Prolog

26 2 1
                                    

Namaku Adinata Baskara putra dari Bapak Abyasa Baskara dan Ibu dari Azkia Ayunindya, panggilanku Adin, namun teman terdekatnya sering memanggilnya Udin. Adin sudah sangat kesal mendengar panggilan itu, tapi ia selalu sabar, karena mereka yang memanggilnya Udin, sudah seperti saudara kandungnya sendiri, ya sahabat sahabatnya itulah yang membuat Adin terlihat senang namun disertai dengan kesal. Tak lupa juga, Adin memiliki seorang kakak yakini Bagas Baskara.

Jujur saja, adiknya lebih tampan dari kakaknya, namun ketampanan Adin tertutup oleh kacamata dan tampilan Adin saat ini, jadi untuk saat ini, kakaknya lah yang lebih tampan dari Adin, dan Adin mengakui hal itu, meskipun yang lebih tampan adalah Adin yang tertutup oleh penampilannya. Namun sikap kakaknya dingin seperti Adin, akan tetapi Adin lebih dingin dari kakaknya. Tak hanya Bagas, dan Adin yang dingin, Ayahnya pun dingin juga. Maka keluarga itu memiliki kecanggungan satu sama lain. Bagaimana dengan ibunya? Ibunya sangat berbeda, yaa, ibunya sangat cerewet, dan bawel membuat seisi rumah tak mau mendengar suara Bu Azkia.

Makan malam pun mereka jarang jarang, paling seminggu sekali, karena ayahnya sering sekali pulang larut malam, yakini pukul 23.00, membuat Azkia sering mengomeli suaminya itu, Abyasa Baskara, namun Abyasa sering mengacuhkannya. Disisi lain Abyasa sangat beruntung mempunyai istri yang sangat sabar namun dipenuhi dengan kecerewetannya itu. Meskipun sikap Abyasa yang sering mengacuhkan Azkia, Azkia tetap sayang pada suaminya itu dan mengerti, bahwa Abyasa memang seperti itu sebelum menikah.

Bagas Baskara sebagai most wanted disekolahnya, ia sering sekali mendapat surat di lokernya yang berisi gombalan dari para cewek yang mengejarnya. Kertas itu kadang Bagas koleksi kadang juga terbuang atau memberikannya pada temannya(buat apa coba). Kadang pula Bagas diberi 5 bungkus cokelat sil*er kuin. Meskipun hati bagas yang sangat dingin itu, Bagas memiliki hati yang baik, kadang ia memakan cokelatnya, kadang pula ia memberikan cokelat cokelat pemberian gadis yang sering mengejar bagas diberikan kepada teman temannya itu. Bagas dan Adin hanya beda 1 tahun. Jarang sekali Adin dan Bagas berbicara, meskipun mereka adik kakak, tapi mereka jarang mengobrol satu sama lain.

Adin, adik dari Bagas, namun Adin tidak begitu terkenal disekolahnya, tidak seperti kakaknya, yang begitu terkenal. Bahkan... Mereka tidak diketahui, bahwa mereka adalah adik kakak. Penampilan Adin dan Bagas tidak sama, penampilan Adin seperti anak culun, memakai kacamata, rambut yang di sisir lebih rapi, tidak terlihat gondrong, baju yang sangat rapi sering membaca buku dimana pun ia berada. Berbeda dengan kakaknya Bagas, rambut yang acak acak namun terkesan kece, penampilan Bagas seperti anak bad boy. Tapi Bagas tidak nakal. Jujur saja, Adin lebih pintar dibanding dengan kakaknya yakini Bagas. Adin sering mendapatkan beasiswa dari sekolahnya dan sering mendapat juara 1 dalam olimpiadenya, tentunya Adin sering mendapat Ranking 1 dikelasnya. Sulit sekali untuk melawan kepintaran, kecerdasan, serta kejeniusan seorang Adin.

Rumah mereka tak begitu besar, hanya minimalis. Seiring berjalannya waktu, perusahaan ayahnya bangkrut seketika, maka mereka pindah ke rumah yang lebih kecil dari rumah sebelumnya. Disitu semangat Adin memuncak, dan semakin menjadi untuk belajar, dan selalu mengikuti olimpiade. Hampir seminggu sekali, Adin mengikuti olimpiade, dan hasilnya begitu memuaskan. Piala yang dikoleksi oleh Adin begitu banyak, hampir 1 lemari baju. Jelas, Ibunya sangat bangga, Ayahnya pun begitu, namun terlihat gengsi untuk mengucapkan kata selamat pada anaknya yakini Adin.

Adin yang dulunya ekonominya tercukupi, namun sekarang berkurang dengan keadaan ekonominya. Adin selalu mendapat uang dari hasil olimpiade atau hasil dari beasiswa, selalu Adin tabung dalam tabungannya. Berbeda dengan Bagas, kakaknya, ia hanya menghemat saja, tidak mendapatkan hasil apapun, paling nanti juga ia dapat dari orang tuanya, itulah yang ada dipikiran Bagas, lalu ia simpan di tabungannya sebagian, dan sebagiannya lagi untuk membeli makanan atau yang ia butuhkan.

📍
"Pahh.. Adinn.. Bagas, ayok makan dulu jangan diem dieman dikamar!" Teriak Azkia dari meja makannya, sambil merapikan piring piringnya. Tak lama kemudian mereka datang dengan tatapan yang datar, Azkia sudah sangat sabar dan sudah terbiasa seperti ini. Mereka makan dalam keadaan hening. Setelah beberapa menit memakan makanannya, mereka pergi untuk sekolah atau kerja. "Bu, Adin pamit, assalamualaikum" Ucap Adin sambil mencium punggung tangan Azkia, "hati hati dijalan sayang, Bagas kamu juga hati hati, jangan lupa makan bekal makanan kalian ya!" Balas Azkia sembari mengusap pundak Bagas, "Assalamualaikum ma" Bagas pun mencium punggung tangan Azkia. Mereka berangkat bersamaan namun saling berjauhan.

[ Adinata ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang