Interogasi

1.5K 111 3
                                    

"Makan besar!" teriak Farhan kala memasuki ruangan Gian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makan besar!" teriak Farhan kala memasuki ruangan Gian. Sang pemilik ruangan mengangkat sebelah alisnya menatap Farhan. Di kedua tangan Farhan terdapat 3 boks piza dan sebucket ayam goreng.

"Masih ada lagi. Bentar ya, Bos," kata Farhan setelah meletakkan bawaannya ke meja kopi yang dikelilingi sofa, tempat Gian menerima tamu. Lelaki itu keluar dari ruangan Gian setelah berucap.

Gian masih berkutat pada laptop dan map berisi berkas di hadapannya. Ia tidak memedulikan Farhan yang kembali masuk membawa makanan lagi. Pun ketika Fahan telah sibuk membuka berbagai makanan yang dibawanya, Gian tak melirik sama sekali.

"Gi, sini!" perintah Farhan antusias. "Udah masuk jam makan siang kali."

Gian tidak menjawab, tetapi mulai merapikan berkas dan mematikan laptop. Setelahnya barulah Gian menghampiri Farhan. Matanya melebar ketika mendapati banyaknya makanan. Gian beralih menatap Farhan dengan tatapan seolah Farhan sudah sinting.

"Ini maksudnya apa?"

"Gue tadi 'kan udah bilang makan besar. So, this is it!" Farhan merentangkan tangannya untuk menunjuk semua makanan yang ada di hadapannya.

"Makan besar sih makan besar, tapi kalo segini banyaknya emang kita berdua habis? Nggak kira-kira amat lo!" Gian duduk sembari menggerutu.

"Kok berdua sih? Lo nggak buka grup ya? Si Danu sama Alex 'kan mau ke sini."

"Mau ngapain?" tanya Gian.

"Kita 'kan udah lama nggak quality time, Gi." Farhan menaik-turunkan alisnya membuat Gian memberi tatapan jijik.

Plak.

Sepotong piza jatuh dari tangan Gian. "Apaan sih, Han, katanya nyuruh makan."

"Tungguin Danu sama Alex. Nggak setia kawan banget sih lo." Fahan mengutak-atik ponselnya tidak peduli dengan tatapan sebal Gian. Ia juga tidak merasa bersalah setelah menggeplak lengan kanan bosnya itu.

Gian akhirnya hanya bisa menghela napas sembari menyandarkan tubuh ke sofa. Ia mengikuti jejak Farhan. Sekadar mengirimi kekasihnya pesan meski tahu sang kekasih tak akan membalasnya hingga satu atau dua jam ke depan. Alex masuk sedetik setelah Gian menekan ikon send.

"Widih, pengantin baru!" sorak Farhan. Alex memutar bola matanya, tetapi tetap menyalami dan memeluk Farhan sekilas. Alex memberi Gian perlakuan yang sama.

"Gimana Santorini, Bro?" tanya Gian setelah Alex mendudukkan diri di sebelahnya. Gian dan Alex memang belum bertemu lagi pasca kepulangan Alex dari bulan madu. Kesibukan masing-masing menjadi penghalang.

"Aman, Bro," jawab Alex santai dan diakhiri kekehan. "Lo sendiri gimana, udah jadian?"

Gestur Gian menjadi kaku. Ekspresinya pun agak berubah menjadi salah tingkah. Dua hal itu tak luput dari penglihatan Alex dan Farhan. Keduanya saling lirik sebelum tertawa. Gian malah dibuat mendengus kesal akhirnya.

Cinta KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang