

Namun sayangnya, Samuel adalah tipikal pria yang tidak tegaan. Samuel sangat mengemban  pemikiran untuk tidak pernah berlaku buruk pada siapapun wanita yang berada di sekitarnya, karena hal itu akan menyakiti hati ibu dan juga orang yang Samuel cintai.

Sehingga Samuel hanya bisa melakukan pengontrolan pada dirinya sendiri, dengan terus mengingat-ingat janji dan tujuan pekerjaannya di sini. Lalu dengan berkali-kali menghela napas berat, Samuel perlahan memandangi wajah Ailya.

"Maaf, saat ini saya tidak bisa membantu anda. Saya punya tugas yang penting, dan tidak bisa untuk terus-menerus membiarkan anda menggangu pekerjaan saya. Saya harap anda akan bisa bertemu dengan pria yang baik, yang akan mau menikahi anda." Samuel bergerak cepat melepaskan genggaman tangan Ailya pada pergelangan tangannya. "Saya harap anda bisa segera keluar dari ruangan ini," ucap Samuel dengan penuh penekanan diakhir kalimatnya.

"Tapi, saya tidak akan pergi sebelum permintaan saya terpenuhi."

"Kalau anda ingin menggugurkan kandungan anda, silahkan cari Dokter lain karena saya tidak akan bisa membantu anda. Tapi jika anda adalah perempuan yang baik-baik, anda tidak akan pernah melakukan hal bodoh seperti itu pada darah daging anda sendiri."

"Saya hanya meminta agar anda menikahi saya."

"Saya tidak bisa menikahi seseorang yang tidak saya cintai. Bahkan untuk mencintai pun, kita tidak akan bisa karena kita tidak pernah saling mengenal."

Samuel kembali membalikkan wajahnya dan melangkah pergi ke sisi pintu ruangannya. Menggerakkan gagang pintu dan membukanya, lalu memberikan isyarat pada Ailya untuk bergegas pergi dari ruangannya.

Sedangkan Ailya yang mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari Samuel. Benar-benar merasa dirinya terpuruk seolah jiwanya yang dulu telah menghilang mengukuti harga dirinya yang telah hilang lebih dulu.

Ailya yang sedang melangkah keluar, sedikit menatap Samuel dengan tatapannya yang tajam.

"Cinta?" gelakan tawa kecilnya terdengar oleh Samuel "Saya pikir, saya pasti akan mendapatkan itu dari anda, Dok. Saya pastikan kita akan selalu bertemu dengan, meskipun anda bukanlah Dokter tetap di sini."

Setelah kepergian Ailya, keheningan terjadi selama beberapa saat. Samuel masih berdiri kaku di belakang pintu ruangannya merasa seperti telah kehilangan kesadarannya. Sampai tiba-tiba kepalanya terasa berdenyut kencang dan juga berat.

Hingga ponselnya berbunyi, Samuel masih tetap terdiam tanpa melakukan respon apapun. Sampai ia merasa bingung, Samuel langsung menundukkan kepala serta punggungnya karena lemas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Iridescent an IneffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang