Jatuh?

23 1 0
                                    

Bugh

Adin menabrak seseorang yang dihadapannya, mereka berdua terjatuh. Tubrukan mereka cukup kuat. Siapa yang menabrak Adin?

Saat mereka terjatuh, mereka bangun bersama, yang dilihat oleh Adin adalah kakaknya, dan yang dilihat oleh kakaknya adalah adiknya. Mereka saling canggung. Adin langsung pergi menuju kelasnya, begitu pun halnya pada Bagas, langsung pergi menuju tempat duduknya dikantin.

Adin sudah duduk di tempat duduknya, ia segera mengeluarkan buku pelajaran Bahasa Indonesianya, lalu memahami yang ia baca dari buku tersebut. Tak lama kemudian, bel masuk pun berbunyi.

Kringgg

Vino, Cakra, Radit segera memasuki kelasnya. "Udin!" Panggil Vino dari sebelahnya yang tiba tiba datang. Adin menoleh ke arah sumber suara tersebut. "Sekarang kan ada pr MTK tuh, ngerti lah" Vino langsung mengeluarkan buku matematikanya. Adin sangat mengerti apa yang diucapkan oleh Vino, ia pun segera mengambil buku Matematikanya, "jangan ganggu gue" Ucap Adin sinis, dari tadi Adin tidak mendapat ketenangan dalam belajarnya, selalu saja diganggu oleh temannya. "Ok ok" Sambung Vino sambil mengacungkan jempolnya.

"Kepada saudara Adinata Baskara, segera menemui Bu Leni di ruang guru" Suara itu berasal dari speaker yang berada di atas pintu kelas. Adin pun segera menemui Ibu Leni, yakini Guru Bahasa Indonesia. "Ada apa ibu memanggil saya?" Ucap Adin dengan wajah datar serta membungkukkan badannya sedikit. "Hari ini kamu harus membaca buku yang diberikan oleh ibu, mulai sekarang kamu belajarnya di perpustakaan dulu, pulang sekolah saya akan pergi menemuimu di perpustakaan" Ucap Bu Leni sembari menyodorkan 2 buah buku tebal Bahasa Indonesia. "Ya, bu" Sambut Adin dan menerima 2 buah buku tersebut, lalu pergi meninggalkan ruang guru tersebut, dan berjalan menuju perpustakaan.

Saat di perpustakaan, Adin mencari tempat yang sunyi, kosong, dan yang tenang. Setelah mendapatkan tempat tersebut Adin langsung duduk di tempatnya, lalu ia membuka buku tersebut. "Lah... Inimah gue udah belajar, gapapa lah" Ucap Adin sambil kebingungan dan belajar segiat mungkin. Jujur saja, Adin sangat menguasai materi materi semua kelas, bahkan materi kuliahan pun Adin tahu betul. Otak Adin memang sangat encer.

Bahkan ia pernah belajar menggunakan 2 buah buku ensiklopedia yang sangat tebal, sekitar beribu ribu halaman, dalam waktu empat hari. Sungguh hebat, sejak kecil ia disuruh oleh ibunya untuk belajar terus, perintah ibunya itu langsung dituruti oleh Adin. Bagas pun begitu, disuruh oleh Ibunya untuk selalu belajar, namun Bagas tak serajin atau segiat Adin hingga matanya rusak, Bagas hanya belajar 2 jam an saja, paling lama 5 jam. Ranking yang didapat oleh Bagas tak begitu buruk, hanya mendapat 5-6-7. Keluarga Baskara memang pintar pintar seperti orang tuanya. Ibunya hampir sama kepintarannya dengan Adin, bahkan dulu ia pernah termasuk ke dalam kategori orang terpintar didunia. Ayahnya pun sama pintar, namun tak sepintar dengan ibunya, ayahnya sama seperti Bagas.

"Huhh...." Hembusan nafas yang kasar dari Adin, "dah selese, sekarang waktunya gue cari buku lain" Adin beranjak dari kursinya, lalu ia mencari buku yang lain. Setelah memilih milih buku, Adin segera kembali ke tempat duduknya semula, Adin melihat sosok seseorang yang sedang membaca buku. Tak lama kemudian, Adin langsung duduk ditempatnya. "Olimpiade Bahasa Indonesia?" Tanya seseorang tanpa mendongak keatas melihat Adin, yang hanya fokus terhadap buku yang ia baca. "Ya" Jawab singkat Adin. "Oh" Singkat Bagas.

Mereka membaca buku dengan sangat sunyi, hening, namun hanya ada suara kertas yang membolak balikkan oleh tangan mereka.
"Gue duluan" Bagas langsung beranjak dari tempat duduknya dan langsung pergi meninggalkan Adin. Adin hanya berdehem saja. Setelah satu jam kemudian, Adin menguap merasakan kantuk pada dirinya. Ia melepaskan kacamatanya, meletakkan kedua tangannya yang saling bertindih kanan dan kiri, lalu meletakkan kepalanya di kedua tangan tersebut sambil menunduk. Tanpa disadari, rambut Adin sangat acak acak an. Ia tertidur selama 2 jam, sampai pelajaran sekolah selesai.

Tuk,tuk,tuk

Suara sepatu guru menghampiri Adin. "Adin bangun, saatnya pergi untuk olimpiade" Ucap Bu Leni dengan lembut sambil menggoyangkan pundak Adin pelan. Lalu Adin terbangun dan mengenakan kacamatanya. Adin beranjak dari tempat duduk tersebut, dan membawa buku yang ada di meja. "Kamu pasti bisa" Bu Leni menyemangati Adin. "I-iya bu" Jawab Adin gugup, dan berjalan keluar dari perpustakaannya.

...

Adin menuju kelasnya untuk mengambil tas miliknya. "Semangat din!" Vino menyemangati Adin sembari menepuk bahunya pelan. Adin hanya berdehem saja.
Tak lama kemudian, Adin meninggalkan kelas tersebut, dan menghampiri Bu Leni. "Ayo din, berangkat" Ucap Bu Leni.

📍
"Assalamualaikum" Ucap Bagas sambil membuka pintu rumahnya, "waalaikumsalam, udah pulang nak?, mari makan dulu, nanti kalo ga makan sakit loh, kalau sakit nanti siapa yang repot? Ibu juga kan?, ayo makanya cep-" Ucapan Azkia dipotong oleh Bagas.
"Iya,ibu" Jawab Bagas yang sudah gendeng telinganya karena kecerewetan sang Ibunda. "Hehhe, Adin olimpiade? Tadi ketemu sama Adin? Kamu dikantin makan ga?" Tanya Ibunya, "ketemu, udah" Jawab singkat Bagas. Bagas pun mulai makan makanan yang ada dihadapannya dengan lahap, Ibunya melihat Bagas sedang makan yang sangat lahap, membuat Ibu Bagas gemas, dan mengusapkan kepala Bagas. Namun Bagas tak peduli, ia terus makan dengan lahap makanan yang ada didepannya.

20.00

"Assalamualaikum" Ucap Adin dengan hati yang bahagia, "waalaikumsalam, Adin? Bagaimana tadi olimpiade nya?" Tanya sang Ibunda, "Alhamdulillah lancar, juara satu" Jawab Adin dingin, "bu" Panggil Adin membuat Ibunya menoleh, "Apa sayang?" , "Adin bakal kuliah diluar negeri gapapa?" Tanya Adin, "gapapa, gapapa, gapapa, ibu bangga banget, kamu kuliah dimana? Ibu sarankan dijepang, karena disana kayaknya lebih bagus" Azkia memegang kedua pundak Adin dan mengeluarkan tetesan air matanya sedikit demi sedikit, karena kebanggan dari seorang anaknya. Tak ia sangka, bahwa anaknya pintar seperti ibunya. "Baiklah" Jawab Adin, Azkia mengusap kepala Adin gemas, lalu meninggalkan Adin, dan pergi ke kamarnya. Kabar gembira dari anaknya membuat Azkia semakin tersentuh.

Adin memasuki kamarnya, lalu ia rebahan dikasurnya, dan membuka kacamatanya. Tenang bu, Adin bakal bahagiain Ibu, Papah, sama Bagas batin Adin saat ini. Tanpa ia sadari, ia langsung terlelap tidur.

05.00

Adin terbangun, lalu ia pergi ke kamar mandi, saat mencuci muka, ia terkejut. Setelah melihat tangannya yang dilumuti darah merah, Adin langsung bercermin. Adin terkejut hebat, karena ia mengalami mimisan, darah yang keluar dari hidungnya. Adin langsung berlari menuju dapur, dan membuka kulkasnya. Dengan cepat Adin langsung mengambil es batunya dan meletakkannya di sebuah kain yang tidak begitu besar. Lalu menyelimuti beberapa es menggunakan kain tersebut, setelah itu meletakkan pada hidungnya. "Lo gapapa din?" Tanya Bagas, yang melihat darah di kain yang berisi es tersebut. "Gapapa" Sahut Adin dengan cuek.

15 menit kemudian, mereka sarapan pagi bersama. Jujur saja, Bagas tadi sempat khawatir namun gengsi. Bagas sedari tadi saat sarapan ia menatap Adin, untuk memastikan tidak apa apa. "Ma, bagas berangkat, assalamualaikum" Seperti biasa Bagas mencium punggung tangan Ibundanya. "Waalaikumsalam" Jawab Ibunya.

Adin saat sarapan, ia sangat sakit sekali kepalanya, seperti ada yang memukulinya, dari tadi ia melihat ke sekitarnya seperti ada gempa, namun Adin hanya diam.

Brukk

Suara apa itu? Suara yang berasal dari meja makan itu, apa piringnya jatuh? Tapi siapa yang menjatuhkan piring tersebut?.

[ Adinata ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang