Puber Kedua

3K 145 8
                                    

Tolong tandai kalau ada typo atau kalimat yang tidak masuk akal.

Ini sedikit, but enjoy!

***

Gian mematut dirinya di depan cermin. Sudah sejak setengah jam yang lalu ia menata rambutnya. Namun, tak kunjung usai. Belum ada gaya rambut yang sesuai dengan keinginannya. Benar-benar seperti remaja yang akan melakukan kencan untuk pertama kali.

Seperti kebiasaannya, Gian melaksanakan salat Jumat di dekat rumahnya. Hal tersebut ia lakukan untuk mengajari Elgio melakukan ibadah wajib kaum Adam yang beragama Islam. Lalu setelah dari masjid Gian segera masuk ke kamar. Hingga sudah sejam berlalu dan pria itu tak kunjung keluar.

Pintu kamar diketuk ketika Gian sudah frustasi dengan tatanan rambutnya. Akhirnya Gian menyisirnya seperti biasa. Pria itu segera membuka pintu kamarnya.

"Katanya ada acara setengah dua, kok belum keluar juga. Mama kira kamu ketiduran." Ibu Gian menyuarakan keheranannya ketika pintu kamar anaknya terbuka.

"Nggak kok, Ma. Ini Gian udah mau pergi. Titip El ya, Ma."

"Iya. Kayak biasanya nggak aja," canda Mala-ibu Gian.

Gian terkekeh sebelum merangkul bahu Mala. "Mama yang terbaik deh pokoknya."

"Ya iyalah!" Kedua ibu dan anak itu tertawa sembari menuruni tangga. "Oh ya, Gi, kamu bulan ini belum ngajak El nengok Kanaya."

Gian tersentak. Kanaya seakan terlupakan dari ingatan.

"Apa Mama aja yang bawa El ke Kanaya?" tanya Mala.

"Nggak usah, Ma. Besok Minggu Gian aja yang bawa El nengok Kanaya."

Keduanya menuruni tangga tanpa suara lagi. Bahkan hingga sampai di lantai dasar. Gian menyalami ibunya berpamitan. El sudah tidur siang, jadi Gian tidak perlu berpamitan pada anaknya.

Gian memasuki mobil dengan perasaan gundah. Ia tak segera melajukan mobilnya. Benaknya merenung. Sejak kapan ia melupakan Kanaya? Kanaya adalah cinta pertamanya, ibu dari Elgio. Seseorang yang mampu membuatnya memutuskan menikah di usia belum genap 25 tahun. Belum ada perempuan yang mampu membuat Gian meniadakan nama Kanaya dari benaknya. Kecuali Diara.

***

Gian mengikuti instruksi maps untuk sampai di lokasi yang diinfokan Diara. Pria itu terlambat hampir satu jam. Plang restoran Diara sudah terlihat. Di halaman parkirnya tidak begitu padat. Gian segera memarkirkan kendaraannya.

Gian mengambil rangkaian bunga yang dibelinya tadi di kursi penumpang. Sebelum benar-benar keluar dari mobil, Gian sempat menyemprotkan parfum terlebih dahulu. Ia bukan pria metroseksual, tetapi selalu ada botol parfum kecil di dashboard mobilnya. Omong-omong, sejujurnya Gian merasa tingkahnya begitu menggelikan. Akan tetapi, Gian benar-benar tidak dapat mengontrol diri.

 Akan tetapi, Gian benar-benar tidak dapat mengontrol diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cinta KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang